Dalam beberapa waktu terakhir ini, ada sejumlah kasus rasisme yang terbilang menohok. Di Inggris, Raheem Sterling, Danny Rose, dan Callum Hudson-Odoi, pernah menerimanya. Sementara yang terbaru adalah kasus pemain muda Juventus, Moise Kean, yang mendapatkan serangan rasial. Sialnya, rekan satu timnya justru menyalahkan Kean yang dianggap memprovokasi.
Soal rasisme ini jarang ada klub atau timnas yang mendapatkan hukuman keras. Umumnya, kalaupun ada yang dihukum sebatas denda ribuan sampai ratusan ribu paun. Namun, itu jelas tak mengubah apa-apa, karena bukan klub pelakunya, melainkan suporter. Ketika menggelar pertandingan, klub hampir tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah suporter melontarkan pelecehan rasial. Klub biasanya melakukannya usai pertandingan dengan memberikan sanksi tertentu pada suporter yang terlibat.
Soal rasisme ini membuat gerah Pascal Chimbonda yang kini berusia 40 tahun. Kepada BBC, Chimbonda menyatakan kalau rasisme yang ia terima di Prancis, membuatnya memilih pergi dan berkarier di Inggris pada 2005.
“Tidak ada seorang pun yang melakukan sesuatu untuk melawannya. Aku ingin lari dari lapangan,” kata Chimbonda.
Mantan pemain Wigan Athletic dan Tottenham Hotspur ini menambahkan kalau rasisme terjadi selama bertahun-tahun. Akan tetapi tidak ada perubahan yang terjadi. Rasisme masih tetap ada. Chimbonda merasa apa yang dilakukan FIFA, UEFA, dan badan yang terlibat tak tepat sasaran.
“Mereka [federasi] punya iklan, mereka bertarung melawan rasis, tapi itu tak pernah berhenti. Jadi mereka harus melakukan hal besar sekarang dan menunjukkan kalau mereka benar-benar ingin menghentikannya,” ungkap pemain kelahiran 21 Februari 1979 ini.
Menurutnya, kalau fans tak bisa bertingkah baik, dengan terus melakukan serangan rasial, klubnya yang harus menerima sanksi. Dan hukuman terberat yang bisa didapatkan klub adalah dengan didegradasikan atau bermain tanpa penonton selama semusim.
“Anda harus bermain semusim penuh tanpa penonton dan mereka akan mula berpikir tentang itu. Penggemar akan berpikir tentang bagaimana mereka harus berperilaku ketika mereka datang ke sebuah stadion,” jelas Chimbonda.
Chimbonda pun menceritakan pengalaman buruknya ketika masih bermain di Liga Prancis. Kala itu, ia membela Bastia sebelum bergabung dengan Wigan pada 2005.
“Aku diteriaki chants monyet dari tribun. Ada suporter yang masih kecil meludahi ku. Orang-orang juga melempari mobilku dengan batu. Itulah mengapa aku datang ke Inggris karena aku ingin menyimpan [kenangan] itu di belakang dan melanjutkan hidup,” tutur Chimbonda.
Chimbonda menyarankan para pemain walk out ketika ada serangan rasial. Kalau semua tim melakukannya, menurut Chimbonda itu akan memberikan perubahan besar atas rasisme.
“Sulit buat para pemain untuk melakukannya karena Anda harus kuat secara mental. Tidak ada seorang pun yang melawan rasisme; FIFA, UEFA, mereka tak melakukan apapun. Jadi buatku, Anda harus meninggalkan lapangan.”
Hukuman untuk serangan rasial di sepakbola amat tergantung dari bagaimana aturan yang dibuat oleh federasi setempat. Sementara itu, UEFA membuat tiga proses ketika rasime terjadi: pertandingan dihentikan, ditangguhkan, atau disudahi begitu saja. UEFA juga bisa mengeluarkan penutupan stadion sebagian sebagai hukuman. Kalau rasisme kembali terjadi, akan berbuah denda dan satu pertandingan tanpa penonton.
Kasus rasisme terbilang jarang terdengar di stadion-stadion Inggris, kecuali yang menimpa Sterling. Justru media-media Inggris yang mengompori suporter yang baik-baik saja untuk memberikan penilaian negatif terhadap pemain kulit berwarna. Hal ini yang pernah disinggung Sterling menyangkut pemberitaan yang berbeda terhadap pemain kulit berwarna.
Kala itu Dailymail memberitakan Tosin Adarabioyo yang membeli rumah senilai 2,2 juta paun. Yang menjadi sebal adalah judul yang digunakan kira-kira begini: Pesepakbola muda Manchester City, 20 tahun, dengan gaji 25 ribu paun perpekan, menghamburkan uang untuk rumah senilai 2,2 juta paun meski tak pernah main di Premier League.
Sementara itu, Dailymail memberikan judul yang berbeda untuk pemain Manchester City lainnya yang berbunyi: Bintang Manchester City, Phil Foden, membeli rumah baru senilai 2 juta paun untuk ibunya.
Apa yang membuat Dailymail memberikan judul berbeda tak lain karena Tosin adalah pemain berkulit hitam, sementara Foden berkulit putih.