Sepp van den Berg dan Label yang Bodoh

Foto: Liverpool.no

Ketika Liverpool menjadikan bek asal Belanda, Sepp van den Berg, sebagai pembelian pertama mereka di musim panas 2019, harapan besar langsung diberikan kepada pemain kelahiran 20 Desember 2001 tersebut. Bagaimana tidak, terakhir kali the Reds kedatangan pemain belakang dari Negeri Kincir Angin, performa mereka meningkat pesat.

Virgil van Dijk kini seakan menjadi standard kualitas pemain Belanda yang ada di benak para penghuni tribun Anfield. Padahal, sebelumnya Liverpool sudah pernah mendatangkan Jan Kromkamp dari AZ Alkmaar. Hasilnya tidak terlalu signifikan seperti van Dijk. Hanya tampil 13 kali di Premie League sebelum dipulangkan ke Belanda satu musim kemudian.

Namun berkat van Dijk yang jadi tulang punggung tim asuhan Jurgen Klopp, Kromkamp dilupakan. Bahkan van den Berg yang baru berusia 17 tahun sudah disebut ‘Baby van Dijk’ oleh berbagai media Inggris. Komparasi ini membuat John Van’t Schip yang memberi van den Berg di PEC Zwolle geram.

Bukan karena ia ragu dengan kemampuan talenta muda yang ia hasilkan. Sebelum van den Berg menjalani debut bersama PEC sekalipun, kemampuannya sudah diperhitungkan oleh berbagai kesebelasan ternama Eropa.

Sampdoria sudah menginginkan jasanya di tengah musim 2018/2019. Sementara Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, dan Bayern Munchen jadi saingan Liverpool pada musim panas 2019.

Bayern bahkan kabarnya sempat berusaha membajak jasa van den Berg ketika anggota Belanda U19 itu sudah mendarat kota kelahiran the Beatles. Sayangnya, memberi label ‘Baby van Dijk’ kepada pemain yang belum genap berkepala dua memang berlebihan.

“Itu komparasi yang bodoh,” buka Van’t Schip. “Sepp baru menjalani 20 laga di Eredivisie. Sekarang dia langsung bergabung dengan Liverpool. Dirinya memiliki proses pembentukan yang berbeda dengan van Dijk,” kata Van’t Schip.

Minim Pengalaman

Foto: Wales Online

Virgil van Dijk punya kesempatan untuk beradaptasi dengan gaya permainan sepakbola Inggris bersama Southampton sebelum mendarat di Anfield. Bahkan sebelum itu dirinya sudah bersinar dengan Celtic di Liga Skotlandia.

Meski level kompetisi Skotlandia disebut lebih rendah dibandingkan Premier League, ia sudah terbiasa dengan karakter permainan Britania Raya. Sementara bagi van den Berg, Liverpool adalah pengalaman pertamanya merantau keluar kampung halaman, Zwolle.

Tinggi badan van den Berg memang hanya berbeda empat centimeter dengan seniornya. Namun, ia tidak dibekali badan besar layaknya van Dijk. “Fisik mereka saja sudah berbeda. Ditambah dengan minimnya pengalaman van den Berg di level kompetisi tertinggi Eropa, ia tidak akan bisa mengikuti jejak van Dijk,” aku Van’t Schip.

Tidak bisa mengikuti jejak van Dijk bukan berarti akan gagal seperti Kromkamp juga. Hanya saja label ‘Baby van Dijk’ dan persepsi yang terbentuk karena hal tersebut harus segera dihilangkan. Apalagi menurut Van’t Schip, van den Berg belum siap untuk main di tim senior.

“Jika ia hengkang ke Ajax sekalipun, dirinya akan bermain dengan tim kedua atau mendapat jam terbang di KNVB Bekker. Masih banyak yang harus dipelajari dirinya,” ungkap mantan nakhoda PEC Zwolle tersebut.

Butuh Kesempatan Belajar

Foto: Evening Standard

Bek ikonik Belanda, Japp Stam, juga menekankan proses pembelajaran yang harus lebih dulu dijalani van den Berg sebelum ia mewarnai tim senior Liverpool. Pasalnya, menurut Stam hal tersebut tidak didapat oleh van den Berg selama membela PEC.

“Dirinya jelas pemain dengan potensi tinggi. Tapi perlu diingat juga bahwa PEC berjuang di papan bawah Eredivisie. Ketika Anda ada di tim yang bertarung melawan degradasi, sudah jadi kewajiban untuk tampil baik setiap pekan,” kata Stam.

“Hal ini sering membuat para pemain muda seperti van den Berg tidak mendapatkan waktu untuk berkembang. Terkadang talenta bisa rusak jika terus seperti itu,” jelasnya.

Bahkan van den Berg sendiri mengakui bahwa dirinya masih butuh waktu untuk belajar. “Saya sebenarnya takut ketika tahu kesebelasan-kesebelasan besar berminat. Saya pilih Liverpool karena merasa ini adalah tempat terbaik untuk berkembang,” aku van den Berg.

Kehadiran Klopp dan van Dijk di Anfield juga membantu dirinya membuat keputusan. “Kita sudah beberapa kali melihat Klopp mengorbitkan pemain muda dari akademi Liverpool. Dia dan van Dijk adalah alasan utama saya ke Liverpool. Dalam pikiran saya, latihan bersama van Dijk akan sangat membantu. Dia adalah bek terbaik di dunia,” jelas van den Berg.

Fakta bahwa Liverpool tidak mempublikasikan durasi kontrak van den Berg bisa jadi sebuah indakasi bahwa ia disiapkan untuk jangka panjang.

Tinggi, cepat, dan bisa membantu tim membangun serangan dari belakang, van den Berg memiliki punya modal untuk meraih kesuksesan. Namun saat ini talentanya masih mentah.

Ia mungkin saja menjadi lebih baik dari van Dijk. Tapi mungkin juga dirinya hanya akan menjadi barang dagangan the Reds di masa depan. Masih terlalu dini untuk memberikan penilaian.