Arjen Robben dan Romantisme PSV Eindhoven

Foto: Transfermarkt

Setelah resmi meninggalkan Bayern Munchen di akhir musim 2018/2019, masa depan Arjen Robben masih menggantung. Berbagai pihak sebenarnya tertarik menggunakan jasanya. Menurut laporan yang beredar, Robben bisa saja mendarat di Tiongkok ataupun Amerika Serikat menikmati masa tuanya.

Akan tetapi, Si Kaki Kaca juga membuka peluang untuk gantung sepatu. “Semuanya pasti akan berakhir. Saya telah memikirkan hal ini cukup lama karena cedera. Mungkin saja saya terus bermain. Tapi mungkin juga saya pensiun. Jika saya tetap bermain, klub berikutnya harus menjadi yang terbaik. Bukan hanya untuk saya dan sepakbola. Juga untuk kehidupan keluarga saya,” kata Robben.

Bedasarkan laporan Ben Carter dari 90min, Robben masih diajak untuk bermain di level tertinggi. Selain peluang main di Chinese Super League dan Major League Soccer, Inter Milan, Benfica, serta Ajax Amsterdam disebut menginginkan Robben.

Namun, Carter memilih jalur yang sentimentil. Mengatakan Robben kemungkinan besar akan kembali ke FC Groningen, klub yang pertama ia bela dalam karier profesionalnya.

Dalam surat yang ditulis Robben di Player’s Tribune, ia juga terlihat rindu kepada Trots van het Noorden. Mengenang masa saat ia diberi kesempatan untuk menjalani debut sebagai pemain berusia 17 tahun. Akan tetapi, saat itu PSV Eindhoven belum datang menjadi salah satu peminat Robben.

Nakhoda PSV Mark van Bommel secara terbuka mengakui bahwa dirinya ingin membawa Robben kembali ke Phillips Stadion. “Tentu kami akan sangat senang jika ia kembali. Dia tahu bahwa pintu terbuka untuknya. Namun semua tergantung Robben, saya tidak mau memaksa dia untuk kembali ke sini,” kata van Bommel yang membela PSV dan Bayern Munchen bersama Robben.

PSV Membuka Pintu Kesuksesan Bagi Robben

Foto: Twitter / @ChelseaFC

Hampir dua dekade menjalani kehidupan sebagai pesepakbola profesional, Robben selalu meraih kesuksesan. Tidak peduli klub apa yang ia bela, pasti dirinya meraih piala. Namun, kesuksesan itu tidak dimulai di Groningen, melainkan PSV.

Robben memang sudah diakui sebagai pemain penuh talenta sejak menggunakan seragam hijau-putih. Namun, pencapaian terbaiknya bersama Trots van het Noorden hanyalah lolos ke perempat final KNVB Beker. Robben terseret-seret di papan bawah selama dua tahun membela Groningen.

PSV yang mengangkat derajatnya menjadi salah satu pemain paling diperhitungkan di dunia. Ia bahkan sempat menjadi incaran Sir Alex Ferguson sebelum memilih Chelsea sebagai pelabuhan berikutnya.

“Saya bertemu Sir Alex, kami makan malam dan berbicara. Saya menikmati waktu-waktu bersamanya. Tetepi, saat saya kembali ke PSV, Manchester United tidak juga melayangkan tawaran resmi. Chelsea datang dan saya tertarik dengan apa yang mereka tawarkan. Saya akhirnya memilih Chelsea,” aku Robben.

Sisanya adalah sejarah. Faktanya, Robben mungkin tak akan memiliki karier secemerlang ini jika bukan karena PSV.

Prestasi Dimulai di PSV, Bukan Groningen

Sekalipun memiliki talenta besar, Robben baru ditempa di Phillips Stadion. Ia bertemu di Guus Hiddink di sana. Hiddink mengakui kemampuan Robben muda, tapi ia juga tidak ragu memberikan perlakuan keras kepada pemain kelahiran Bedum itu.

“Sikap Robben benar-benar tidak bisa diterima. Pemain muda boleh melakukan kesalahan, tapi apa yang ia perbuat adalah hal yang tidak perlu. Jika dirinya ingin benar-benar mampu menghadapi bek tangguh, dia butuh banyak belajar,” kata Hiddink setelah melihat Robben melakukan diving. “Robben pemain pintar, dirinya pasti akan belajar,” tambahnya.

Ucapan Hiddink itu menjadi kenyataan. Meski pergerakan Robben sebenarnya sesuatu yang mudah dibaca, pertahanan lawan selalu kesulitan menutup ruangnya. Ia menjadi salah satu pemain paling produktif di Bayern Munchen ataupun tim nasional Belanda. Raihan gol Ruud van Nistelrooy dan Johan Cruyff bahkan dilewati oleh Robben.

Kembali ke Groningen mungkin akan romantis. Namun, jika Robben ingin mengakhiri kariernya di puncak, PSV adalah pilihan terbaik.

Huntelaar, van Bommel, dan Romantisme Klub

Foto: Telegraaf

Lihat Klaas Jan Huntelaar, setelah malang melintang keliling Eropa, ia tidak kembali ke PSV ataupun SC Heerenveen. Sekalipun PSV adalah klub pertama Huntelaar. Meskipun namanya naik bersama Hereenveen. Ia kembali ke Ajax, tempat yang memberikan gelar pertama dia sebagai pemain profesional.

Mark van Bommel juga sama. Usai menjuarai Liga Champions bersama FC Barcelona dan Bayern, van Bommel tidak kembali ke Fortuna Sittard. Meski ia menjuarai Eerste Divisie -divisi dua Belanda- bersama Fortuna, PSV adalah tempat yang membentuk dirinya.

Huntelaar menjurai Eredivisie 2018/2019 setelah kembali dari Schalke. Sementara van Bommel mengangkat piala Johan Cruijff Schaal sebelum gantung sepatu dan menangani PSV. Robben bisa merasakan hal yang sama, bahkan mungkin lebih baik dari keduanya jika ia kembali ke PSV.

Bayangkan jika PSV menjuarai Eredivisie 2019/2020. Robben mungkin akan mengangkat piala terakhir bersama kesebelasan yang memberikan dia gelar pertama dalam sepanjang karier sepakbolanya. Full circle, romantis bukan?