Ezequiel Munoz, Anak Emas Argentina yang Gagal di Perantauan

Absen di kompetisi antar klub Amerika Selatan pada 2019, Club Atletico Lanus dipastikan akan kembali mewarnai Copa Sudamerica 2020. Anak-anak asuh Luis Zubeldia berhasil mendapatkan tiket kompetisi itu setelah menduduki peringkat 11 Superliga 2018/2019. Unggul satu poin dari peserta Copa Libertadores 2019, Godoy Cruz dan CA Talleres.

Banyaknya jatah tempat yang disediakan untuk kesebelasan Argentina di kompetisi antar klub Amerika Selatan memudahkan Lanus masuk ke Copa Sudamerica. Sekalipun mereka sebenarnya hanya duduk di papan tengah dari liga 26 peserta.

Namun, Granate –julukan Lanus– sepertinya tidak main-main membangun skuad mereka di 2019/2020. Pada awal tahun, mereka telah mendaratkan mantan penyerang Deportivo La Coruna serta tim nasional Argentina, Jose Sand, ke La Fortaleza. Memasuki pertengahan tahun, giliran salah satu nominasi Golden Boy 2010 dipulangkan ke Buenos Aires.

Ezequiel Munoz namanya. Bek kelahiran yang sempat disebut menjadi salah satu talenta muda terbaik di Eropa bersama Mario Gotze, Eden Hazard, dan Joel Matip. Ketika ketiga nama itu sudah memiliki gelar Liga Champions dalam resumenya, Munoz hanya meraih gelar juara Serie-B dalam sembilan tahun kariernya di Benua Biru.

Saat nama nominasi Golden Boy 2010 diumumkan oleh Tuttosport, Argentina hanya punya dua wakil di daftar tersebut: Munoz dan Mateo Musacchio. Ketika itu, Munoz boleh dibilang anak emas Argentina. Mengingat Musacchio telah merantau satu tahun lebih dulu daripada dirinya. Itu adalah musim pertama Munoz bermain di luar Argentina dan langsung masuk nominasi Golden Boy!

Pengakuan Martin Palermo

Foto: UEFA

Harapan besar memang dibawa Munoz ke Italia. Ia datang sebagai pengganti Simon Kjaer yang baru dijual Palermo ke Wolfsburg. Palermo harus mengeluarkan lima juta euro untuk bisa mengunci jasanya dari kejaran Fiorentina.

La Viola padahal sudah lebih dulu meminati jasanya dan disebut sebagai pelari terdepan. Akan tetapi, cedera lutut yang menerpa Munoz membuat kesebelasan asal Florence itu harus menunggu dan disaingi oleh Palermo. Keberhasilan Rosanero menyalip Fiorentina tidak lepas dari peran legenda Boca, Martin Palermo.

Penyerang idola publik La Bombonera itu tidak menyarankan Munoz ke Sisilia karena klub berkostum pink-hitam punya nama yang sama dengan dirinya. Tidak. Palermo ingin melihat juniornya untuk berkembang jadi pemain bintang dan Rosanero adalah pilihan terbaik.

“Palermo adalah surga bagi pemain muda Argentina. Javier Pastore, Paulo Dybala, mereka sudah memperlihatkan kualitasnya di sana. Munoz juga bisa melakukan hal serupa. Dirinya memang tidak terlalu banyak bermain bersama kami [Boca]. Tapi dia selalu berlatih keras dan untuk pemain muda Argentina, pergi ke Italia adalah cara untuk mewujudkan mimpi,” kata Palermo.

Hanya dalam satu musim, Munoz berhasil menarik perhatian. Ia langsung jadi bagian inti Rosanero sepanjang 2010/2011 dan membantu mereka mengakhiri musim di peringkat delapan klasemen akhir Serie-A. Dengan hasil itu, Rosanero lolos ke Liga Europa untuk ke-empat kalinya dalam enam tahun.

Memilih Gasperini

Foto: Zimbio

Sayangnya, ia terlalu lama bertahan di Renzo Barbera. Bahkan sempat ikut turun ke Serie-B pada 2013. Walaupun keputusannya untuk bertahan memberikan satu-satunya piala dia selama di Eropa, Munoz sebenarnya punya banyak kesempatan untuk hengkang. AS Roma, AC Milan, bahkan Fiorentina belum menyerah mendapatkan jasanya.

Munoz selalu menghindar jika ditanya tentang masa depannya. “Masa depan saya ada di tangan Presiden [Maurizio Zamparini]. Saya yakin Palermo dapat membentuk tim yang kuat,” kata Munoz. Hubungan Munoz dengan Zamparini mulai retak saat Juventus ikut dalam perburuan jasanya.

Perpanjangan kontrak dari Palermo ditolak. Kemudian Kepala Pelatih Rosanero Giuseppe Iachini mulai menghapus nama Munoz dari daftar susunan pemainnya. “Munoz diberikan perpanjangan kontrak. Kontrak penting bagi kami. Tapi dia menolak. Iachini hanya ingin timnya dibela oleh pemain yang fokus kepada Palermo, Munoz tidak termasuk,” jelas Dario Baccin selaku direktur teknis klub saat itu.

Munoz akhirnya hengkang dari Sisilia. Bukan ke Juventus, tapi Sampdoria. Meskipun jarang tampil, ia tetap dipantau klub-klub peminat. Agen Munoz, Davide Lippi, bahkan masih melihat kemungkinan kliennya mendarat di San Siro setelah masa pinjamannya bersama Sampdoria berakhir.

Lagi-lagi, meskipun selalu dikaitkan dengan tim papan atas, Munoz berakhir di kesebelasan yang tidak jauh berbeda dengan Palermo. Munoz memilih untuk reuni dengan Gian Piero Gasperini di Genoa.

Mengatakan bahwa Gasperini adalah sosok yang membantu perkembangannya selama di Italia. “Gasperini telah mengubah diri saya. Ia adalah orang yang membuat orang-orang banyak memberi komentar positif tentang permainan saya,” aku Munoz.

Rindu Argentina

Foto: Ole

Memilih Gasperini membuat pintu untuk ke papan atas tertutup. Usianya sudah tidak muda lagi dan saingan di lini belakang semakin banyak. AC Milan yang tadinya mengincar Munoz justru beralih ke kompatriotnya di daftar nominasi Golden Boy, Mateo Musacchio.

Sementara Munoz dilepas ke Leganes sebelum pulang ke Argentina dan menerima kontrak dari Lanus. Rasa rindu rumah ini sudah mulai muncul sejak 2013. Ketika ia meluangkan waktu untuk berkunjung ke Boca Juniors meski sudah berstatus pemain Palermo. “Suatu hari nanti saya berharap bisa kembali membela tim ini,” kata Munoz.

Ketika kerusuhan menyelimuti Superclasico antara Boca dan River Plate di final Copa Libertadores, Munoz juga tidak tinggal diam. “Saya akan memberikan hidup saya agar dapat bermain di partai bersejarah seperti itu. Tidak ada yang mengalahkan Superclasico,” katanya.

Resmi pulang ke Argentina, Munoz fokus ke petualangan barunya di rumah sendiri. “Saya sudah berbicara dengan Zubeldia dan sangat antusias untuk membantu proyek klub ini. Semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk para suporter,” kata Munoz.

Terkait masa-masanya selama di Eropa, Munoz tidak memiliki penyesalan. Sekalipun dia gagal memenuhi potensinya di sana. “Saya senang dengan karier yang sudah ada. Saat Lanus datang, saya tidak ragu menerimanya. Saya sudah tahu bahwa klub ini berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir”.

Munoz mungkin sudah melanjutkan hidupnya dan membuka lembaran baru. Akan tetapi, untuk sebagian orang, dia tetaplah potensi besar yang gagal. Untungnya ia hanya tercatat di daftar nominasi Golden Boy 2010. Daftar yang juga memuat Federico Macheda, Tiago Bebe, dan Bojan Krkic. Jadi ya sudahlah..