UEFA dan Tiket Final Liga Champions yang Absurd

Final Liga Champions akan mempertemukan Liverpool dan Tottenham Hotspur pada 1 Juni mendatang di Wanda Metropolitano, Madrid. Akan tetapi final ini menjadi soal karena kedua kesebelasan hanya dialokasikan 34 ribu tiket dari 68 ribu tiket yang beredar.

Dua kelompok suporter, Spirit of Shankly dan Tottenham Hotspur Supporters’ Trust meminta delapan sponsor utama Liga Champions untuk membuat alokasi ini menjadi seimbang. Kelompok ini menyatakan bahwa langkah ini akan mengangkat kesempatan untuk meningkatkan jumlah penggemar yang bersemangat di dalam stadion.

Maksud dari kelompok suporter ini adalah karena yang bertanding adalah Liverpool dan Spurs, yang seharusnya banyak menonton adalah suporter kedua kesebelasan. Namun, suporter kedua kesebelasan justru mendapatkan tiket dari total setengahnya.

Berdasarkan BBC Sport, Mastercard menyatakan bahwa dengan menjadi sponsor Liga Champions itu memberikan perusahaan akses ke kesempatan eksklusif untuk berbagi dengan penggemar. Contohnya dengan menjadi maskot Liga Champions atau menghadiri pertandingan pada musim tersebut, termasuk partai final.

“Memberikan kedekatan ke final, kami dan promosi partner kami dan penawaran kini telah ditutup dengan alokasi tiket,” kata Mastercard kepada BBC.

Pada Maret lalu, melalui websitenya, UEFA menyatakan bahwa kedua finalis masing-masing diberikan 17 ribu tiket. Sementara itu empat ribu sisanya dijual ke penggemar di seluruh dunia lewat website UEFA.

Lalu ke mana sisa 30 ribu kursi lainnya? Sisa tiket ini akan dialokasikan ke panitia lokal, UEFA, asosiasi negara, rekan komersil UEFA dan lembaga penyiaran. Penjualan tiket untuk publik pun tidak berdasarkan siapa cepat dia yang dapat. Melainkan lewat undian.

Harga tiket yang dijual untuk umum seharga: Kategori 4 70 euro, Kategori 3 160 euro, Kategori 2 (450 euro), dan Kategori 1 600 euro. Setiap pemohon hanya bisa membeli maksimal dua tiket. Untuk memaksimalkan keamanan, tiket dibuat berbeda dengan satu dan yang lainnya, sehingga pemohon tiket harus menyertakan informasi personal. Status pemohon diumumkan tanggal 5 April 2019.

SOS dan THST menyatakan kalau alokasi tiket saat ini membuat banyak penggemar Spurs dan Liverpool yang tak bisa berangkat untuk menyaksikan langsung ke stadion. Mereka pun meminta para sponsor untuk melobi UEFA agar pembagian tiket bisa lebih adil lagi.

Sebelumnya, THST dan SOS meminta klub untuk menyubsidi tiket mereka di final Liga Champions karena terasa terlalu mahal. Subsidi ini diberikan lewat pendapatan klub di Liga Champions. Akan tetapi, Spurs menolak pemberian subsidi tersebut. Mereka mengatakan subsidi akan menghilangkan insentif bagi UEFA untuk menetapkan harga yang lebih masuk akal di masa depan.

SOS mengklai Liverpool akan menghasilkan lebih dari 90 juta paun dari Liga Champions musim ini, dengan tambahan 3,4 juta paun kalau The Reds menjadi juara. Liverpool sendiri sudah membuat undian bagi penggemar untuk bisa nonton langsung di stadion.

Masalah yang Sama di Europa League

Ternyata apa yang terjadi di Liga Champions tidak separah dengan apa yang terjadi di Europa League. Final Europa League yang digelar di Baku sempat memicu persoalan karena lokasi yang sulit diakses terutama oleh kedua kesebelasan, Arsenal dan Chelsea, yang berasal dari Inggris.

Hal ini diperparah dengan alokasi tiket yang hanya diberikan 12 ribu buat masing-masing klub, dari total 68 ribu kursi di Olympic Stadium Baku, Azerbaijan. UEFA berkelit kalau tiket yang sedikit ini dipengaruhi oleh sulitnya penggemar mencapai Baku. Padahal, keputusan memilih Baku sendiri dipilih oleh UEFA pada 2017, dengan mengalahkan Sevila dan Istanbul.

Kamis lalu, Arsenal mengeluarkan pernyataan bahwa klub kecewa dengan alokasi dari UEFA. The Gunners juga meminta penjelasan kriteria apa yang digunakan UEFA dalam meilih lokasi.

“Waktu akan menjawab apakah mungkin bagi enam ribu penggemar Arsenal mendatangani tempat pertandingan, dengan betapa ekstrem tantangan dalam perjalanan ke sana. Atas nama penggemar kami, kami ingin mengetahui kriteria apa sehingga sebuah tempat dipilih untuk menggelar final.”

“Kami punya 45 ribu pemegang tiket musiman dan buat banyak penggemar tak bisa menonton karena pemilihan tempat final ole UEFA dengan kehadiran transportasi yang terbatas itu tidaklah tepat. Kenyataannya, siapapun yang mencapai final, mereka tak akan mampu untuk memenuhi permintaan dari para pendukung mereka.”

Ada banyak hal yang bisa didapat dari final kompetisi Eropa musim ini. Pemilihan tempat di Azerbaijan memang terbilang aneh karena jarak yang sangat jauh dari manapun. Selain itu, alokasi tiket pun memang tidak memuaskan tim yang bertanding. Dengan sisa 30-an ribu tiket lain, akan dikemanakan memangnya? Benar-benar diberikan kepada sponsor? Atau dijual ulang dengan harga lebih mahal layaknya calo?