Soal Mental yang Membedakan Marselino

Marselino mencetak dua gol kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi. Kedua gol Marselino tersebut sungguh fenomenal, sekaligus menjadi jawaban atas kritikan tidak adil yang kerap dialamatkan kepadanya.

Berdasarkan penampilan di laga melawan Saudi, Marselino dan Rizky Ridho menjadi pemain non-naturalisasi terbaik dalam skuad Shin Tae-yong. Kelas keduanya tampak berbeda dengan pemain non-naturalisasi lain. Ada satu hal yang menjadi jawabannya: mental.

Mental adalah Pembeda

Di laga melawan China, Witan Sulaeman dikritik karena main tidak memuaskan. Padahal, Witan sejatinya punya kemampuan teknis yang bagus juga komplet. Ia punya kemampuan dribel yang ciamik, juga visi yang hebat. Namun, kemampuan tersebut tampak sulit keluar dari dirinya.

Marselino juga kerap dikritik karena dianggap terlalu lama membawa bola. Hasilnya, alur serangan menjadi terhenti di kakinya. Walau demikian, sejumlah momen krusial juga seringkali hadir dari pemain kelahiran 9 September 2004 tersebut.

Dua golnya ke gawang Arab Saudi adalah pertunjukkan bagaimana mental Marselino sungguh luar biasa bagusnya.

Mental seperti apa yang dimaksud?

Marselino seperti mengajari Rafael Struick dan Ragnar Oeratmangoen bagaimana caranya mencetak gol. Di gol pertama, ia menahan diri dan bertahan di dekat garis penalti, demi membuka ruang. Peran Ragnar tidak kalah penting yang mampu melihat posisi Marselino yang kosong.

Setelah menerima umpan dari Ragnar, normalnya, bola langsung ditendang karena peluang terbuka lebar. Namun, apa yang dilakukan Marselino? Ia tak jadi menendang bola dan malah menahan bola tersebut selama sepersekian detik.

Dibutuhkan nyali dan ketenangan yang besar untuk bisa melakukan gerakan sederhana macam itu. Soalnya, kalau gagal, ia akan disalahkan karena menyiakan peluang yang terbuka sangat lebar.

Namun, yang dilakukan Marselino sudah sangat tepat. Soalnya, kalau ia langsung menendang, kemungkinan besar bola berhasil diblok lawan. Kalau ditarik garis lurus, ada tiga bek Saudi yang menghalangi arah bola.

Marselino memilih melakukan dummy untuk menipu bek Saudi yang paling dekat dengannya, Faisal Al-Ghamdi. Ia lalu berpura-pura menggeser bola ke kiri. Karena hal ini, pertahanan tiga bek Saudi menjadi buyar. Faisal, tertipu dengan menutup sisi kanannya. Sementara itu, Yasser Al-Shahrani dan Ali Albulayhi posisinya berantakan.

Marselino menahan bola sebentar, untuk melepaskan tendangan melengkung. Karena menahan bola ini, Yasser menjadi tidak fokus melihat arah laju bola. Padahal, kalau ia dan Ali bergerak lebih mendekat, bola bisa diblok.

Hal-hal kecil ini yang mungkin luput dari pandangan kita semua. Dan ini tidak dilakukan Marselino dengan cuma-cuma. Jelas, ia punya mental yang luar biasa bagusnya.

Mental Marselino di Gol Kedua

Pun dengan kejadian di gol kedua. Marselino tidak memaksa masuk ke dalam kotak penalti, yang mana di sana sudah ada Struick sebagai target. Ia menunggu di depan kotak penalti untuk diumpan oleh Calvin Verdonk.

Di sini, Marselino sempat terburu-buru melepaskan tendangan. Untungnya, bola yang berhasil diblok, kembali ke arahnya yang tinggal berhadapan dengan kiper.

Berbeda dengan Ragnar yang menendang dengan keras, Marselino justru terpikir agar bola yang penting lewat kiper. Tendangan keras akan bisa diblok oleh kiper. Karena itu, tendangan chip adalah penutup penampilannya yang fenomenal malam itu.

Tendangan chip macam itu tak akan mungkin tercipta tanpa ketenangan. Oleh karena itu, Marselino menunjukkan kematangannya lewat ketenangannya dalam proses terjadinya dua gol Indonesia atas Arab Saudi.