Akademi Cobham, Armando Broja, dan Eksodus Wonderkid Chelsea

Banyak yang menilai bahwa era baru Chelsea Football Club dimulai ketika Roman Abramovich mengambil alih klub dan melakukan perekrutan pemain-pemain top dunia. Anggapan tersebut sebenarnya sah-sah saja. Namun, keputusan Abramovich untuk memperbaharui seluruh fasilitas pemusatan latihan dan akademi adalah sebenar-benarnya era baru Chelsea.

Pusat pelatihan dan akademi, Cobham Training Center dicanangkan akan selesai pada 2007. Dua tahun sebelumnya, pada 2005, pemain Chelsea sudah melakukan latihan temporer di sana, berbarengan dengan penggunaan tempat latihan lama di daerah Harlington.

Pada 2008, tahap akhir fasilitas di Cobham akhirnya rampung. Yakni, Setahun kemudian, tahap final pembangunan Cobham pun selesai, yaitu Academy and Community Pavilion untuk tim muda Chelsea dan Football Community Department.

Seperti standar tempat latihan sepakbola bagi klub-klub top dunia, Cobham memiliki total 37 lapangan. 6 lapangan diantaranya merupakan “replika” dari spesifikasi lapangan Stamford Bridge. Lapangan tersebut juga memiliki under-soil heating yang berguna saat musim dingin.

Melalui data CIES Football Observatory, Chelsea adalah tim kesembilan bersama dengan Manchester United dan AS Monaco dalam produksi pemain muda yang berlaga di 5 liga top Eropa (23).

Sebagai bahan perbandingan, La Masia milik Barcelona dan La Fábrica milik Real Madrid yang memimpin daftar tersebut dengan total 42 pemain.

Selain itu, Chelsea juga unggul dari akademi klub-klub besar Eropa lainnya seperti Juventus (8), Liverpool (10), Inter Milan (15), AC Milan (17), Bayern Munich (19), Manchester City (20) dan Atletico Madrid (20).

Sejak Cobham berdiri, Chelsea menjadi salah satu tim yang memiliki prestasi di kelompok usia muda. Dua gelar UEFA Youth League berhasil mereka raih. Bagi yang belum tahu, UEFA Youth League adalah semacam Champions League-nya kesebelasan muda klub-klub Eropa.

Bila dicermati, sebenarnya klub London Barat ini pandai dalam urusan mengembangkan pemain muda. Apalagi semenjak diambil alih oleh Roman Abramovic, kampus akademi Chelsea yakni Cobham merupakan salah satu akademi sepakbola terbaik di dunia.

Dalam setahun terakhir, terdapat nama-nama jebolan Cobham yang memperkuat timnas senior Inggris, diantaranya: Reece James, Connor Gallagher, Tammy Abraham, Fikayo Tomori, Mason Mount, serta Patrick Bamford.

Belum lagi nama-nama non-Inggris seperti: Daniel Sturridge, Ryan Bertrand, Patrick van Aanholt, Nathan Ake, Kurt Zouma, Ruben Loftus-Cheek, Andreas Christensen, Billy Gilmour, dan nama yang terakhir mencuat adalah Armando Broja.

Nama Armando Broja memang belum terlalu akrab bagi sebagian pengemar sepakbola. Pesepakbola kelahiran Albania ini adalah salah satu jebolah Cobham yang musim ini mendapat perhatian dari khalayak. Adalah Southampton yang membuatnya mengilap di musim ini.

Broja dipinjam selama satu musim oleh Southampton. Ia pada awalnya diproyeksikan Ralph Hassenhuttl sebagai pelapis Che Adams dan rekrutan anyar mereka, Adam Armstrong di lini depan The Saints.

Ternyata, penampilannya cukup mentereng di Saints. Sampai tulisan ini dibuat, Broja menjadi pemain Southampton ke-3 dengan apps terbanyak, yakni 20 laga, dibawah James Ward-Prowse (34) dan Oriol Romeu (33) di laga Premier League.

Penampilan mengesankan striker timnas Albania ini tentu membuat Southampton ingin mempermanenkannya di bursa transfer musim panas mendatang. Di bursa transfer Januari lalu, Broja sempat diisukan akan memecahkan rekor pembelian transfer Southampton jika dipermanenkan, mengutip Metro.co.uk.

Dan bukan kali ini saja Southampton berhasil memoles pemain muda jebolan Cobham. Sebelumnya, mereka memunculkan Tino Livramento sebagai salah satu bek kanan masa depan Inggris. Livramento direkrut dengan hanya 5 juta Paun dengan klausul buy-back sebesar 25 juta Paun.

Tak hanya Southampton, rival sekota, Arsenal dikabarkan tertarik mendatangkan Broja yang oleh beberapa pengamat sepakbola Ingris mendapatkan julukan “The Next Diego Costa” ini di bursa transfer mendatang.

Bertahan atau perginya Armando Broja nanti sepertinya akan menegaskan bagaimana langkah dan arah kebijakan Chelsea sebagai produsen talenta terbaik di Inggris. Mengingat, di bursa transfer musim panas lalu, Chelsea sudah banyak kehilangan pemain potensial dari tim U23 mereka seperti Lewis Bate yang pindah ke Leeds United, Marc Guehi ke Crystal Palace, Myles Peart-Harris ke Brentford, Fikayo Tomori ke AC Milan dan Tammy Abraham ke AS Roma.

Terlebih, belum jelas kemanakah arah Chelsea di bawah pemilik baru Chelsea, Todd Boehly. Apakah Cobham sekadar menjadi “pabrik” para pemain homeground yang akan dilepas begitu saja dengan iming-iming poundsterling atau para lulusan Cobham akan menjadi tulang punggung kejayaan Chelsea di masa mendatang? Kita nantikan saja.

Sumber: Marca, Goal, Whoscored