Sehari sebelum tandang ke Johan Cruyff Arena, Tottenham Hotspur mendapatkan dorongan semangat setelah Liverpool berhasil comeback dengan menang 4-0 dari Barcelona. Di sisi lain, Spurs juga harus comeback setelah kalah 0-1 dari Ajax Amsterdam di Tottenham Hotspur Stadium pada leg pertama semifinal Liga Champions. Namun, yang terjadi jauh lebih heroik dari sekadar menang 1-0 di kandang Ajax.
Dengan gaya permainan yang cepat dan lebih menghibur, Ajax lebih difavoritkan lolos ke final Liga Champions. Apalagi Hakim Ziyech dan kolega sudah menabung satu gol tandang. Semuanya terasa begitu mulus ketika Matthijs de Ligt membuka keunggulan pada menit kelima. Sundulannya yang memanfaatkan tendangan sudut Lasse Schone tak mampu dibendung Hugo Lloris.
Ajax kian tak tertahankan ketika akselerasi Dusan Tadic di sisi kiri diakhiri dengan tendangan keras Hakim Ziyech. Keunggulan 2-0 membuat Ajax kian rileks untuk menjalani sisa pertandingan.
Di babak kedua, Mauricio Pochettino mengganti Victor Wanyama dengan memasukkan Fernando Llorente. Kehadiran mantan pemain Athletic Bilbao ini cukup membuat lini pertahanan Ajax keteteran. Apalagi, Pochettino tidak menduetkan Moura dengan Son Heung-min di lini serang. Heung-min tetap dipasang di sisi kiri, sehingga pertahanan Ajax menjadi terpecah, karena Moura bergeser ke sayap kanan.
Benar saja, babak kedua baru berjalan 10 menit, Spurs bisa memperkecil keunggulan lewat Lucas Moura. Gol ini terjadi karena Spurs punya lebih banyak pemain ketimbang pemain bertahan Ajax. Son dan Eriksen ada di sisi kiri yang membuat Mazraoui tidak bisa bergerak ke tengah karena harus menutup keduanya. Di sisi lain, Schone yang mencoba mengejar, sulit untuk membaca pergerakan Moura karena harus menutup ruang Son, yang membuatnya kalah cepat dengan Moura.
Pada menit ke-59 atau empat menit berselang, Moura kembali mencetak gol. Kali ini memanfaatkan kelemahan pertahanan Ajax. Ia bisa berdiri dengan bebas tepat di depan gawang. Padahal, ada delapan pemain Ajax di dalam kotak penalti.
Setelah gol pertama Spurs, permainan Ajax menjadi berubah. Mereka lebih mudah kehilangan konsentrasi. Salah satunya yang menyebabkan Moura mencetak gol kedua Spurs.
Ajax amat berpeluang untuk lolos ke semifinal andai hasil 2-2 bertahan hingga menit akhir. Dan ini hampir terjadi karena hingga menit ke-90+4:54 Spurs belum juga mencetak gol.
Namun, di saat yang sama Spurs melakukan serangan terakhirnya. Umpan panjang Sissoko, salah diantisipasi De Ligt yang mengawal Llorente. Bola pun bergulir ke arah Dele Alli yang mengumpan pada Moura. Hasilnya, Moura mencetak hattrick sekaligus menghabisi ambisi Ajax untuk mencapai final Liga Champions.
Pochettino yang Emosional
Tidak ada yang lebih nikmat selain menyaksikan gol kemenangan tepat di menit akhir. Itu yang dirasakan Pochettino. Meskipun Moura yang mencetak gol kemenangan, tapi ia amat layak diberikan kredit karena keputusannya memasukkan Llorente berdampak pada dua gol Spurs. Keputusannya memasukkan Erik Lamela dan Ben Davies pun menjadi penting karena Ajax terus menerus digempur Spurs hingga menit terakhir.
Usai pertanidngan, Pochettino tak bisa menahan emosinya. Air mata bahagia menetes saat ia merayakan kemenangan ini bersama para pemain lainnya, termasuk Harry Kane yang mengalami cederan ankle.
“Masih sulit untuk berkata-kata. Suasana ini amat luar biasa, terima kasih untuk sepakbola. Para pemainku adalah pahlawan. Tahun lalu, aku bilang ke setiap pemain kalau mereka adalah pahlawan. Di babak kedua, mereka luar biasa. Terima kasih sepakbola. Tanpa sepakbola, emosi macam ini tidaklah mungkin. Terima kasih untuk semua orang yang percaya pada kami. Untuk menjabarkannya dalam kata-kata amatlah sulit,” kata Pochettino dalam wawancara dengan BT Sport.
“Kami bicara sebelum pertandingan bahwa ketika Anda bekerja dan ketika Anda merasakan cinta, itu bukanlah tekanan, itu gairah untuk tim. Kami menunjukkan bahwa kami mencintai olahraga dan sepakbola. Hari ini amatlah luar biasa. Adalah kebahagiaan bisa menyaksikan pertandingan macam ini.”
“Sulit untuk bersaing di level ini. Aku sangat bersyukur bisa menjadi seorang pelatih. Untuk bisa berada di sepakbola dan menjalani sepakbola seperti ini. Mereka semua pahlawan tapi [Lucas Moura] adalah superhero,” kata Pochettino.
“Aku ingin mengingat keluargaku, sungguh luar biasa untuk mmeberi hadiah pada mereka. Kami harus bersiap untuk pertandingan selanjutnya pada Minggu, lalu menyiapkan pertandingan final,” tutup Pochettino.