Setiap kali memasuki masa-masa bursa transfer, OGC Nice seperti tidak pernah berhenti menarik perhatian. Setidaknya sejak 2014/2015, selalu ada saja pemain Nice yang jadi perbincangan. Mulai dari Timothee Kolodziejczak, Jordan Amavi, Hatem Ben Arfa, Dalbert, hingga Jean Michel Seri dan Mario Balotelli. Selalu ada saja pemain Les Aiglons yang jadi rebutan.
Kolodziejczak diperebutkan oleh West Ham United dan Southampton sebelum memilih Sevilla sebagai pelabuhan barunya di 2014. Setahun kemudian giliran Amavi diboyong Aston Villa dengan dana 10 juta pauns. Jasanya sempat diminati Olympique Lyon dan Atletico Madrid. Namun dirinya lebih memilih bermain di Premier League.
Amavi kemudian terdegradasi bersama Aston Villa sebelum hengkang ke Olympique Marseille pada 2017. Uniknya, kegagalan Amavi di Premier League tak membuat Seri menghindari kejadian serupa. Lebih memilih Fulham dibanding Chelsea dan Barcelona. Akhirnya, terdegradasi juga dari Premier League 2018/2019.
Setelah kumpulan pemain itu, kini giliran bek kanan Nice, Youcef Atal, yang menjadi rebutan di musim panas 2019. Pemain Algeria itu kabarnya masuk radar Inter Milan, Bayern Munchen, dan Atletico Madrid.
Aroma Gareth Bale
Foto: ESPN
Akan tetapi, Kepala Pelatih Nice Patrick Vieira ogah melepas Atal. “Kami bukan pedagang. Atal akan tetep membela Nice. Dirinya telah berkembang dengan pesat. Ia adalah seorang pekerja keras dengan sikap yang positif. Nice telah memberi kebebasan kepadanya untuk memperlihatkan kemampuannya,” kata Vieira.
“Dia tajam. Kalian lihat sendiri gol-gol yang diciptakannya. Atal telah memberikan kami keleluasaan untuk menguasai bola dan menyerang kotak penalti lawan,” ungkap Vieira.
Meskipun berposisi sebagai bek kanan, Atal memang aktif menyerang. Dirinya juga bisa berperan sebagai gelandang atau penyerang sayap. Ia bahkan mencetak tiga gol ketika dipercaya mengisi sisi kiri penyerangan Nice.
Ditambah dengan permainan agresif dan kemampuannya membaca pertandingan, Atal mungkin bisa disandingkan dengan penyerang Real Madrid, Gareth Bale. Mungkin terlalu berlebihan. Tapi mereka sama-sama memulai karier profesional sebagai bek. Kemudian, berkat ketajaman di atas lapangan, mereka didorong maju, diberikan kebebasan di atas lapangan.
“Saya tidak pernah merasakan sensasi seperti ini [mencetak gol] sebelumnya. Setelah Anda mencetak gol, pasti ada keinginan untuk membobol gawang lawan lagi,” kata Atal.
“Darah sepakbola mengalir di diri Atal. Saya melihatnya sendiri saat latihan, nadi dalam dirinya adalah sepakbola,” puji mantan bek Bayern sekaligus kapten Nice, Dante.
Baru didatangkan dari kesebelasan Belgia, KV Kortrijk di musim panas 2018, Atal punya kontrak Atal di Nice berlaku hingga 2023. Kabarnya jika ada kesebelasan yang meminati jasanya, mereka harus membayar minimal 40 juta euro kepada Nice.
Tetap Sama Sejak Remaja
Melihat bagaimana Nice menilai kemampuannya, mungkin akan lebih dari itu. Les Aiglons sama sekali tidak ingin melepasnya. Apalagi pemain kelahiran 17 Mei 1996 tersebut sudah memperlihatkan kualitasnya sebagai pesepakbola sejak usia muda.
“Atal datang dari keluarga miskin. Ayahnya adalah seorang pengangguran. Ia datang ke klub kami saat masih berusia 16 tahun dan kepala pelatih saat itu mengatakan pada saya bahwa Atal adalah satu-satunya pemain yang takut kehilangan pekerjaan,” ungkap Amine Labdi, mantan direktur olahraga Paradou AC, klub divisi tiga Algeria tempat Atal memulai kariernya.
Mantan nakhoda Real Betis Josep Maria Nogues adalah sosok yang memberikan tempat untuk Atal di tim senior Paradou. Meski menurut Transfermarkt, Atal hanya mendapatkan 120 menit di bawah arahan Nogues, ia tetap berhasil membuat pria kelahiran Barcelona itu kagum.
“Atal adalah pemain dengan tendensi menyerang yang cukup tinggi. Jika bermain di kanan, ia akan memeluk garis lapangan untuk mengirim umpan matang. Apabila main di sisi kiri, dirinya akan berusaha masuk ke kotak penalti dan melepaskan tendangan,” jelas Nogues.
Apa yang ia perlihatkan saat remaja masih dimilikinya di tim asuhan Vieira. Nice bahkan siap untuk menaikkan gaji Atal demi mempertahankan jasanya di Allianz Riviera. “Saya sudah kagum pada dirinya sejak pertama kali melihat permainannya,” aku mantan kepala pemandu bakat Nice, Serge Recordier.
Mimpi Akan Liga Champions
Per 10 Mei, Ligue 1 2018/2019 masih menyisakan tiga pertandingan. Nice duduk di posisi tujuh sementara dan dipastikan absen dari kompetisi antar klub Eropa 2019/2020. Terpaut 10 poin dari penghuni peringkat empat, Saint-Etienne. Hal ini dapat merusak harapan Nice untuk mempertahankan jasa Atal.
Pasalnya, Atal sendiri mengakui bahwa dirinya ingin bermain di Liga Champions. “Kita lihat saja di akhir musim. Saya ingin bermain di Liga Champions dan selalu berusaha untuk bisa memenuhi target itu,” katanya.
Bayern, Atletico Madrid, dan Inter Milan bisa memberikan itu kepada Atal. Namun melihat para pendahulunya, termasuk Dalbert yang membela Nerazzurri, mungkin bertahan di Nice adalah pilihan terbaik baginya.
Entah ia bisa mengikuti jejak Bale atau tidak. Setidaknya, Les Aignon member kebebasan kepada Atal. Hal itu belum tentu ia dapat jika membela tiga kesebelasan di atas.