Adrian Lopez, Jelmaan Ronaldo yang Dirusak FC Porto

Foto: UEFA.com

Jagoba Arrasate terlihat serius membangun Osasuna untuk La Liga 2019/2020. Kembali ke divisi tertinggi sepakbola Spanyol sebagai jawara Segunda, Osasuna telah mengeluarkan dana 11,2 juta Euro untuk mendaratkan pemain-pemain baru. Dana tersebut jauh lebih dari pengeluaran klub dalam empat musim terakhir mereka di La Liga.

Biasanya mereka hanya menggelontorkan dua hingga tiga juta Euro untuk membangun tim. Tapi Arrasate sudah menghabiskan lima kali lipatnya untuk mendatangkan delapan pemain baru. Pemain-pemain yang didaratkan juga tidak sembarangan.

Mantan wonderkid Mallorca, Brandon, didaratkan dari Stade Rennes. Marc Cardona ditebus dari FC Barcelona. Pencetak 10 gol untuk SD Huesca pada musim 2018/2019 juga berhasil dipertahankan di La Liga setelah Los Rojillos menebusnya dari San Lorenzo.

Semua mungkin belum memiliki reputasi bintang di Spanyol. Namun Arrasate juga telah mendaratkan Adrian Lopez secara cuma-cuma dari FC Porto. Pemain kelahiran 8 Januari 1988 akan menjadi salah satu pemain senior di El Sadar. Bersama Rubén Martínez, Oier, Xisco, Iñigo Pérez, dan Juan Villar.

Nama Adrian sudah mewarnai La Liga sejak 2006/2007, terakhir ia membela Deportivo La Coruna di musim 2017/2018. Super Depor merupakan kesebelasan yang memperkenalkan talenta Adrian pada para penikmat sepakbola. Meski demikian, namanya baru benar-benar naik saat membela Atletico Madrid (2011-2014). Total, Adrian telah terlibat dalam 67 gol dari 270 penampilannya di La Liga. Sekitar 26% di antaranya, ia berikan untuk Rojiblancos.

Adrian sebenarnya hanya satu tahun menghilang dari Spanyol. Akan tetapi ketika membela Villarreal (2015-2017) dan Deportivo La Coruna (2017/2018), dirinya seperti tidak terlihat.

Selama satu setengah musim membela the Yellow Submarines, Adrian hanya tampil 31 kali di La Liga. Saat kembali ke Estadio Riazor, ia gagal untuk membantu Super Depor bertahan di divisi tertinggi sepakbola Spanyol. Padahal pada masanya, dia adalah salah satu talenta terbaik di Negeri Matador.

Penerus Sergio Aguero

Foto: AS

“Dia mengingatkan saya pada Ronaldo (Nazario). Bagaimana dirinya dapat bergerak sambil dengan cepat. Handal melewati lawan dan bisa mengubah ritme permainan. Adrian adalah penyerang yang bisa membunuh Anda,” kata Miguel Angel Lotina yang menangani Adrian di masa mudanya bersama Deportivo. “Ia akan jadi pemain yang fenomenal dan mencetak banyak gol. Adrian akan membuktikan dirinya di masa depan,” lanjut Lotina.

Terlibat dalam 15 gol pada musim 2010/2011, jasa Adrian ditebus Atletico Madrid asuhan Gregorio Manzano. Sebelum menginjak Vicente Calderon, Adrian juga berhasil menjuarai Piala Eropa U21 bersama tim nasional Spanyol. Mencetak lima gol dan pulang membawa sepatu emas. Mengalahkan jumlah gol Admir Mehmedi, Danny Welbeck, dan Juan Mata.

Manzano pun memproyeksikan Adrian sebagai pengganti Sergio Aguero di lini serang Rojiblancos.  Apalagi melihat sejarah Adrian dan Aguero, keduanya pernah bersaing menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia U17 2007.

Ketika itu Aguero mendapat sepatu emas dengan enam gol. Sementara Adrian pulang dengan sepatu perak, satu gol di bawah Aguero. Tapi di Atleti, ia kalah dari Radamel Falcao, Diego Costa, dan David Villa.

Meski demikian, Adrian tetap mendapatkan kepercayaan besar selama di Kota Madrid. “Dia merupakan pemain yang efektif dan cocok untuk menjadi duet Falcao. Dirinya punya masa depan yang cerah di sini,” kata Manzano.

Keyakinan serupa juga dimiliki oleh Diego Simeone. Sekalipun El Cholo mengakui Adrian memiliki musim yang buruk di 2013/2014, ia tetap ingin mantan pemain Real Oviedo itu bertahan. Simeone bahkan menolak tawaran Arsenal dan Tottenham untuk Adrian.

Sayangnya, setelah FC Porto menunjuk Julen Lopetegui untuk menjadi nakhoda mereka, Adrian tidak bisa lagi ditahan oleh Simeone. Penyerang asal Asturias tersebut tidak bisa menolak tawaran dari mantan nakhodanya di tim nasional U21 Spanyol. Lopetegui adalah sosok yang memberikan masa-masa terbaik pada karier Adrian. Pindahlah dia ke Porto.

Mimpi Buruk di Porto

Foto: AS

Mimpi buruk kemudian datang menghampiri di Portugal. Pada musim pertamanya, ia hanya tampil 18 kali dan mencetak satu gol untuk Porto. Lopetegui awalnya membela Adrian dan mengatakan bahwa pemain binaannya di Spanyol U21 masih butuh adaptasi. Tapi Presiden Porto Jorge Nuno Pinto da Costa tidak menerima alasan tersebut.

“Saya mempercayakan semuanya ke pelatih [Lopetegui] untuk membangun tim terbaiknya. Tapi dia justru mendatangkan pemain yang gagal. Saya bahkan tidak pernah mendengar nama Adrian sebelumnya,” aku Pinto. Lopetegui pun menyerah dan mempersilahkan Adrian untuk pergi dari Porto jika memang itu yang terbaik bagi semua pihak.

Sekalipun Adrian sebenarnya sempat mendapatkan nafas kehidupan di bawah arahan Sérgio Conceição, ia memang merasa masa-masa di Porto sebagai mimpi buruk. “Saya ingin melupakan lima tahun [di Porto] ini. Saya tidak bisa bahagia bermain sepakbola,” buka Adrian.

“Selama lima tahun saya menjalani masa-masa yang sulit. Setelah cedera saya diasingkan dari tim dan dipinjamkan ke Villarreal. Porto selalu lebih memilih untuk membuang saya ke klub lain. Saya menerima banyak tawaran. Mulai dari Meksiko, Amerika Serikat, Tiongkok, Turki, semua datang. Tapi prioritas saya tetap Spanyol,” lanjutnya.

Adrian yang pertama datang sebagai salah satu pemain termahal Porto (11 juta Euro), akhirnya pergi dengan cuma-cuma. Dalam lima tahun, ia hanya tampil 52 kali untuk tim asal Portugal tersebut. Mencetak tujuh gol dan mengarsiteki delapan lainnya.

***

Hanya menandatangani kontrak satu tahun dengan Osasuna, musim 2019/2020 akan jadi pertarungan terakhir Adrian. Bukan berarti ia akan segara pensiun. Namun, sejak dirinya digadang-gadang sebagai pemain besar pada musim 2006/2007, ia belum benar-benar membuktikan hal tersebut.

Adrian mungkin gagal menjadi pengganti Aguero di lini depan Atletico Madrid. Dirinya mungkin tidak bisa mencapai status bintang seperti mantan-mantan penyerang Atleti lainnya. Mulai dari Christian Vieri hingga Antoinne Griezmann.

Akan tetapi, jika ia bisa membantu Osasuna untuk selamat dari degradasi atau bahkan membuat kejutan di La Liga, dirinya tidak mungkin bisa dicap gagal lagi. Pasalnya, pada 2017/2018, hal itupun gagal dilakukan Adrian bersama klub yang membesarkan namanya, Deportivo La Coruna.