Sama seperti turnamen-turnamen besar lainnya, Piala Dunia juga menghadirkan pemain-pemain yang mencuri perhatian. Bakat-bakat yang akan menjadi bintang di masa depan, pemain-pemain bintang yang tampil apik, hingga pemain yang biasa saja bahkan cenderung medioker, bermain gemilang bersama timnas yang dibelanya.
Para pemain-pemain ini yang mampu tampil apik dalam sebuah turnamen sekelas Piala Dunia, jelas mencuri perhatian para pemandu bakat atau manajer yang sedang memilih pemain untuk dibawa ke klubnya. Permainan apik para pemain jelas dijadikan patokan untuk membuat para manajer atau pemandu bakat merekrut mereka.
Namun tunggu dulu, bukankah harga para pemain akan cenderung meningkat setelah Piala Dunia? Belum lagi waktu adaptasi yang bisa saja berpengaruh terhadap penampilan sang pemain di klub barunya. Lalu tepatkah merekrut pemain-pemain yang tampil apik di Piala Eropa atau Piala Dunia?
Tampil Apik Bersama Tim Nasional, Bukanlah Jaminan
Masih ingat dengan Kleberson yang tampil sangat baik di Piala Dunia 2002? Menghadapi Inggris di perempatfinal, Kleberson bermain gemilang dengan mematikan Paul Scholes. Ia juga bermain bagus dengan memberikan satu asis kepada Ronaldo di final menghadapi Jerman. Di akhir kompetisi ia pun ikut mengangkat trofi Piala Dunia.
Setelahnya Kleberson menjadi buruan sejumlah kesebelasan. Leeds United, Newcastle United, hingga Barcelona, berminat memboyong pemain yang berusia 23 tahun kala itu. Manchester United kemudian memboyong Kleberson dengan mahar 6,5 Juta Paun dari Atletico Paranaense. Apa lacur, Kleberson gagal menunjukkan permainan terbaiknya. Bahkan cedera kemudian hadir yang memaksanya hanya memperkuat United sebanyak 30 penampilan dalam 2 musim, sebelum pindah ke Besiktas.
Sebelum Kleberson, Ferguson pernah mendatangkan Jordi Cruyff dari Barcelona. Penampilan apik Cruyff di Piala Eropa 1996 membuat Ferguson kepincut dan memboyong Jordi Cruyff ke Old Trafford. Namun, Cruyff gagal menjawab ekspektasi yang hadir dan hanya bermain 57 kali dalam empat musim berseragam United.
Ferguson menjelaskan performa pemain tidak bisa diukur dari penampilannya di Piala Dunia atau Piala Eropa. ”Ketika seorang pemain memperkuat negara, rasa nasionalisme jelas mempengaruhi bentuk permainan mereka. Spartan dan menunjukkan kebanggan mereka bermain untuk negara. Sayangnya banyak yang tertipu dengan penampilan mereka itu,” ungkap Ferguson di Autobiografinya.
Lebih buruk lagi, para pemain yang diborong ke klub barunya bisa menjadi pembuat onar dan menimbulkan perpecahan di tim. Zlatko Zahovic misalnya. Ia tampil gemilang di Euro 2000 bersama Slovenia, dengan menahan imbang Yugoslavia dan Norwegia dan kalah tipis dari Spanyol. Zahovic juga mampu mencetak tiga dari empat gol total Slovenia. Membuat namanya disandingkan dengan David Beckham kala itu.
Zahovic kemudian dipinang Valencia di bawah asuhan Hector Cuper dengan harga 5,5 Juta Paun dari Olympiacos. Zahovic tampil apik dan membawa Valencia lolos hingga final Liga Champions sebelum dikalahkan Bayern Munich lewat adu penalti.
Setelahnya Zahovic menciptakan keributan dengan menuduh Hector Cuper tidak memberikan kesempatan menunjukkan talentanya. Sang Manajer berang dengan sikap Zahovic, pun dengan suporter Valencia. Teror kemudian menghampiri Zahovic dan mendesak jajaran direksi klub segera menjualnya. Pihak klub memutuskan menjualnya dengan alasan keamanan bagi kedua belah pihak.
Selain itu ada El Hadji Diouf, striker yang catatan golnya bersama Liverpool sangat miris, dari 55 penampilan hanya menciptakan tiga gol. Padahal bersama Senegal di Piala Dunia 2002, penampilannya sangat menjanjikan. Diouf pun lebih terkenal dikalangan suporter Liverpool lewat konfrontasinya dengan Jamie Carragher.
Pembuktian bersama Klub
Para Manajer sepertinya mulai belajar dengan meneliti lebih jauh pemain yang tampil apik di Piala Dunia. Mereka lebih melihat penampilan sang pemain di klub.
Kingsley Coman misalnya diboyong Juventus setelah sebelumnya meneliti hingga kondisi keluarga dan tempat tinggalnya dan kemudian tampil apik di Euro 2016. Arkadiusz Milik yang juga tampil menjanjikan setelah Euro 2016 diboyong Napoli juga setelah melakukan sejumlah tes sebelum mengontraknya.
Namun Straitstimes.com memuat artikel, tentang kenaikan harga yang luar biasa bagi mereka yang tampil apik setelah turnamen besar. Kenaikan tersebut bisa mencapai 4 kali lipat harga pasar sang pemain.
David Luiz misalnya, setelah dianggap sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas kekalahan memalukan 1-7 atas Jerman. David Luiz tetap laku dijual dengan harga 50 juta Paun ke PSG, di mana harga asli David Luiz sebelum Piala Dunia menurut straitstimes.com hanya sebesar 20 Juta Paun.
Maka tidak aneh apabila seorang pemain yang mencuri perhatian di Piala Dunia bisa berlabel harga yang cukup mahal, apalagi ditambah harga transfer pemain sepakbola yang kini mulai tidak masuk akal. Jadi jangan kaget bila pemain-pemain seperti Ivan Perisic, Ante Rebic, Aleksandr Golovin, atau Denis Cheryshev, bisa berharga hingga ratusan juta paun. Tentu saja harga tersebut sepadan apabila ditunjuang dengan penampilan apik Namun apabila yang terjadi sebaliknya? Ferguson akan tertawa di balik masa pensiunnya.