Uang yang Mengubah Ajax Amsterdam

Keberhasilan Ajax Amsterdam lolos ke semifinal Liga Champions memang menjadi pembahasan yang menarik. Apalagi secara materi pemain, Ajax mungkin tak begitu diunggulkan. Pemain senior yang ada di tim, umumnya buangan dari klub sebelumnya. Namun, para pemain senior inilah yang jadi kunci bagaimana para pemain muda Ajax bisa berkembang.

Hal ini diakui oleh Jordy Cruyff. Menurutnya, Ajax saat ini memiliki generasi yang luar biasa. Namun, semuanya sulit untuk dimaksimalkan tanpa kehadiran para pemain berpengalaman.

“Ajax saat ini punya generasi yang luar biasa. Ada chemistry di sana. Mereka punya beberapa pemain di usia 19, 20, dan 21, yang biasanya datang setiap 10 tahun. Klub kini mendapatkan keuntungan di dalam dan di luar lapangan karena punya pemain bintang yang masih muda,” kata Jordi.

Saat ini, Ajax diperkuat Frenkie de Jong (21), Matthijs de Ligt (19), David Neres (22), dan Hakim Ziyech (26). Mereka menjadi fondasi Ajax di usia yang masih begitu muda. Ini membuat sejumlah kesebelasan mengincar para pemain ini. Frenkie De Jong bahkan dipastikan bermain untuk Barcelona musim depan. Sementara itu, De Ligt sudah diincar banyak klub top Eropa sejak lama.

“Salah satu dari mereka telah dijual ke Barcelona, tapi mereka punya tangan emas ini. Mereka juga mengubah sesuatu musim ini. Mereka belum memenangi Liga Belanda sejak musim 2013/2014, ini kontras atas apa yang mereka raih pekan ini dan berhasil menembus final Europa League 2017, dan membuat sejumlah penyesuaian,” ungkap mantan pemain Manchester United ini.

Penyesuaian tersebut adalah Ajax punya pemain muda, tapi di setiap bagian lapangan, mereka juga pemain berpengalaman. Satu hal yang cukup aneh karena Ajax justru mengeluarkan uang untuk pemain seperti Dusan Tadic dan Daley Blind. Tadic didatangkan dengan nilai 9,5 juta paun, sementara Blind 14 juta paun.

“Aku pikir para pemain berpengalaman ini memandu para pemain muda dan membawa keseimbangan. Ajax kini bermain sepakbola yang sempurna dan memimpin Liga Belanda dari PSV Eindhoven dalam selisih gol,” tutur Jordi.

Klub Penjual yang Diuntungkan

Hal menarik lain dari Ajax Amsterdam adalah posisi mereka dalam percaturan sepakbola internasional. Ajax bukanlah kesebelasan di mana semua pemain bintang ingin berlaga di Amsterdam Arena. Ajax, di sisi lain, hanyalah sebuah persimpangan di mana pemain dibina dan dimaksimlkan, untuk pindah ke kesebelasan yang lebih besar dan kaya secara finansial.

Hal ini terjadi bukan cuma pada Ajax, tapi juga pada Eredivisie secara liga. Pun dengan liga-liga lain macam Bundesliga dan Ligue 1 Prancis. Tak ada yang bermimpi berkompetisi di sana (Kecuali Bayern Munchen, Borussia Dortmund, atau Paris Saint-Germain), karena mimpi para pesepakbola ini mungkin bermain untuk Real Madrid, Barcelona, Manchester United, atau Juventus.

Sebagai klub penjual, Ajax kerap tak berdaya saat kesebelasan lain menawarkan sejumlah uang besar untuk meminang pemain mereka. Pasalnya, secara teknis Ajax amat mudah menelurkan para pemain hebat lainnya sehingga melepas pemain ini pun adalah sesuatu yang wajar asal harganya sesuai. Hal ini pun dirasakan oleh Jordi.

“Alasan mengapa Ajax tak berkompetisi di semifinal Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir adalah karena mereka tak bisa bersaing dengan kesebelasan yang banyak uang di Premier League, La Liga, dan Bundesliga.”

“Ajax adalah klub penjual dan Belanda adalah negara penjual. Ini bukanlah tujuan akhir bagi para pemain, ini hanya stasiun singgah. Ajax akan membantu Anda berkembang dan di tempat lain-lah yang akan memberimu tempat,” ungkap Jordi.

Karena hal ini, Ajax mengerti posisi mereka. Untungnya, Ajax saat ini berada dalam situasi finansial yang bagus. Maka, ketika ada tawaran besar untuk enam pemainnya, mereka tak harus menerima semuanya.

Untuk itu, Ajax harus berpikir ke depan. Ketika ada bek tengah yang pergi, Ajax sudah punya cadangan yang mereka siapkan bertahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga terjadi pada musim ini. Perubahan aturan yang membolehkan mereka membeli pemain tua banyak membantu mereka dengan memberikan stabilitas yang mereka butuhkan.

Bisakah Ajax menjuarai Liga Champions?

Ajax akan menghadapi Tottenham Hotspur di semifinal. Secara teknis, Spurs kini tengah perkasa meski tanpa Harry Kane. Mereka menumbangkan Manchester City secara dramatis. Namun, kalau melihat track record, Ajax tak kalah fantastis. Dalam perjalanannya ke semifinal, mereka mengalahkan Real Madrid dan Juventus.

“Liverpool tengah berada dalam musim yang sempurna, dan Barcelona, sepanjang Lionel Messi bugar, akan selalu menjadi favorit di setiap pertandingan yang mereka mainkan. Kini adalah tentang detail kecil yang bisa memutuskan. Ajax, secara pasti, kemenangan di Italia akan membuat mereka berpikir kalau mereka bisa mengalahkan siapapun,” tutup Jordi.

Sumber: BBC.