Pemilik Leeds United, Andrea Radrizzani, mengancam akan membuat liga tandingan bernama Premier League 2, karena ia tak senang dengan pembagian uang hak siar televisi.
Radrizzani bersikeras kalau adalah hal yang adil kalau kesebelasannya yang main di Divisi Championship hanya mendapatkan 7 juta paun dari hak siar televisi pada 2017. Padahal, Radrizzani berargumen kalau mereka mendatangkan lebih banyak penonton ketimbang kesebelasan Premier League yang meraih 100 juta paun permusim.
“Kita harus mengakui bahwa kesebelasan seperti Leeds United disaksikan oleh 500 ribu sampai 600 ribu orang dalam tayangan langsung di Sky. Namun, mereka cuma dapat 2,5 juta paun (dari kerja sana TV dengan klub),” kata Radrizzani.
“Kami sebenarnya dihukum karena kami disiarkan lebih dari 20 kali. Jadi mungkin kita harus mempertimbangkan kembali sistem ini karena tidak bekerja. Kami menciptakan acara yang menarik buat semua orang, tapi justru kami kehilangan uang.”
“Aku pikir pemilik yang lain juga akan senang untuk membuka diskusi, karena waktunya sudah siap untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan untuk bergerak maju.”
Saat ditanya apakah ia telah mengadakan rapat dengan pemilik klub yang lain untuk membuat pemberontakan, ia bilang, “Tidak. Ini cuma kepercayaan saya. Anda mesti tanya ke klub lain.”
“Namun, saya berbagi ide dengan pemilik lain dan mereka setuju. Model Divisi Championship harus dipertimbangkan ulang karena tidak berkelanjutan. Ada jurang yang lebar antara klub yang degradasi dengan uang besar dan tim lain dengan bujet yang lebih rendah.”
“Mungkin mereka harus mempertimbangkan cara lain untuk menciptakan nilai, Premier League 2, atau sebagainya, yang berkelanjutan bahkan untuk klub yang tak promosi.”
Saat bicara di pertemuan para pemimpin olahraga di Stadion Stamford Bridge, Radrizzani mengklaim kalau Leeds telah meningkatkan dua kali lipat nilai pasar mereka sejak ia membeli kesebelasan Yorkshire tersebut senilai 45 juta paun dari Massimo Cellino 17 bulan lalu. Dia juga mengklaim kalau kedatangan manajer baru, Marcelo Bielsa, bisa memberikan dampak positif.
Dia bilang, “Kupikir kami telah berkembang dalam segalanya, manajemen, fasilitas, dan tim olahraganya pun sudah lebih baik. Jadi, kesan bagus adalah klub sedang mengejar untuk menjadi kesebelasan modern. Segera, kalau tidak musim ini mungkin musim depan. Kami akan siap untuk berada di arah yang tepat untuk promosi.”
“Setelah tahun lalu, saya amat ingin punya manajer yang memberikan kami kepemimpinan yang kuat, untuk menjadi katalis buat seluruh klub juga para pemain. Aku pikir kami membutuhkan perubahan budaya di seluruh klub dan amat cepat dia meraih tujuan ini. Jadi aku sangat senang karenannya,” kata Radrizzani.
EFL sendiri sudah mengamankan 88 juta paun permusim yang dibagi ke 72 kesebelasan dan naik menjadi 120 juta permusim pada 2019/2012.
Soal Format Liga Baru
Saat ini, Premier League memang punya kompetisi bernama “Premier League 2”. Kompetisi ini menggantikan kompetisi U-21 sejak 2016/2017, dengan fokus yang lebih besar pada kemampuan teknis, fisik, untuk membawa para pemain lebih dekat ke pengalaman di tim utama. Batas usia pun dinaikkan dari U-21 menjadi U-23.
Premier League 2 punya format dengan dua tingkat yang terbagi menjadi Divisi 1 dan Divisi 2. Setiap divisi punya 12 kesebelasan di dalamnya dengan sistem promosi dan degradasi. 24 kesebelasan yang bertanding mesti melamar untuk mendapatkan status “Category One”. Mereka yang bertanding terdiri dari 15 kesebelasan Premier League dan sembilan dari Divisi Championship.
Sementara itu yang dimaksud Radrizzani adalah perombakan Divisi Championship menjadi lebih komersil. Pasalnya, ia menganggap Divisi Championship saat ini masih belum benar-benar memberikan profit seperti di Premier League.
Ada jarak yang besar saat kesebelasan yang terdegradasi ke Divisi Championship mengantungi uang puluhan juta paun. Mereka siap bersaing untuk kembali promosi ke Premier League di musim selanjutnya. Persaingan dengan bujet tipis ini yang menjadi pertimbangan untuk perombakan kompetisi.
Akan tetapi, yang mesti dipertimbangkan adalah besarnya nilai hak siar televisi di Premier League sulit untuk diaplikasikan di Divisi Championship karena mereka hanya-lah kompetisi tingkat kedua. Ini yang membuat nilai kompetisi mereka sulit untuk didongkrak.
Salah satu caranya adalah dengan membuat klub bekerja sama secara mandiri televisi seperti di La Liga. Akan tetapi, kalau sistem seperti ini digunakan, menjadi tidak ada bedanya dengan sistem yang sekarang karena jarak antara klub kaya dengan klub miskin.