Melihat Cara Bali United dan Persela Tundukkan Tira-Persikabo

Foto: Liga-Indonesia.id

Perlu diakui, dalam gelaran Liga 1 2019, tim bernama PS Tira-Persikabo mampu tampil fantastis. Mementahkan semua prediksi, mereka turut berkompetisi di papan atas.

Sejauh ini, skuat berjuluk ‘Laskar Pajajaran’ itu mampu bercokol di posisi kedua klasemen sementara Liga 1 2019, dengan torehan 34 poin, hasil dari 9 kali menang, 7 kali imbang, dan 2 kali kalah. Mereka mampu mengangkangi tim-tim macam Madura United maupun Arema FC.

Mereka juga pernah menorehkan catatan apik di putaran pertama musim 2019. Sepanjang 13 laga, mereka sama sekali tidak terkalahkan. Catatan ini baru pupus setelah pada pekan 14, mereka ditundukkan oleh Bali United di Stadion Pakansari.

Namun, catatan apik mereka sejauh ini juga sedikit tercoreng. Pada pekan 16, mereka ditundukkan oleh Persela Lamongan dengan skor 1-6 di Surajaya. Kekalahan telak ini jadi salah satu kekalahan terbesar yang tercipta di ajang Liga 1.

Nah, di sini, kami akan menjelaskan perihal kenapa Tira-Persikabo bisa ditundukkan oleh dua tim tersebut. Padahal, mereka dianggap sebagai tim dengan organisasi permainan yang rapi.

Bali United yang Sukses Mengunci Gerak Ciro Alves

Tak bisa dipungkiri jika sosok Ciro Alves adalah sosok kunci di lini serang Tira-Persikabo. Sejauh ini. ia sudah mencetak 11 gol dari 18 laga yang ia lalui bersama TIra-Persikabo. Namun, ada momen ketika Ciro pertama kali bisa dihentikan.

Momen itu terjadi ketika mereka menghadapi Bali United. Bisa dibilang, salah satu kunci kemenangan Bali United adalah karena mereka bisa mengunci gerak dari Ciro Alves. Bagaimana mereka melakukannya?

Saat bermain, Ciro selalu berada di depan, entah itu sebagai gelandang serang, “winger”, atau penyerang tengah. Intinya, Ciro diberikan keleluasaan oleh Rahmad Darmawan, pelatih Tira-Persikabo, untuk mengeksploitasi lini pertahanan lawan.

Namun, di laga melawan Bali United, kebebasan ini tidak didapatkan oleh Ciro. Ada dua cara yang ditempuh Bali United untuk menghentikan Ciro. Pertama, mereka mempersempit ruang gerak Ciro. Ruang gerak Ciro hanya dibatasi di area sayap saja.

Lazimnya, Ciro akan bergerak dengan liar di area pertahanan lawan. Sosok asal Brasil itu memang tetap bisa bergerak, tapi ia hanya mampu bermanuver di area sayap. Para pemain Bali United berhasil memaksa Ciro hanya memiliki satu opsi ketika menyerang: memberikan umpan silang.

Tidak hanya itu saja, untuk menghentikan gerak Ciro, para pemain Bali United sebisa mungkin menutup suplai bola menuju pemain yang pernah merumput di Thailand tersebut. Sekalipun bola bisa diberikan, ya, itu tadi. Hanya terbatas di area sayap saja.

Kemampuan Bali United dalam menghentikan Ciro ini membuat lini serang Tira-Persikabo kerepotan. Untuk merespons penjagaan terhadap Ciro tersebut, dua bek sayap pun kerap turut membantu penyerangan. Abduh Lestaluhu dan Rifad Marasabessy kerap maju ke depan.

Tapi, justru dua sisi sayap inilah yang jadi makanan empuk Bali United. Dua gol yang mereka ciptakan merupakan hasil dari kelengahan bek sayap, dipadukan oleh ruang-ruang yang tercipta akibat kegagalan gelandang tengah menutup ruang yang ditinggalkan bek sayap tersebut.

Dengan menghentikan Ciro, Bali United sudah mampu meruntuhkan organisasi permainan Tira-Persikabo.

Persela yang Terinspirasi Bali United

Selang dua pekan setelah kekalahan perdana dari Bali United, Tira-Persikabo kembali menelan kekalahan pahit. Kali ini, Persela Lamongan yang memberikan kekalahan bagi Tira-Persikabo. Tidak tanggung-tanggung, Tira-Persikabo kalah 1-6.

Salah satu kunci dari kemenangan Persela di laga ini hampir sama dengan Bali United di pekan 14. Namun, sedikit berbeda dengan Bali, Persela mendapatkannya tidak dengan cara menekan Ciro Alves. Mereka hanya memanfaatkan kesalahan yang diperagakan Tira-Persikabo.

Di laga ini, Tira-Persikabo langsung menekan sejak awal. Ketika mereka menekan, garis pertahanan tim turut naik. Di sinilah, petaka itu dimulai. Ketiadaan Manahati Lestusen yang acap jadi pelapis menjadi salah satu faktor utama.

Tugas untuk mengover lini tengah hanya diberikan kepada Louis Essengue seorang. Dari sinilah ruang-ruang yang mampu dieksploitasi oleh para pemain Persela tercipta.

Sugeng Efendi, Rafael Oliveira, serta Alex dos Santos Goncalves mampu mengeksploitasi ruang tersebut dengan apik. Kecepatan yang mereka miliki membuat lini pertahanan Tira-Persikabo kalang kabut. Alhasil, enam gol berhasil mereka bukukan ke gawang Tira-Persikabo.

Sedangkan bagi skuat berjuluk ‘Laskar Pajajaran’ tersebut, enam gol yang tercipta ini menjadi sebuah anomali dari organisasi permainan yang rapi. Banyak ruang di sana-sini, yang justru tercipta karena kesalahan mereka sendiri.

***

Saat ini, Tira-Persikabo memang masih menduduki papan atas Liga 1 2019. Mereka masih berada di posisi kedua dengan raihan 34 poin. Namun, selisih mereka dengan Bali United di posisi pertama sangat jauh, yakni 7 poin.

Namun, ke depan, Tira-Persikabo mesti waspada. Organisasi rapi yang jadi ciri khas permainan mereka mesti ditunjukkan kembali. Oleh karena itu, mereka mesti menemukan cara ketika Ciro Alves dihentikan lawan. Mereka perlu mode serangan baru tanpa mengandalkan sosok Ciro semata.

Selain itu, mereka juga harus bisa mengatur jarak antar pemain. Jangan sampai jarak antar pemain renggang, karena akibat jarak yang renggang ini, mereka mendapatkan dua kekalahan dalam kurun waktu tiga pekan