Francesco Totti memutuskan untuk meninggalkan AS Roma dari jabatannya sebagai direktur klub. Hal ini menandai berakhirnya 30 tahun masa bakti Pangeran Roma untuk Serigala Ibukota.
Sebelumnya, juara Piala Dunia menghabiskan seluruh karier profesionalnya bersama AS Roma. Ia memutuskan untuk pensiun sebagai pemain pada Juli 2017. Totti kemudian ditawari jabatan sebagai direktur klub. Namun, lambat laun hubungannya dengan Presiden Roma, James Pallota, mulai memburuk. Meskipun demikian, Pallota menyatakan kalau dirinya menawari Totti jabatan Direktur Teknik.
“Saya mundur sebagai eksekutif Roma. Aku berharap hari ini tak pernah datang, malah hari yang jelek dan berat ini yang tiba,” kata Totti.
“Saya tak pernah mendapatkan kesempatan di area teknis bersama Roma. Ini jauh lebih buruk ketimbang pensiun sebagai pemain. Meninggalkan Roma bagai sekarat. Saya merasa lebih baik kalau saya mati saja,” ungkap pria berusia 42 tahun tersebut.
Dalam pernyataannya tersebut tersirat kalau dirinya cukup kecewa dengan kinerja manajemen Roma yang agaknya tak sejalan dengan visi Totti. Totti merasa kalau pemilik klub dan pengaruh mantan direktur yang kini menjabat sebagai konsultan klub, Franco Baldini, masih terasa.
“Ini adalah klub yang seharusnya dicintai dan didukung. Tidak seharusnya ada kelompok-kelompok yang pro-Totti, pro-Pallotta, atau pro-Baldini. Cukup fans Roma. Seperti yang aku bilang, presiden, pelatih, pemain datang dan pergi, tapi panji klub tidak.
“Aku tak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan diri. Mereka tak pernah mengikutkanku [dalam setiap keputusan]. Di tahun pertama itu bisa terjadi, tapi di tahun kedua aku mengerti apa yang mereka ingin lakukan.”
“Mereka tahu apa maksudku dan apa yang aku inginkan, untuk memberikan begitu banyak hal pada klub dan tim ini, tapi mereka tak pernah menginginkanku, sejujurnya. Mereka tak menyertakan saya dalam setiap keputusan.”
Totti menganggap ada orang-orang di klub yang ingin menyingkirkan orang asli Roma dari AS Roma. Dan pada akhirnya, Totti merasa kalau tujuan orang-orang ini berhasil terlaksana.
Kepergian Totti hanya sebulan setelah Kapten Roma, Daniele De Rossi, memutuskan kalau ia akan meninggalkan Roma akhir musim lalu. Pasalnya, secara mengejutkan klub tak memperpanjang kontraknya.
Totti sendiri bergabung dengan Akademi AS Roma pada 1989. Ia mencatat debutnya buat tim senior pada 1993 ketika usianya masih 16 tahun. Dia mencetak 307 gol dari 785 pertandingan. Prestasi terbesarnya adalah menjuarai Serie A pada 2001 dan Coppa Italia dua kali. Totti juga bermain sebanyak 58 kali buat Italia.
“Kalau aku adalah Presiden Roma dan punya dua ikon seperti Totti dan De Rossi, aku akan menempatkan mereka sebagai penentu semua keputusan. Pallotta dikelilingi oleh orang-orang yang salah dan dia hanya mendengarkan pada mereka. Semua orang membuat kesalahan, tapi kalau Anda membuat kesalahan yang sama selama delapan tahun, Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri. Sesuatu secara jelas salah,” kata Totti.
Pallotta sendiri menjalankan klub dari Boston. Ia bahkan sudah tak ke Roma lebih dari setahun, dan Totti menyatakan kalau itu adalah masalahnya.
“Selama delapan tahun di sini, sejak orang-orang Amerika tiba, mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk menyingkirkan kami. Ketika bos tidak ada, semua orang melakukan apa yang mereka suka. Itu kasus yang terjadi di mana-mana,” kata Totti.
Pekan lalu, dalam wawancara dengan website Roma, Pallota mengatakan kalau dirinya menawari Totti jabatan direktur teknis. Pallotta menganggap jabatan dirtek merupakan peran yang sangat penting dan punya pengaruh yang besar. Akan tetapi, Totti justru tak merasa kalau ini akan terjadi. Salah satunya ketika Roma mendatangkan Paulo Fonseca sebagai pelatih baru.
Totti menepis laporan kalau dia menyodorkan nama Gennaro Gattuso atau Sinisa Mihajlovic untuk pelatih baru Roma. “Satu-satunya pelatih yang aku sebutkan hanyalah Antonio Conte,” tutur Totti.
Dan seperti kita tahu, Conte ke ibukota hanya singgah, karena tujuannya adalah Milan.
Musim lalu merupakan salah satu musim terburuk Roma. Mereka hanya finis di peringkat keenam di Serie A yang membuat mereka tak akan bermain di Liga Champions musim depan. Padahal, dua musim lalu Roma sempat berhasil mencapai semifinal Liga Champions sebelum kalah agregat dari Liverpool. Namun, musim lalu, mereka langsung dikalahkan FC Porto di babak 16 besar.
Pallotta awalnya membawa janji manis dengan rencana pembangunan stadion baru pada Maret 2014. Stadion tersebut rencananya rampung untuk musim 2016/2017. Namun, hingga kini konstruksi pembangunan masih sebatas angan-angan karena masalah birokrasi.
Saat ditanya peluangnya kembali ke Roma, Totti cuma bilang: “Asalkan pemiliknya berbeda. Ada banyak janji yang dibuat. Tapi pada akhirnya mereka tak bisa menjaganya.”