Penggunaan video assistant referees (VAR) di pertandingan Premier League kembali menjadi pembicaraan. Ketidakpuasan Pep Guardiola yang menjadi pemicu utamanya. Dalam laga melawan Liverpool, Pep merasa kalau timnya dirugikan, bukan cuma sekali, tapi dua kali.
Dalam laga yang dimenangi Liverpool 3-1 tersebut, wasit tidak memberikan penalti atas handball pemain Liverpool yang terjadi dua kali dalam pertandingan tersebut. Sebelumnya, di pertandingan Sheffield United menghadapi Tottenham Hotspur, VAR kembali menjadi sorotan ketika menganulir gol karena offside yang jaraknya hanya sepersekian sentimeter.
Kritik keras yang ditujukan kepada penggunaan VAR nyatanya ditanggapi berbeda oleh Kepala VAR Premier League, Neil Swarbrick. Menurutnya, VAR masih berkembang dan ia meminta penggemar untuk lebih bersabar.
“Saya amat terkesan, sejujurnya, dengan bagaimana kami memulainya,” kata Swarbrick.
Ketika diminta menilai berapa angka untuk kinerja VAR dari 1 sampai 10, Swarbrick, memberi nilai tujuh.
“Kami memiliki keputusan terpat yang lebih banyak dengan VAR ketimbang tanpa VAR. Kalau nilainya sekarang tujuh, dalam dua tahun mendatang, aku berharap nilainya bisa delapan setelah atau sembilan. Kami terbuka untuk mengembangkan ini. Kami akan mendengar feedback dan di mana kami bisa meningkatkan berbagai hal, kami akan melakukannya,” kata Swarbrick.
Apa yang diucapkan Swarbrick bukan ucapan manis belaka. Akurasi dari pengambilan keputusan penting seperti gol, kartu merah, dan penalti, meningkat dari 82 persen pada musim lalu, menjadi di atas 90 persen musim ini.
Ketua Komite Wasit, Mike Riley, dikabarkan akan memberikan pembaruan kepada 20 kesebelasan Premier League pada Selasa (12/11) ini. Ia akan menjelaskan bagaimana VAR diterapkan dalam pertandingan.
“Aku nyaman dengan kondisi saat ini, tapi jelas ada ruang untuk perbaikan. Pekerjaan ini masih dalam proses,” kata Swarbrick.
Presenter BBC Match of the Day, Gary Lineker, menyarankan adanya batas waktu antara 30 detik sampai semenit untuk keputusan VAR.
“Aku bisa mengarti apa yang ia katakan, tapi aku tak merasa bisa turun ke garis itu dan bisa mengatakan semuanya selama semenit. Kami tak bisa melihatnya. Apa yang akan terjadi kalau Anda membuat keputusan dalam waktu satu menit dua detik dan itu adalah keputusan yang tepat, tapi Anda tak mengambil keputusan yang tepat karena kelebihan dua detik,” sanggah Swarbrick.
VAR dipekernalkan di Premier League musim ini. Keputusan ini diambil setelah VAR diuji coba di Piala Liga dan Piala FA musim lalu. Namun, VAR menjadi persoalan dan bikin para penggemar marah karena inkonsistensinya. Selain itu, VAR juga bikin pertandingan tertunda yang membuat momentum kerap hilang.
Mantan pemain Manchester City dan timnas Inggris, Trevor Sinclair, percaya kalau VAR bisa merusak brand dan reputasi Premier League. Bahkan, Sinclair mencuit, inkonsistensi ini bikin pelatih dan pemain terbaik di dunia meninggalkan Premier League.
Kritikan terhadap wasit soal VAR kian menjadi. Hal ini diakui oleh Swarbrick, karena wasit juga terdampak karenanya. Namun, para wasit memang sudah dibiasakan untuk menghadapi kritik dan tekanan tersebut.
“Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata bagaimana tekanan yang dirasakan sebagai tim VAR saat Anda di belakang layar. Ketika kami membawa media untuk didemonstrasikan, dan kami memberikan mereka gambar untuk dilihat dengan tanpa tekanan pada mereka untuk melihat insiden tersebut, mereka bilang kalau pekerjaan ini amatlah sulit,” kata Swarbrick.
“Ketika aku menjadi wasit, ada insiden di mana wasit akan dikritik. Ini bukan hal baru bagi kami, itu adalah bagian dari pakaian kami, make-up kami, itu adalah jenis yang biasa kami lakukan dan kami sangat ulet dalam hal itu.”
“Kami menerima kritik. Kritik itu berasal dari pendapat orang. Saya bisa melihat insiden di mana saya belum memberikan penalti dan cukup nyaman dengan itu. Namun semua orang bisa mengkritik saya. Ini semua tentang perspektif.”