Felipe Anderson dan Pelajaran dari Dimitri Payet

Foto: Playing For 90

Sudah enam tahun West Ham United mengincar status salah satu kesebelasan terbaik di Inggris. Setidaknya sejak berhasil mengamankan Olympic Stadium dari rebutan Tottenham Hotspur, the Hammers berambisi jadi wakil langganan Inggris di kompetisi Eropa.

Sejak saat itu pula mereka berani menggelontorkan banyak uang. Mempermanenkan Andy Carroll dari Liverpool. Menjadikan Enner Valencia sebagai penjualan termahal Liga Meksiko (13,5 juta pauns). Hingga merekrut Angelo Ogbonna dan Sam Byram yang saat itu sedang diincar banyak kesebelasan lain.

Dari semua pembelian the Hammers di tiga musim pertamanya berusaha mengincar kompetisi antar klub Eropa, pemain asal Prancis, Dimitri Payet dapat dikatakan sebagai yang terbaik. West Ham memenangkan persaingan melawan Everton untuk jasa Payet dengan memberikan dana 13,5 juta pauns kepada Olympique Marseille.

“Kami mendapatkan pemain kelas dunia. Jika Payet masih berusia 22 tahun, mungkin ia akan dihargai 30 juta pauns atau lebih. Meski sudah berusia 28 tahun, dirinya masih ada dalam kondisi yang prima,” kata Presiden West Ham David Sullivan.

Foto: Independent

Dalam waktu singkat, Payet pun menjadi idola baru di Boleyn Ground. Terlibat dalam 20 gol dari 30 laga Premier League 2015/2016. Dirinya adalah sosok yang memberikan optimisme kepada suporter West Ham. Bahwa ada kehidupan di luar Boleyn Ground. Bahwa ambisi the Hammers untuk jadi kesebelasan ternama (lagi) di Inggris bukanlah sekedar mimpi belaka.

Tapi dengan penampilan impresif di Premier League, berbagai klub lain pun ingin membeli Payet. Real Madrid dan Barcelona sampai masuk ke dalam daftar klub yang menginginkan jasanya. Diminati raksasa sepakbola Eropa, Payet pun mulai gerah di London.

Setelah satu setengah musim membela the Hammers, Payet pun akhirnya dilego. Bukan ke Real Madrid atau Barcelona. Tapi pulang ke kesebelasannya sebelum West Ham, Marseille. “Saya tak tahu kenapa ia memilih West Ham. Saya mengatakan kepadanya untuk pergi ke Manchester United atau Juventus,” aku Slaven Bilic yang ketika itu menangani West Ham.

Sudah dua setengah tahun sejak Payet pergi meninggalkan West Ham, cerita yang sama berpeluang terjadi lagi. Kali ini gelandang asal Brasil, Felipe Anderson yang diincar berbagai kesebelasan top Eropa seperti Liverpool dan Real Madrid.

Menolak Tottenham dan Chelsea

Foto: Zimbio

Keinginan West Ham untuk menjadi langganan kompetisi antar klub Eropa sebenarnya tak menjadi kenyataan. Mereka masih tertahan di papan tengah Premier League. Tidak pernah menembus 10 besar klasemen sejak 2016/2017. Tapi hal itu tidak membuat the Hammers gagal memenangkan perebutan talenta.

Diincar Tottenham dan Chelsea, Anderson justru mendarat di London untuk West Ham. “Saya tahu bahwa West Ham adalah kesebelasan yang penuh dengan tradisi. Bobby Moore, Paolo Di Canio, Carlos Tevez, semuanya adalah pemain hebat yang membela tim ini,” kata Anderson setelah ditebus dengan dana 36 juta pauns dari Lazio.

Hingga 27 Mei 2019, nama Anderson masih tercatat sebagai pemain termahal yang pernah dibeli West Ham. Kontribusinya untuk the Hammers di 2018/2019 ikut memperkuat bahwa uang yang digelontorkan the Hammers tidaklah sia-sia. Mencetak sembilan gol dan arsiteki empat lainnya dari 36 pertandingan.

Tanpa Anderson, West Ham tidak akan mengakhiri musim di 10 besar. Kehilangan 15 poin dan turun hingga peringkat 16 klasemen akhir Premier League 2018/2019. Memiliki poin yang sama dengan Brighton & Hove, hanya unggul selisih gol.

Ingin Bertahan di West Ham

Foto: BBC

Berkat Anderson, Manuel Pellegrini bisa melihat tahun pertamanya di West Ham sebagai sebuah keberhasilan. “Saya rasa setahun pertama ini sudah cukup baik. Kita kehilangan banyak pemain karena cedera. Tapi mereka yang bisa tampil menunjukkan kualitasnya. Sepanjang 2019, kita juga hanya kalah sekali di kandang,” kata Pellegrini.

Menurut mantan bek Tottenham, Ledley King, ada dua pemain yang menjadi alasan utama Pellegrini memiliki hasil positif. “Premier League terkadang banyak menuntut. Tapi apabila melihat penampilan Issa Diop dan Anderson, keduanya selalu konsisten dalam setiap laga,” kata King.

Kini, Liverpool disebut siap menggelontorkan 75 juta pauns untuk Anderson. Real Madrid kabarnya juga memasukkan namanya sebagai alternatif jika gagal mendatangkan Eden Hazard dari Chelsea. Tapi West Ham disebut enggan melepas jasa Anderson.

Anderson sendiri mengaku masih ingin bertahan di London Stadium. “Sangat disayangkan kita gagal mencapai target [enam besar]. Tapi menurut saya kita punya potensi untuk bisa melakukan hal itu. Kita semua tahu bahwa tim ini memiliki potensi. Kita juga kuat melawan tim-tim papan atas Premier League. Pasti ada saja yang bisa kita kalahkan,” katanya.

Kesempatan Langka

Foto: Independent

Padahal jika rumor yang beredar bisa dipercaya, musim panas 2019 adalah momen yang tepat untuk Anderson pergi ke kesebelasan populer seperti Liverpool. Bertahan di West Ham sama saja melakukan kesalahan yang sama dengan Payet. Memilih Marseille saat ada Juventus dan Manchester United menginginkan jasanya.

West Ham memang salah satu kesebelasan penuh tradisi dan pernah dibela pemain ternama. Tapi dalam satu dekade terakhir, sedikit dari mereka yang dapat merasakan masa-masa terbaiknya di sana. Entah itu Tevez atau Demba Ba, tidak ada yang benar-benar merasakan kesuksesan di West Ham.

Masalahnya persaingan untuk masuk enam besar Premier League saat ini sudah semakin sulit. Bukan hanya Manchester City, United, Chelsea, Arsenal, dan Liverpool saja yang bersaing seperti dulu. Everton dan Tottenham juga masuk ke dalam persaingan. Belum lagi Wolverhampton Wanderers.

Lebih baik Anderson pergi dengan baik-baik. Menjadi pemain termahal yang pernah dijual the Hammers dengan dana 70 juta pauns. Sebelum optimisme yang ia miliki dihancurkan oleh kenyataan, merasa gerah di London, dan hanya membuat masalah di sana. Selagi ada kesebelasan yang mampu dan mau memecahkan rekor untuk Anderson.