Memahami Keputusan Jota Jadi Pengkhianat Birmingham City

Foto: Football Paradise

Jota Peleteiro resmi meninggalkan Birmingham City untuk bergabung dengan rival sekota, Aston Villa. Dana yang dikeluarkan the Villans untuk pembelian pertamanya di 2019/2020 tidak dipublikasikan. Namun mereka juga mengirim Gary Gardner ke St.Andrews sebagai pengganti Jota yang mendarat di Villa Park.

Dikontrak selama dua tahun, Jota adalah pembelian pertama Aston Villa setelah berhasil mendapatkan tiket promosi. Dia kemudian disusul Anwar El Ghazi yang dipermanenkan Dean Smith dari Lille dengan dana sembilan juta pauns.

Keputusan Jota mengkhianti the Blues memang mengejutkan. Ia adalah pemain pertama yang pindah dari Birmingham ke Aston Villa sejak Alan Curbishley pada 1983. Beda dengan Aston Villa yang telah dikhianati oleh Liam Ridgewell, Craig Gardner, dan Curtis Davies di milenium ketiga, Jota adalah pemain pertama yang berani menyebrang ke Aston.

Nasib Curbishley di Villa Park tidak cerah. Ia hanya bertahan satu tahun di sana. Setelah pergantian manajer dalam tubuh the Villans, Curbishley dilego ke Charlton Athletic. Hal ini mungkin menjadi alasan utama mengapa tidak ada pemain Birmingham yang berani untuk menyebrang setelah Curbishley.

Foto: UEFA

Berbeda dengan Ridgewell, Gardner, dan Davies yang merasakan kesuksesan bersama the Blues. Bahkan saat Aston Villa mendaratkan mantan manajer Birmingham, Alex McLeish, mereka juga tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Padahal McLeish merupakan sosok yang mengantarkan the Blues ke tahta juara Piala Liga 2011. Memaksa Arsenal puasa gelar lebih lama dalam prosesnya.

Meski demikian, Jota tetap optimis bisa memberi kontribusi positif untuk the Villans. “Saya sangat senang bbergabung dengan klub besar seperti Aston Villa,” ungkap Jota. Pernyataan formalitas mengingat dirinya juga menyebut Birmingham sebagai klub besar saat diboyong dari Brentford.

Bedanya, bila melihat perspektif sepakbola Inggris sebelum era Premier League, the Villans memang klub besar. Menjuarai Liga Inggris tujuh kali dan mengalahkan Bayern Munchen di final Liga Champions 1982. Tidak seperti Birmingham yang prestasi terbaiknya hanya final Piala FA (1931, 1956).

Ini mungkin alasan utama Jota memilih Aston Villa. “Sangat penting bagi saya untuk dapat main di Premier League,” lanjutnya. Sheffield United yang juga mendapatkan tiket promosi Premier League sebagai juara EFL Championship disebut menginginkan Jota. Akan tetapi, the Blades tidak memiliki status ‘klub besar’ yang disebut Jota.

Pengaruh dari Pinggir Lapangan

Foto: Evening Standard

Ketika ia mendarat di St.Andrews, Birmingham diasuh oleh Harry Redknapp. Manajer senior yang telah terbukti kualitasnya bersama Portsmouth dan Tottenham. Itu juga menjadi salah satu faktor penentu. Apalagi saat itu Jota juga diperebutkan Hull City dan Middlesbrough.

The Blues menjadi satu-satunya kesebelasan yang berani memenuhi permintaan Brentford dengan memberikan dana enam juta pauns. Menjadikannya pemain termahal yang pernah dibeli Birmingham City sejak 2010. Melebihi harga Nikola Zigic.

Kontribusi Jota selama di St.Andrews tidak bisa diremehkan. Ia merupakan kreator utama di tim asuhan Gary Monk. Mengarsiteki sembilan gol di 2018/2019. Total, selama dua tahun membela Birmingham, Jota terlibat dalam 19 gol dari 75 penampilannya.

Mantan pemain Real Madrid Castilla ini pertama mendarat di Inggris pada musim panas 2014. Diboyong dari Celta Vigo oleh Mark Warburton. Hingga 13 Juni 2019, the Bess adalah tempat terbaik Jota. Tapi bukan saat masih diasuh Warbuton. Dari 34 gol yang melibatkan Jota di Brentford, 20 di antaranya tercipta saat ditangani oleh Dean Smith.

Smith bahkan mengaku sedih saat pihak klub melepasnya ke Birmingham. “Kepergian Jota menyisakan rasa sedih untuk kita semua. Pasalnya, dia sedang ada di masa-masa terbaik setelah pulang dari masa pinjaman bersama Eibar,” aku Smith.

Jota juga menyadari pengaruh Smith dalam kariernya. Oleh karena itulah saat ia ditelepon Smith untuk bergabung dengan the Villans, dirinya tidak berpikir dua kali. Meski itu berarti mengkhianati Birmingham.

“Saya sangat senang bisa kembali bersama Smith. Saya tahu dira juga demikian. Brentford adalah masa-masa yang indah. Sekarang saya sudah tahu bagaimana gaya sepakbola dia terapkan dan apa yang harus dilakukan di atas lapangan,” aku Jota. Dengan modal ini, Jota berpeluang memiliki nasib yang lebih baik daripada Curbishley ataupun McLeish.

Aston Villa Sebagai Batu Loncatan

Foto: Fantasy Football Scout

Namun, tekanan di Premier League tentu berbeda dengan Championship. Bukan berarti lebih besar. Bermain Championship tantangan utamanya adalah konsistensi. Premier League menuntut pemain-pemain seperti Jota untuk tampil mengesankan di laga besar.

Melalui pertandingan melawan enam besar, ia bisa mengangkat nilai jualnya dan menarik minat klub yang ‘lebih besar’ dari Aston Villa. Mungkin dari situ Jota bisa bermain di Liga Champions atau Europa. Membela tim yang lebih relevan dibandingkan klub yang masih diselimuti memori para lansia.

Ia memiliki potensi itu. Sekalipun di Premier League dirinya hanya akan jadi Jota kedua. Ditutupi Diogo Jota yang membela Wolves. Tapi, andai Smith bisa mempertahankan Jack Grealish dan mendapatkan penyerang yang sepedan dengan Tammy Abraham, Aston Villa akan memiliki trisula mematikan.

Pada akhirnya, Aston Villa memang lebih baik untuk karier Jota dibanding terperangkap di Championship bersama Birmingham.