Rencana Major League Soccer (MLS) untuk memenuhi kompetisi mereka dengan 30 klub di 2022 berjalan sesuai rencana. Pada 22 Oktober 2019, MLS resmi memberikan posisi ke-29 untuk Sacramento Republic. Mereka dijadwalkan akan mulai mengikuti kompetisi sepakbola paling megah Tanah Paman Sam itu pada 2022.
Sacramento Republic akan jadi tim olahraga profesional kedua dari daerah mereka yang bermain di liga utama. Menyusul peserta National Basketball League (NBA), Sacramento Kings. Tim olahraga lain di Sacramento, River Cats, hanya bermain di liga minor bisbol Amerika Serikat, Pacific Coast League (PCL).
Berbeda dengan Inter Miami, Nashville SC, Austin FC, ataupun tim dari St.Louis yang belum memiliki nama resmi, Sacremento Republic bukanlah kesebelasan baru di dunia sepakbola Amerika Serikat. Setidaknya jika dibandingkan dengan kesebelasan-kesebalasan lain di atas yang juga merupakan tim ekspansi MLS 2020-2022.
Republic sudah berdiri sejak 2012 dan bermain di United Soccer League (USL) sebelum mendapatkan ‘promosi’ ke MLS. USL juga sebenarnya bukan divisi dua sepakbola Amerika Serikat. Amerika Serikat yang memiliki tiga liga profesional sepakbola menganggap semua adalah divisi utama. Perbedaan di antara mereka hanyalah biaya operasional dan prestis masing-masing liga.
Bermain di USL, Republic dikenal sebagai salah satu kesebelasan terbaik liga. Mereka bahkan keluar menjadi juara kompetisi di musim pertama mereka masuk USL (2014). Ketika itu, mereka dibela oleh mantan penyerang Irlandia Utara U23, Patrick Stewart, dengan Graham Smith (eks-West Bromwich Albion), dan Predrag ‘Preki’ Radosavljević (mantan pemain Everton serta Portsmouth) sebagai juru taktik.
Hingga 2019 pun, mereka tidak pernah absen dari playoff USL. Juga selalu kedatangan pemain berpengalaman Eropa. Entah itu mantan pemain akademi Liverpool, Villyan Bijev, ataupun eks-wonderkid Polandia Dariusz Formella. Bahkan Republic merupakan klub yang dibela Carlton Cole sebelum menyusul Michael Essien ke Persib Bandung.
Hingga 24 Oktober 2019, mereka mungkin baru sekali mengangkat gelar juara USL. Tapi keberhasilan Republic untuk selalu lolos ke playoff sudah cukup membuat mereka berani ‘naik’ ke MLS. Target yang sudah mereka rencanakan sejak pertama berdiri.
“Ini adalah momen besar bagi Sacramento. Kami sudah mengincar tempat di MLS sejak lima tahun lalu [2014]. Setelah apa yang dialami Sacramento hari ini, kita akan melihat sejarah dengan berbeda,” kata Presiden sekaligus CEO Republic Kevin Nagle.
Datang Ketika Kings Mulai Ditinggalkan
FOTO: Clutch Points
Ucapan Nagle itu tidaklah berlebihan jika ada dalam konteks olahraga. Pasalnya, sebagai Ibu kota California, Sacramento sudah lama tidak memiliki tim olahraga yang bisa menjadi kebanggaan publik. River Cats sebatas tim liga minor. Sementara Kings sudah lama tidak memberikan prestasi. Prestasi terakhir mereka datang di 2003/2004, saat lolos ke semi-final playoff daerah Pasifik.
Kings sudah jauh dari era Mike Bibby, Peja Stojaković, dan Chris Webber. Mereka sudah 13 musim tidak pernah lolos ke playoffs. Sekalipun di 2018/2019 sebenarnya performa Kings meningkat. Masuk ke-10 besar NBA untuk pertama kalinya sejak 2005/2006. Tapi jumlah penonton di Golden 1 Center selalu menurun.
Hal ini berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Sacramento Republic. Sekalipun tidak bermain di MLS, jumlah penonton mereka selalu menjadi salah satu yang terbaik di USL. Pada musim pertama (2015), Republic berhasil mengumpulkan rata-rata 11.323 penonton. Total, 158.516 orang datang dari 14 laga kandang mereka. Itu adalah jumlah terbanyak sepanjang musim USL 2015.
Dari 2016-2018 berikutnya, hanya FC Cincinnati yang bisa mengisi tribun lebih banyak dibanding Republic. Selama empat musim berturut-turut, mereka selalu jadi dua teratas soal dukungan kandang.
Pada 2019, meskipun jumlah penonton Republic dikalahkan Indy Eleven dan New Mexico United di musim reguler, mereka masih dapat menambah jumlah pada masa playoff. Pada dasarnya, sejak berdiri di 2012, setidaknya selalu ada 10.000 pendukung Sacramento yang bersedia mengisi tribun.
Menengok Cincinnati FC
FOTO: Cincinnati FC
Pindah ke MLS di 2022, mereka akan pindah dari Papa Murphy’s Park ke stadion yang lebih besar. Rencanannya akan disediakan 20.000 kursi di stadion baru ini. Lebih banyak 8.431 kursi dibandingkan Papa Murphy’s Park.
Soal prestasi, mungkin tidak akan ada yang tahu. Banyak hal bisa mengalami perubahan dalam waktu tiga tahun. Tapi setidaknya, Sacramento Republic sudah didukung suporter yang setia. Pindah liga tak akan mengurangi hal tersebut. Justru menambah jumlah massa yang akan datang.
Lihat saja Cincinnati FC yang di USL 2018 mendapat rata-rata 25.717 di kandang mereka, kini jadi 27.336 karena bermain di MLS. Bahkan rata-rata penonton di Nippert Stadium bisa mengalahkan LA Galaxy, Los Angeles FC, DC United, Orlando Pride, ataupun Chicago Fire.
Padahal nama paling tenar yang mereka miliki hanya Przemysław Tytoń -mantan penjaga gawang PSV Eindhoven, Stuttgart, dan Deportivo La Coruna-. Tapi lebih ramai daripada mereka yang punya Zlatan Ibrahimovic, Carlos Vela, Wayne Rooney, Luis Nani, ataupun Bastian Schweinsteiger.
Menang, kalah, juara, atau tidak, yang jelas Sacramento sudah memiliki tim olahraga yang bisa dibanggakan. Tim olahraga yang dapat mengumpulkan massa setiap pekannya. Main di MLS pasti akan menambah rasa bangga tersebut di Ibu Kota California.