Pasca kembali ke divisi tertinggi kompetisi sepakbola Spanyol, Villarreal langsung ditakuti oleh banyak klub tak terkecuali tim-tim besar seperti Barcelona dan Real Madrid. Namun, musim ini Villarreal mengalami kesulitan untuk bersaing dengan tim lainnya.
Villarreal kini terjerembab di posisi ke-17 klasemen, hanya satu strip dari zona degradasi. Dari 16 laga yang sudah dimainkan, Kapal Selam Kuning, julukan Villarreal, baru mencatatkan tiga kali kemenangan saja.
Dari lima pertandingan terakhir mereka di La Liga, pasukan Luis Garcia hanya mencatatkan sekali kemenangan saja yakni melawan Real Betis. Sisanya, klub yang identik dengan warna kuning tersebut menelan dua kali kalah dan dua kali imbang. Kontras dengan kondisi musim lalu, di mana mereka mengakhiri kompetisi dengan finis di posisi keempat klasemen.
Jika melihat materi pemain, sebenarnya skuat Villarreal bisa terbilang mumpuni untuk setidaknya bersaing di papan tengah. Pada posisi penjaga gawang ada Sergio Asenjo yang tak pernah absen menjadi starter di musim ini. Kiper 29 tahun tersebut juga merupakan yang cukup sarat akan pengalaman di ajang La Liga.
Lalu di sektor pertahanan, Yellow Submarine punya trio defender berpengalaman yang sejak musim lalu jadi pondasi utama lini belakang: Mario Gaspar, Jaume Costa, dan Alvaro Gonzales. Plus musim ini sektor pertahanan mereka juga diperkuat Ramiro Funes Mori dan Miguel Layun.
Sementara di lini tengah komando diserahkan oleh dua pemain senior Santi Cazorla dan Manu Trigueros, ditambah winger muda yang bersinar di Timnas Nigeria Samuel Chukwueze. Dan terakhir di lini depan Gerard Moreno serta Carlos Bacca jadi ujung tombak mereka.
Secara komposisi pemain yang memperkuat setiap lini, Villareal memiliki tim yang terlalu bagus untuk hanya nangkring di posisi 17 klasemen. Bagaimana bisa tim yang terdiri dari pemain yang berpengalaman gagal bersaing di papan atas La Liga?
Bisa jadi masalah utama mereka adalah penerapan gaya bermain dan taktik yang terlalu monoton oleh Luis Garcia, sang pelatih. Sejauh ini 4-2-3-1 atau 4-3-1-2 adalah dua formasi yang paling sering digunakan oleh Villarreal.
Sayangnya taktik tersebut tidak bekerja efektif di musim ini. Bahkan di laga terakhir melawan Huesca, tim yang berada di posisi paling buncit dan baru mengepak satu kemenangan, mereka kecolongan di menit 90 dan terpaksa menelan hasil imbang 2-2.
Minimnya kreatifitas di lini tengah dan tumpulnya lini depan juga menambah masalah Villarreal di muim ini. Pada musim lalu Trigueros, Denis Cheryshev, dan Samu Castillejo, jadi otak penggerak lini tengah mereka.
Kesuksesan tiga pemain tersebut membuat lini tengah tim lebih hidup, dan itu berpengaruh juga pada lini serang yang tersokong dengan baik. Sayangnya, sosok kreatif di lini tengah tersebut musim ini hijrah ke klub lain, Castillejo dijual ke AC Milan senilai 25 juta euro, sementara Cheryshev dipinjamkan ke Valencia.
Sebenarnya dipromosikannya winger muda Samuel Chukwueze dari Villarreal B diharapkan bisa menambal lubang yang ditinggalkan, Namun sayangnya pemain berusia 19 tahun tersebut masih harus beradaptasi dengan atmosfer permainan di level divisi utama. Cazorla yang memang memiliki jam terbang tinggi di kompetisi La Liga pun bukan jadi sosok tepat penggerak lini tengah. Apalagi ia baru saja sembuh dari cedera yang lama membekapnya.
Kepergian Cedric Bakambu, striker moncer yang musim lalu mencetak 9 gol untuk Villarreal juga memengaruhi daya gedor Kapal Selam Kuning. Musim lalu Bakambu dan Bacca jadi momok di depan gawang lawan, keduanya jika dikombinasikan total mencetak 24 gol. Musim ini baik Bacca maupun Moreno sama-sama baru mencetak 4 gol saja.
Bayang-bayang akan terdegradasi seperti pada musim 2011/2012 menghantui tim yang bermarkas di Estadio de la Ceramica tersebut. Namun setidaknya masih ada kesempatan untuk membenahi skuad di bursa transfer Januari 2019. Apalagi Villarreal merupakan salah satu dari enam tim di La Liga yang memiliki limit gaji pemain di atas 100 juta euro, artinya mereka cukup leluasa untuk bisa menambah beberapa pemain anyar di pertengahan musim nanti.