Membela ‘Sepakbola Negatif’ Rafael Benitez

Rafael Benitez membuat sebuah kejutan pada laga melawan Chelsea (26/8). Menjamu The Blues di St.James Park Stadium, mantan nahkoda Liverpool dan Valencia CF itu memasang lima orang bek. Ini bukan pertama kalinya Benitez memagari daerah pertahanannya dengan lima bek. Tapi jelas jarang dilakukan oleh pemilik dua piala La Liga tersebut.

Menurut Transfermarkt, Benitez sebelumnya pernah menerapkan hal ini pada tiga pertandingan Newcastle United. Dua melawan Manchester City dan sekali saat bertemu Liverpool. Perlu menunggu 11 laga dan lima bulan kemudian untuk melihat hal ini kembali dilakukan oleh Benitez.

Rafael Benitez biasanya menggunakan sistem 4-2-3-1 atau 4-3-3 pada setiap tim yang ia asuh selepas Liverpool. Perubahan dari empat menjadi lima bek telah ia coba beberapa kali. Namun jarang membuahkan hasil. Hanya ketika melawan TP Mazembe dan Parma (2010), Benitez melihat anak-anak asuhannya menang menggunakan cara ini.

Sisanya, kalah 0-1 di Derby Della Madonnina (2010). Kalah dari Manchester City 0-1 di St.James Park (2017) dan 1-3 ketika bertamu ke Etihad Stadium (2018). Kemudian, ditekuk 0-2 oleh Liverpool di Anfield (2018) dan terakhir 1-2 melawan Chelsea pada pekan ketiga Liga Premier musim ini.

Rafael Benitez jelas beberapa kali mencoba sistem ini untuk menghadapi lawan yang di atas kertas lebih superior atau memiliki performa lebih baik. Jika merujuk pada sistem utamanya (4-2-3-1 atau 4-3-3), perubahan tersebut memang cukup mengejutkan.

“Saya tidak pernah melihat Benitez menggunakan lima bek di Italia. Jelas hal itu membuat saya terkejut,” kata juru taktik Chelsea, Maurizio Sarri ke Sky Sports. Tapi, jika melihat catatan di atas dan menimbang kapan Benitez menggunakan pola tersebut, lima bek menjadi sesuatu yang wajar.

Efektif Meski Kalah

Cara yang diterapkan oleh Benitez ketika menjamu Jorginho dan kawan-kawan mungkin memang tidak memanjakan mata. Apalagi bagi publik tuan rumah yang melihat tim kesayangannya menguasai aliran bola kurang dari 20%.

Menurut situs The Mag, hal ini menuai banyak protes. Protes dari suporter The Blues. “Saya tidak mengerti mengapa Newcastle bisa dipertimbangkan sebagai ‘klub besar’,” tulis seorang suporter Chelsea. “Dari padangan saya, mereka itu ‘tim mungil’ yang bermain di stadion besar,” tulis lainnya.

Cara bermain yang dipilih Rafael Benitez saat menjamu Chelsea seakan telah menghapus sejarah klub. Kevin Keegan, Paul Gascoigne, David Ginola, bahkan Alan Shearer seakan dilupakan. Kisah di mana mereka jadi salah satu pesaing gelar liga seperti dihapus dari ingatan. Semua hanya karena satu pertandingan.

Newcastle United memang kalah dari Chelsea. Akan tetapi, kekalahan yang tipis. 1-2. Bukan hanya itu, The Blues juga mencetak gol dari hadiah penalti dari wasit, Paul Tierney setelah Fabian Schar bentrok dengan Marcos Alonso. Serta sebuah gol bunuh diri De Andre Yedlin.

Cara Benitez memang tidak indah. Tapi terbukti efektif. Hal itu juga diakui oleh Sarri. “Pertandingan ini sulit bagi kami. Mereka sangat rapat dan tidak memberi sedikitpun ruang gerak. Babak kedua kami membaik, namun tetap saja ini laga yang sulit,” aku Sarri ke Sky Sports.

Sial bagi Benitez, pola tersebut tidak mendapat apresiasi yang cukup. Bahkan sampai bisa membuat mereka lupa bahwa Chelsea hanya menciptakan sembilan peluang. Sembilan peluang meski memiliki 80% dari penguasaan bola. Itu lebih sedikit dari peluang yang diciptakan Chelsea melawan Huddersfield (11) di partai pembuka liga. Padahal saat itu aliran bola yang didapat The Blues lebih sedikt (63%) daripada saat mengunjungi St.James Park.

Sepak Bola Negatif ?

Setiap kali melihat permainan sepeti yang diterapkan Newcastle United pekan lalu (26/8), muncul sebuah pemikiran ‘sepak bola negatif’. Suporter Chelsea di situs The Mag bahkan sempat menyebut Benitez menaruh bis dua tingkat untuk menahan Hazard dan kawan-kawan.

Istilah ‘sepakbola negatif’ ini memang kerap kali digunakan jika ada sebuah tim yang tidak bermain indah. Mereka yang hanya duduk menunggu peluang untuk serangan balik. Jose Mourinho adalah sosok yang paling sering dikaitkan dalam hal ini.

Melihat Newcastle United yang menguasai bola di bawah 20%. Bahkan Jorginho seorang mencatat lebih banyak operan akurat dibandingkan satu tim Newcastle United (158:131), tidak aneh jika Rafael Benitez disebut memainkan ‘sepakbola negatif’.

Namun, kondisi Benitez berbeda dengan Mourinho. Jose Mourinho bisa disebut memiliki pemain-pemain yang mapan untuk menekan lawan dan mendominasi pertandingan. Hal itu tidak dimiliki oleh Benitez di Newcastle United.

Musim lalu, Newcastle United mencatatkan kemenangan 3-0 atas Chelsea di St.James Park. Padahal mereka kalah dari segi penguasaan bola (42:58) atau jumlah operan (316:486). Saat itu, jelas bukan kritik yang dia terima. Presiden Newcastle United Mike Ashley bahkan mengucapkan terima kasih ke Benitez setelah kemenangan tersebut.

“Saya ingin berterimakasih kepada Rafael Benitez atas pencapaian yang luar biasa ini. Benitez akan selalu mendapat dukungan saya terlepas laporan dari media yang mengatakan hal lain,” kata Ashley seperti dikutip Fotmob.

Dirinya mungkin dikritik bukan karena tidak memainkan sepak bola indah. Tapi karena ‘sepak bola negatif’ yang diterapkan gagal membuahkan hasil. “Ketika Glasgow Celtic pernah mengalahkan Barcelona dengan hanya 20% penguasaan bola. Kemarin (25/8), Manchester City kuasai 71% aliran bola, tetapi ditahan oleh Wolverhampton,” kata Benitez membela permainan yang dirinya terapkan seperti dikutip Mail Online.

Punya Amunisi di Belakang

Benitez sendiri mengakui bahwa tim yang ia turunkan melawan Chelsea bukan susunan terbaik. Empat pemain utama Newcastle saat ini sedang cedera. Tiga berposisi sebagai bek,  Florian Lejeune, Jamaal Lascelles, dan Javier Manquillo. Satu lagi merupakan tumpuan lini tengah, Jonjo Shelvey.

Komposisi Newcastle United musim ini adalah sembilan bek, lima pemain sayap, dan masing-masing empat gelandang tengah, penyerang serta penjaga gawang. Benitez memang memiliki opsi paling banyak di lini belakang. Melawan tim yang di atas kertas lebih unggul di segala aspek. Menerapkan 5-4-1 sangatlah masuk akal ketimbang mencoba 4-4-2 atau 4-4-1-1.

Mentalitas Joselu dan kawan-kawan di atas lapangan juga tidak buruk. The Magpies yang hanya memiliki penguasaan bola di bawah 20% berhasil mencatat lima peluang. Chelsea dengan penguasaan bola jauh lebih banyak, tidak dapat menciptakan peluang dua kali dari jumlah yang dimiliki Newcastle United.

Stabilitas Ekonomi

Benitez tidak memiliki kedalaman skuad yang mumpuni di lini tengah ataupun depan. Semua karena dia gagal mendapatkan dana 100 juta Poundsterling yang sempat dijanjikan.

Laporan bahwa Benitez akan dikucurkan dana 100 juta Poundsterling awalnya muncul dari The Sun. Hal itu kemudian diperkuat berita dari berbagai media asal Inggris yang menyebut Benitez meminta jumlah sama untuk berbelanja jika West Ham ingin mengontrak dirinya.

Namun pada kenyataannya, Benitez hanya mengeluarkan uang sekitar 30 juta Poundsterling untuk berbelanja di musim panas. Kucuran dana telah diminta Rafa sejak tahun lalu. Tapi dirinya juga tidak memaksakan kehendak.

“Jika Anda ingin penyerang yang bisa mencetak 20 gol atau lebih. Anda butuh 40 juta Poundsterling. Jika Anda ingin penyerang yang sesuai dengan kualitas rata-rata liga, 15 atau mungkin 10 juta Poundsterling. Kita tidak bisa melakukan itu,” kata Benitez seperti dikutip The Mag.

Meski sudah dijanjikan dana belanja besar, Newcastle meminta Benitez untuk tetap menggunakan cara yang sama. Uang yang dikeluarkan harus tidak jauh berbeda dengan yang telah didapat dari belanja pemain.

Prinsip ini telah digunakan Newcastle United sejak 2007. Setelah sebelumnya sempat berfoya-foya selama dua musim. Mendatangkan Michael Owen, Scott Parker, Obafemi Martins, dan lain-lain. Mengeluarkan dana sekitar 75 juta Poundsterling dan pemain yang mereka jual yang memberikan pemasukkan setengahnya. Mike Ashley yang datang pada musim semi tahun itu, mengubah kebijakan transfer klub.

Menurut Chronicle Live, kebijakan ini diharapkan bisa meningkatkan nilai klub di luar lapangan atau secara bisnis. Dengan biaya operasional klub yang besar dan ketatnya persaingan untuk menaikkan nilai jual klub, Benitez tidak bisa berharap banyak dari direksi klub. Penjualan pemain adalah sumber utama karena bonus liga dan sebagainya lebih diutamakan untuk menggerakan klub dari balik layar.

Sepakbola Realistis

Musim panas 2018, Benitez telah melepas 10 pemainnya dan memberikan dana sekitar 42.5 juta Poundsterling untuk dibelanjakan. Benitez kemudian mengontrak tujuh pemain. Menghabiskan 30 juta Poundsterling dalam proses. Direksi Newcastle United tentu memberi suntikan dana. Namun, suntikan itu hanya sebatas gigitan semut.

Satu-satunya yang bisa dilakukan Rafael Benitez adalah menggunakan apa yang ia miliki dengan cara terbaik. “Kalian harus mengendarai mobil yang ada. Saat di Liverpool saya bisa membantai Real Madrid 4-0. Saya menerapkan sepak bola menyerang besama Napoli. Kini di Newcastle United, saya harus menggunakan apa yang ada,” kata Benitez.

Bagi Benitez dan suporter Newcastle United, permainan The Magpies melawan Chelsea (26/8) bukanlah ‘sepak bola negatif’ tapi ‘realistis’. Negatif dan realistis, dua pandangan yang sering kali disamaratakan. Bukan hanya di lapangan tapi juga kehidupan.

Bukti dukungan dari Toon Army terlihat dalam hasil pemungutan suara yang dilakukan The Mag. Ketika ditanya, “Apakah Benitez menggunakan taktik yang benar -menghadapi Chelsea- ?”. 62% menjawab ‘Ya’.

Lagipula, jika dipikirkan lagi, jika Newcastle berhasil menahan imbang atau bahkan menang lawan Chelsea, akankah fokus kita ke ‘sepak bola negatif Benitez? Atau ke Chelsea yang gagal memanfaatkan peluang?

Sama seperti saat FC Barcelona dikalahkan Celtic. Seperti Manchester City yang ditahan Wolverhampton. Sama seperti ucapan Rafael Benitez!