Keputusan sudah dibuat. Tottenham Hotspur resmi memecat Mauricio Pochettino dan menggantinya dengan Jose Mourinho. Sederet pro dan kontra muncul. Bayang-bayang kalau Spurs akan bermain pragmatis dan para pemainnya terlibat konflik mulai muncul. Masih banyak yang tidak bisa menerima keputusan Daniel Levy mengangkat Mourinho. Hal ini ditambah dengan ucapan The Special One empat tahun lalu yang pernah berucap kalau dia tidak akan melatih Spurs karena cinta dengan suporter Chelsea.
Namun tidak sedikit pula yang begitu optimis Spurs bisa meraih kejayaan bersama pria Setubal tersebut. Salah satu penggemar Spurs bahkan hakulyakin kalau musim ini mereka bisa meraih gelar ganda yaitu Piala FA dan Liga Champions. Terkesan berlebihan, namun mereka layak optimis mengingat mereka kedatangan manajer yang gelarnya sudah banyak di Eropa.
Pada musim pertamanya bersama Setan Merah, kapasitasnya saat itu juga mulai dipertanyakan. Namun Mourinho mampu membuktikan keraguan tersebut dengan langsung memberikan dua gelar dalam wujud Piala Liga dan Europa League sekaligus mengembalikan United ke Liga Champions.
Inilah yang bisa diharapkan Spurs musim ini. Meski nantinya mereka hanya mendapat Piala FA, mengingat persaingan Liga Champions tergolong berat, namun trofi tersebut akan terasa sangat penting. Wajar saja, sejak 2008 mereka tidak bisa lagi mengangkat piala meski pernah memiliki peluang untuk menjadi juara di Premier League, Piala FA, dan Liga Champions.
Jamie Carragher juga yakin kalau Mourinho akan sukses bersama Spurs. Meski Mourinho diprediksi tidak akan mengubah pendekatannya dan tetap mengandalkan taktiknya yang reaktif, namun hal itu akan sangat bagus bagi kesebelasan Tottenham Hotspur jika ingin mengincar beberapa gelar juara. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Pochettino.
“Akan ada kekhawatiran soal gaya main seperti yang terjadi ketika di Manchester United. Jadi hal itu bisa menjadi masalah baginya untuk maju jika ia menampilkan sepakbola yang sama seperti di United. Namun Mourinho punya cara dalam meraih sesuatu. Dia tidak akan berubah untuk Tottenham. Mereka membawa Mourinho karena dia bisa memberi trofi dengan caranya sendiri,” kata Carragher.
Warisan yang Jauh Lebih Baik
Mourinho jelas punya senjata untuk bisa mewujudkan harapan penggemar Spurs yang haus akan trofi. Satu yang paling krusial adalah warisan pemain dari pelatih sebelumnya. Jika dibandingkan dengan situasi di Manchester United, Spurs punya warisan pemain yang bisa dikatakan jauh lebih baik ketimbang di United.
Ketika masih memimpin United pada 2017/18, Mourinho dicecar pertanyaan kenapa dirinya kesulitan untuk menandingi Pep Guardiola yang superior bersama City. Saat itu, ia hanya menyebut kalau City memberikan warisan kepada Pep berupa pemain-pemain yang jauh lebih baik sehingga perjalanan Pep begitu mudah. Hal ini yang tidak ia dapatkan di United sehingga saat kedatangannya ia mendatangkan pemain-pemain yang dianggap memiliki mentalitas yang jauh lebih baik seperti Lukaku, Matic, dan Lindelof.
“Anda mengerti warisan? Otamendi, De Bruyne, Fernandinho, David Silva, Aguero. Mereka semua investasi yang bukan berasal dari pembelian satu sampai dua tahun terakhir. Anda lihat berapa banyak pemain United yang meninggalkan klub ini? Saat mereka bermain, bagaimana mereka bermain? Itulah warisan yang ditinggalkan klub ini?” katanya saat itu.
Di Spurs, ia mendapat Harry Kane dan Son Heung Min di lini depan. Dua pemain yang cukup apik dalam membobol gawang lawan. Son adalah salah satu pemain terbaik Asia di Premier League, sedangkan Kane adalah pencetak gol utama mereka sejak 2014/15. Hal ini sudah pasti akan memudahkan pekerjaannya ketimbang di United saat ia mendapat Rashford dan Martial yang belum konsisten, serta Wayne Rooney yang masa aktifnya saat itu sudah habis dan cenderung menurun. Beruntung, ia diselamatkan oleh Ibrahimovic yang gol-golnya beberapa kali krusial bagi kemenangan United dan mendatangkan Romelu Lukaku setahun kemudian.
Satu yang paling krusial adalah lini belakang. Mourinho sudah memiliki keuntungan dengan tiga pemain yang kemampuannya dari segi defensif tidak diragukan lagi yaitu Jan Vertonghen, Toby Alderweireld, dan Davinson Sanchez. Lebih spesialnya lagi, mereka bisa berperan sebagai ball playing defender.
Di United, ia tidak mendapatkan itu. Meski membeli Eric Bailly dan mendapat Marcos Rojo, namun dua pemain ini kerap bermasalah dengan kebugaran. Victor Lindelof juga bermasalah dengan adaptasi. Oleh karena itu, ia hanya mampu memanfaatkan Chris Smalling yang tidak bisa melakukan build up dari lini belakang. Itulah sebabnya ia mengincar Harry Maguire dan Toby Alderweireld ketika di United yang tidak dituruti oleh Ed Woodward.
Di lini tengah, ia juga mendapat banyak pemain yang kemampuannya cukup komplit seperti Christian Eriksen, Lucas Moura dan Dele Alli. Kapasitas keduanya yang bisa bermain cepat akan sangat menguntungkan Mourinho jika ingin bermain Direct Counter Attack seperti yang pernah ia tampilkan bersama Real Madrid dulu.
Ketika Manchester United bertemu Liverpool, yang kemudian menjadi laga terakhirnya bersama United, Mourinho menyebut kalau pada tim-tim sebelumnya, ia mempunyai satu kunci yang memudahkan dirinya dmembentuk tim tersebut menjadi lebih kuat dan sukses bermain di bawah arahannya.
Saat itu, ia menyebut Porto bermain mirip dengan taktik Liverpool yaitu melakukan counterpressing. Ketika di Real Madrid, ia bermain counter attack karena dibekali pemain-pemain cepat seperti Di Maria, Ronaldo, dan Benzema. Blok rendah dengan pemain seperti Lucio, Samuel, Materazzi, dan Ivan Cordoba adalah senjata yang berhasil mematikan kreativitas lawan.
Di Spurs, setidaknya ia mendapat bekal yang cukup untuk mengembalikan karier kepelatihannya yang berantakan bersama Setan Merah. Dengan karakteristik pemainnya yang jauh lebih baik, ia kini tinggal menyuntikkan motivasi agar timnya bisa bermain sesuai rencana. Laga melawan West Ham United akan menjadi ujian pertamanya.