Sindrom Musim Ketiga Jose Mourinho

Jose Mourinho melatih Tottenham Hotspur mulai 20 November 2019. Kalau sindrom musim ketiga Mourinho berulang, maka ia akan di Spurs setidaknya hingga akhir 2022, sebelum dipecat.

“Sindrom Musim Ketiga” merupakan istilah untuk perjalanan karier Jose Mourinho yang kerap berakhir pada musim ketiga. Utamanya jika dia gagal memberikan prestasi secara konsisten buat tim yang dilatihnya.

Buat Mourinho, “Sindrom Musim Ketiga” ini cukup unik. Karena biasanya, ia cukup sukses pada musim kedua, sebelum segalanya hancur di musim ketiga. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana seringnya Mou marah-marah dan menyerang banyak pihak di musim ketiga.

FC Porto 

Mourinho sebenarnya cukup sukses melatih FC Porto. Di musim pertamanya, pada 2001/2002, ia membawa Porto naik dari peringkat kelima ke peringkat ketiga. Di musim keduanya, ia bahkan membawa Porto meraih treble dengan menjuarai Primeira Liga, Portuguese Cup, dan Piala UEFA.

Pada musim ketiganya, ia hampir meraih treble yang sesungguhnya dengan menjuarai Liga Portugal dan Liga Champions. Namun, Porto gagal juara di Portuguese Cup. Hasil ini membawanya ke London dengan melatih Chelsea.

Chelsea

Pada dua musim pertama, Jose Mourinho berhasil memberikan dua gelar Premier League buat The Blues. Di musim pertamanya, ia bahkan memberikan trofi Piala Liga, serta melaju ke semifinal Liga Champions.

Pada musim ketiga, Mourinho tak bisa dibilang gagal dengan menjuarai Piala FA dan Piala Liga. Akan tetapi, karena standar yang diset sudah terlalu tinggi, capaian ini jadi tak begitu istimewa.

Mourinho tidak pergi pada musim ketiga. Namun, di musim keempat. Itu pun baru dua bulan saat Premier League berjalan, atau tepatnya pada 20 September 2007. Ia pergi dengan status “persetujuan bersama”. Meski meninggalkan perseteruan dengan Roman Abramovich, tapi Mourinho adalah manajer tersukses dalam sejarah Chelsea. Mou memberikan enam trofi buat The Blues dalam tiga tahun. Ia pun membuat Stamford Bridge begitu menakutkan, karena tak pernah kalah di kandang.

Inter Milan

Apa yang terjadi di Inter Milan sebenarnya mirip dengan saat melatih Porto. Bersama Inter, Mou meraih treble di musim keduanya, atau pada musim 2009/2010. Setelahnya, ia bergabung dengan Real Madrid.

Real Madrid

Di Real Madrid, segalanya tidaklah mudah. Ada Barcelona yang kerap menyusahkan.

Di Madrid, Mou sempat memberikan asa dengan meraih trofi Copa del Rey di musim pertamanya, dan mencapai semifinal Liga Champions. Di musim kedua, ia berhasil menjuarai La Liga dan mencapai semifinal Liga Champions.

Akan tetapi, pada musim ketiganya, tidak ada trofi yang diantarkan Mou buat Madrid. El Real hanya jadi runner-up di Copa del Rey dan cuma ke semifinal Liga Champions.

Mourinho punya hubungan yang tak akur dengan staf, jurnalis, dan beberapa pemainnya, seperti Sergio Ramos dan Iker Casillas. ia menyebut musim 2012/2013 sebagai musim terburuk dalam kariernya. Tiga hari setelah kekalahannya di final Copa del Rey dari Atletico Madrid, kontraknya diputus.

Chelsea

Tak lama menganggur, Mourinho balik ke Chelsea. Puncaknya hadir pada musim keduanya atau pada musim 2014/2015 di mana ia mengantarkan The Blues juara Premier League. Selain itu, Piala Liga juga dimenangi oleh Chelsea yang dihuni para pemain baru seperti Diego Costa, Cesc Fabregas, dan Didier Drogba.

Pada musim ketiga, Mourinho menandatangani kontrak yang membuatnya akan tetap di Stamford Bridge setidaknya hingga 2019. Akan tetapi penampilan Chelsea menurun drastis. Ia dikabarkan berkonflik dengan sejumlah pemain. Puncaknya adalah ketika ia memarahi dokter tim, Eva Carneiro.

Pada 17 Desember 2015, setelah kalah sembilan dari 16 pertandingan Premier League, kontrak Mourinho diputus.

Manchester United

Bersama Manchester United, Mou langsung memberikan prestasi instan: juara Piala Liga dan juara Europa League. Khusus Europa League ini adalah pertama kali The Red Devils menjuarai turnamen tersebut.

Di musim keduanya, MU hanya finis sebagai runner-up di Premier League. Akan tetapi Mou berujar kalau itu adalah musim terbaiknya.

Pada musim ketiga, segalanya berjalan tak bagus. MU mengawali musim dengan buruk. Untuk pertama kalinya, United kalah dua kali dari tiga pertandingan pembuka dalam 26 tahun terakhir. Di MU juga ia kerap mengkritik keras para pemain seperti Luke Shaw dan Paul Pogba.

Pada 18 Desember 2018, Mourinho akhirnya dipecat.

***

Sindrom tahun ketiga ini terbilang unik buat Mourinho karena dari enam periode kepelatihan, empat di antaranya berkahir dengan dipecat pada tahun ketiga. Menarik untuk melihat apakah sindrom yang sama juga akan terjadi dengan Tottenham Hotspur.