Sinyal Bahaya dari Ruang Ganti Stamford Bridge

Foto: Irish Examiner.

Selain membikin malu, empat gol AFC Bournemouth di Vitality Stadium membuat Chelsea harus terpeleset dari empat besar Premier League musim ini. Joshua King menjadi bintang dalam pertandingan tersebut usai mencetak dua gol dan satu asis.

Meski hasil pertandingan terlihat mencolok, sebenarnya Chelsea bukannya tanpa ancaman. Di babak pertama saja, Artur Boruc sudah lima kali melakukan penyelamatan krusial. Chelsea bahkan memegang 70 persen penguasaan bola. Buat Bournemouth, kemenangan ini merupakan yang kedua kalinya secara beruntun di liga, yang membuat Callum Wilson dan kolega naik ke peringkat ke-10 klasemen sementara.

Bournemouth sebenarnya tampil pincang setelah top skorer mereka, Callum Wilson, tengah menjalani operasi lutut. Striker timnas Inggris tersebut telah mencetak gol untuk The Cherries musim ini. Namun, Joshua King dan David Brooks menunjukkan kalau mereka pun bisa menjadi ancaman tanpa Wilson.

Salah Sarri?

Usai kekalahan ini, manajer Chelsea, Maurizio Sarri mengakui kalau dirinya mungkin tak bisa memotivasi para pemain. Pasalnya, ini merupakan kekalahan terbesar mereka sejak 23 tahun terakhir ini.

Usai pertandingan, Sarri menahan para pemainnya di ruang ganti selama lebih dari 40 menit. Ia kemudian menjelaskan kalau dirinya ingin bicara pada mereka secara pribadi tanpa kehadiran orang lain.

Sebelumnya, ketika kalah 0-2 atas Arsenal, Sarri menyatakan kalau anak asuhnya sulit untuk dimotivasi. “Aku sangat marah dengan pendekatan yang kami adopsi hari ini. Ini adalah pendekatan yang sulit kami terima,” tutur Sarri usai pertandingan melawan Arsenal.

Ketika itu, Sarri bahkan membawa penerjemah karena ia ingin bicara dalam bahasa ibunya, bahasa Italia. Pasalnya, ia ingin mengirimkan pesan ke semua pemainnya dan ingin pesan tersebut amat jelas.

“Aku harus bilang, aku amat marah. Sangat marah bahkan. Kekalahan ini adalah karena mentalitas kami. Ini sesuatu yang tak bisa kami terima. Sekelompok orang-orang ini amatlah sulit untuk dimotivasi,” tegas pelatih berusia 60 tahun ini.

Sarri menyatakan bahwa timnya bukanlah kesebelasan yang dikenal karena kualitas pertarungannya. Namun, dia ingin Chelsea menjadi kesebelasan yang mampu beradaptasi. Tak masalah mereka menderita di 10 sampai 15 menit awal, untuk kemudian memainkan gaya sepakbola mereka sendiri.

“Anda bisa berada dalam kesulitan setiap waktu, tapi kita perlu bereaksi lebih baik atas segala kesulitan itu dari apa yang kita lakukan hari ini,” jelas Sarri. “Aku adalah orang yang bertanggung jawab atas para pemain dan itu penting buat mereka untuk punya sikap. Kalau mereka tak bisa, maka mungkin mereka tak layak bermain di tingkatan ini.”

Namun, usai kalah dari Chelsea, Sarri menyatakan kalau itu mungkin adalah kesalahannya. Menurut Sarri, meski menguasai bola tapi timnya tak bermain sebagai unit. Mereka merasa sulit untuk menerima ketertinggalan.

“Pada akhir babak pertama, sulit untuk membayangkan kalau babak kedua akan menjadi bencana dan aku ingin tahu kenapa. Ini seperti dua bulan lalu ketika kami menghadapi kesulitan, kami kehilangan identitas dan bermain sebagai 11 individu berbeda,” kata Sarri.

Sarri sendiri didatangkan dari Napoli menggantikan Antonio Conte pada awal musim ini. Bersama Sarri, Chelsea tak terkalahkan di 12 pertandingan awal, tapi mereka kalah dari 12 pertandingan terakhir. Sarri merasa kalau situasi ini sudah terselesaikan ketika mereka mengalahkan Tottenham Hotspur di semifinal Piala Liga Inggris akhir pekan lalu. Namun, dia mengatakan kalau kekalahan di Vitality Stadium berarti para pemainnya harus mengubah sesuatu dalam mentalitas mereka.

“Anda bisa kebobolan tapi Anda harus bermain karena pertandingan sudah dalam kontrol kami di babak pertama. Saya frustrasi, tentu saja, dan itu merupakan kemunduran yang kuat karena kami tahu pertandingan ini amatlah penting,” jelas Sarri.

Masalah yang Sama dengan Conte dan Mourinho

Tentu mengejutkan mendengar Sarri mengkritik para pemainnya kepada media. Sampai-sampai ia harus membawa penerjemah untuk mengekspresikan kemarahannya. Hal ini juga disesali mantan striker Aston Villa, Dion Dublin, kepada BBC Radio 5.

“Aku pikir ketika Sarri menyebut para pemainnya keluar (ke media) itu akan punya efek yang merusak. Aku tak merasa para pemain ingin mendengar manajer mereka bicara hal semacam itu.

Dublin menyatakan kalau dirinya adalah pelatih, ia tak akan mengatakan hal itu di muka publik. Kalau ingin ada yang disampaikan pada pemain, semua harus tertutup rapat di ruang ganti.

“Katakan pada para pemainmu tepat di depan wajahnya kalau Anda tak senang dengan ini, Anda akan sulit memotivasi. Anda akan menerimanya. Namun, ketika Anda bilang di publik dan berharap reaksi dari para pemain, ini tak akan membantu kebersamaan yang mereka butuhkan saat ini,” kata Dublin.

Problem di ruang ganti, sebelumnya juga pernah dirasakan oleh Jose Mourinho dan Antonio Conte. Salah satu alasan mengapa mereka mundur dan atau dihentikan kontraknya, adalah karena panasnya ruang ganti. Lantas, mungkinkah hal yang sama terjadi pada Sarri?