Sejak Arsene Wenger tiba di Arsenal, kesebelasan London Utara itu telah menikmati masa konsistensi dan stabilitas yang labil selama lebih dari satu dekade terakhir.
The Gunners telah menghabiskan 20 musim berturut-turut berada di empat besar Liga Inggris. Sementara di beberapa musim ke belakang, Arsenal justru menanggung penderitaan dari para penggemarnya yang menuntut kembali kejayaan milik tim asal London Utara itu.
Jika melangkah mundur dan melihatnya secara objektif, tidak ada kesebelasan lain di Inggris yang terus menerus melakukan hal yang seperti Arsenal lakukan, yaitu kehilangan kejayaan. Periode waktu yang sama juga dirasakan rival Arsenal, Manchester United, ketika kedigdayaannya telah jauh jatuh dari posisi teratas sejak kepergian Sir Alex Ferguson. Namun, situasi tersebut masih lebih unggul dan berada di atas penderitaan Arsenal.
Penikmat sepakbola jauh lebih mudah menikmati konsistensi Arsenal di beberapa tahun pertama masa kepelatihan Arsene Wenger, ketika timnya menjadi juara dan terbilang cukup beruntung untuk tidak terkalahkan selama satu musim. Tapi, saat Premier League menjadi lebih kompetitif, bentuk tim bagus yang mereka buat cenderung lebih menurun dibanding sebelumnya.
The Gunners berada di urutan keempat pada 2014 dengan 79 poin, satu angka lebih banyak dari yang mereka dapatkan saat meraih gelar pada 1998. Munculnya Chelsea dan Manchester City sebagai rival ‘super kaya’, menjadi salah satu alasan kemunduran yang dirasakan Arsenal hingga saat ini. Perkembangan Tottenham juga menjadi sebuah ancaman yang konsisten selama beberapa tahun terakhir. Hal tersebut terbukti, ketika The Lily White membuat Arsenal harus finis di bawah mereka pada musim lalu.
Pula ketika banyak uang yang telah dihamburkan klub-klub Premir League, membuat tingkat persaingan jauh lebih tinggi daripada sebelumnya. Hal tersebut membuat klise lama tentang keberadaan Arsenal dalam perburuan gelar, menjadi sebuah persaingan yang terbilang tidak menakutkan daripada sebelumnya. Mereka tidak memenangkan liga, tidak juga cukup dekat untuk memenangkan liga guna membuat para penggemar mereka benar-benar kembali bersemangat. Mereka selalu menempatkan diri ‘nyaris’ memenangkan liga dan finis kedua, ketiga, ataupun keempat pada klasemen akhir Premier League. Karena itulah, hal yang mereka lakukan justru selalu menjadi sebuah lelucon untuk publik pecinta sepakbola.
Mereka mungkin belum merasa akan melakukan hal yang sama ‘lagi’ pada musim ini, dan fondasi di mana stabilitas yang mereka nikmati saat ini terlihat menjadi bosan serta hancur. Mengapa begitu? Karena tidak ada cara lain untuk mengatakan situasinya tersebut.
Bentuk tim utama Arsenal dalam penderitaan ketika musim lalu mengalami kekalahan dengan agregat 10-2 dari Bayern Munich di Liga Champions. Situasi ruang ganti pun bocor mengenai Alexis Sanchez.
Pemain penting Arsenal itu berada dalam kontrak yang setidaknya lebih dari 12 bulan lagi, dan tekanan dari Arsene Wenger terus dirasakannya sepanjang waktu. Pada saat seperti itu, perlu orang-orang yang kuat untuk menanggapi situasi serius. Namun Wenger, terlepas dari betapa buruk keadaannya saat ini, ia selalu menghadapi hal yang sama selama bertahun-tahun dan tidak terlihat mencari jalan keluar.
Pelatih berkebangsaan Prancis itu selalu membungkam media dengan pernyataan palsunya ketika melakukan konferensi pers. Ia selalu menjawab pertanyaan sulit dengan jawaban yang mudah. Jadi, jika ada percikan masalah dengan klub, hal itu tidak akan dipublikasikannya.
Sungguh menyedihkan melihat Arsene Wenger, pria yang sangat positif bagi Arsenal selama bertahun-tahun, berjuang dengan hal yang selalu sama secara terus menerus, dan mungkin akan dirasakannya musim ini. Di sisi lain, ia juga harus bertanggung jawab atas timnya, dan rasanya lebih dari satu perubahan yang harus dibuatnya untuk Arsenal jika ingin kembali mendapatkan momen seperti saat Thiery Henry masih beramain untuk The Gunners.
Ketika para awak media mengkritik Wenger atas gajinya, seperti yang sering terjadi, mengapa mereka tidak memilih untuk bertanya ‘Apa saja yang sebenarnya dilakukan petinggi eksekutif klub, Gazidis, dengan 2 juta paun yang diberkan pada Wenger di tiap tahunnya?’
Setidaknya pria tua berambut putih itu sudah memiliki track record, dan ia telah menciptakan momen sejarah yang tak terhapuskan bagi klub asal London utara tersebut di awal era kepelatihannya. Melihat itu semua, pemilik dan Chief Executive klub tampaknya senang bersembunyi di balik Wenger. Menjadikan diri mereka sendiri sebagai ‘petir bencana’ pada klub. Mereka adalah deretan orang yang bertanggung jawab atas kemunduran Arsenal selama bertahun-tahun.
Mungkin sebagian penikmat sepakbola tahu, ada sebuah kesepakatan ‘tersirat’ dibalik dua tahun perpanjangan kontrak untuk Wenger. Jika Gazidis memiliki cukup kepercayaan pada Wenger untuk menawarkan kepadanya kesepakatan itu, mengapa ia tidak menawarkan dukungan kepada Wenger saat menjalani masa-masa sulit dalam karirnya bersama Arsenal dengan sejumlah biaya guna memperkuat timnya?
Dan jika membayangkan Wenger pergi pada musim panas tahun depan, akan sangat amat diperlukan banyak pekerjaan baru yang rumit, guna memastikan Arsenal tetap kompetitif dan juga memperbaiki cara klub dalam merealisasikan keinginan para penggemar mereka. Namun dibalik itu semua, untuk saat ini, Arsenal masih dalam tahap krisis yang butuh perbaikan.