Sudah Saatnya Icardi dan Inter Milan Bercerai

Foto: GIanluca Di Marzio

Pertandingan melawan Lazio di Giuseppe Meazza (1/4) menjadi laga ke-10 Inter Milan tanpa kehadiran Mauro Icardi. Penyerang asal Argentina itu terakhir tampil untuk Inter ketika dijamu Parma di awal Februari 2019. Ia sempat mengalami cedera, namun dirinya absen bukan karena halangan fisik, melainkan perselisihan dengan Luciano Spalletti, Sang Nakhoda.

Inter arahan Spalletti menelan tiga kekalahan dari 10 pertandingan tanpa Icardi. Pertama ditekuk Cagliari 2-1 (2/3) dan kedua saat menjamu Eintracht Frankfurt di 16 besar UEFA Europa League (UEL), dan terakhir ketika bentrok dengan Lazio pada pekan ke-29 Serie-A 2018/2019.

Nerazurri tetap duduk di zona Liga Champions meski kalah dari Lazio. Tapi keunggulan mereka dengan Biancocelesti yang ada di area UEL kini hanyalah lima poin. Mereka juga sudah tersingkir dari UEL 2018/2019 setelah dikalahkan Eintracht. Meski demikian Spalletti tetap ogah menurunkan Icardi.

“Saya sebenarnya mau saja memberikan 20 menit hingga setengah babak kepada Icardi. Tapi tidak dengan sikapnya yang seperti ini. Jika Anda ingin bermain, cobalah perlihatkan rasa hormat, bersikap baik di ruang ganti,” kata Spalletti usai ditekuk Lazio.

Sebelumnya, Icardi sempat memprotes sikap Inter Milan yang seakan tidak menghargai semua pengorbanannya. Mencetak gol, menolak tawaran kesebelasan lain, dan sebagainya. Masalah ini datang setelah jabatan Icardi sebagai kapten tak dipertahankan oleh Spalletti.

Setelah itu, masalah kontrak muncul dan berbagai polemik lainnya tidak bisa dihindari. Agen sekaligus istri Icardi, Wanda Nara, mengaku suaminya masih kapten dari Inter Milan dan akan memperpanjang kontrak dengan Nerazzurri. Akan tetapi, dirinya selalu dianggap remeh oleh pihak klub.

“Dia adalah kapten dari klub. Dirinya selalu ada di sana. Kami sudah terbiasa jadi kambing hitam. Seorang juara tidak pernah merasa tertekan karena hal seperti ini. Sebenarnya ada peluang yang sangat besar untuk Icardi bertahan di Inter Milan. Masalanya, kami dianggap seperti idiot dan tidak pernah diajak bicara terkait hal-hal seperti ini,” aku Nara.

Suoorter Inter, Curva Nord, bahkan ikut angkat bicara soal masalah Icardi. Menurut para ultras, sikap dari Icardi tidak bisa lagi ditolerir. “Setelah melakukan rapat dan diskusi, kami mencapai kesepakatan penuh bahwa sikap dari pemilik nomor sembilan di Inter tidak dapat diberi toleransi lagi. Dengan karakter seperti itu, dia bukan hanya tidak pantas jadi kapten tapi juga mengancam kesatuan ruang ganti,” kata Curva Nord.

Ini bukan pertama kalinya Icardi dikecam suporter. Tapi setelah tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari kepala pelatih Inter Milan, apa Icardi masih mau bertahan di Nerazzurri? Dirinya harus berpikir dua, tiga, empat, bahkan tujuh kali jika memang ingin bertahan.

Bukan Pertama Kalinya

Foto: Sport-English

Memang ada masanya saat seorang pemain lebih kuat ketimbang kepala pelatih. Yevhen Konoplyanka dan Markus Weinzierl di Schalke. Begitu juga dengan dilemma Manchester United memilih Paul Pogba atau Jose Mourinho.

Icardi bahkan sudah pernah merasakan hal ini di tim nasional Argentina. Selalu dipandang sebelah mata karena ditolak Lionel Messi. La Pulga -julukan Messi- tentu menampik rumor itu. Begitu juga dengan Maxi Lopez, sahabat Messi dan mantan suami Wanda Nara. Tetapi membela tim nasional atau tidak, Icardi tetap berhasil untuk memperlihatkan kapasitasnya.

Ditolak bukanlah hal baru buat Icardi. Oleh karena itulah ia harus lepas dari Inter Milan di musim panas 2019. Berusia 26 tahun, Icardi seharusnya ada pada masa-masa terbaiknya. Meski absen 10 pertandingan beruntun sekalipun, ia masih tercatat sebagai pemain paling produktif nerazzurri di Serie-A 2018/2019. Sayang jika ia tua di bangku cadangan.

Masih Banyak Peminat

Manchester United, Chelsea, dan Real Madrid disebut masih memenati jasanya. Ketiga kesebelasan itu bisa jadi opsi Icardi. Terutama Real Madrid yang membutuhkan sosok pengganti Karim Benzema.

Hengkang ke Los Blancos juga bisa jadi panggung pembuktian kepada Barcelona yang membuang jasanya dan ‘rival’ di Argentina, Lionel Messi. Seperti kata pepatah, “sambil menyelam, minum air”.

Bagi Inter Milan sendiri, melepas Icardi akan menjadi momentum lembaran baru klub. Mauro Icardi telah hidup di Milan selama enam tahun. Setidaknya, sudah lima musim Nerazzurri bergantung kepada penyerang satu ini.

Lolos ke Liga Champions 2019/2020 seharusnya menjadi pernyataan kuat bahwa Inter Milan telah kembali, sekalipun tanpa Icardi. Sosok Antoine Griezmann bahkan kabarnya sudah disiapkan untuk menjadi pengganti.

Sepakbola bukanlah pernikahan. Tidak ada janji setia untuk selalu bersama baik susah dan senang, kaya ataupun miskin, sehat hingga sakit. Mungkin untuk beberapa pemain seperti Steven Gerrard yang sampai minta dikubur di Anfield, sepakbola seperti itu.

Tapi, sejatinya semua hanyalah dengan landasan kontrak. Kepa, Neymar, dan Fabregas saja berani lepas dari kesebelasan mereka untuk membela klub lain. Kenapa Icardi tidak?