Pasca kepastian hengkangnya David de Gea pada musim jendela transfer kali ini, publik menantikan gebrakan apa yang akan dibuat Setan Merah. Pasalnya, di musim depan Erik ten Hag dituntut untuk tampil lebih konsisten dan tentunya lebih stabil sejak di lini pertahanan.
Kedatangan Andre Onana tentu saja membuat “koneksi” Ajax di Old Trafford kian kental, mengingat sebelumnya ada nama Lisandro Martinez dan Antony dos Santos –juga Christian Eriksen–yang hadir sejak musim lalu.
Mengapa Onana Sangat Diinginkan EtH?
“Dari setiap area tim, saya menginginkan produktivitas,” kata Ten Hag di pramusim tahun lalu. “Itu hal yang paling penting, bahwa para pemain mengambil inisiatif di dalam dan di luar bola, dalam menyerang dan bertahan.”
Bagi ten Hag, produktivitas adalah kunci bagi gaya bermain yang diinginkannya tak terkecuali di sektor penjaga gawang. Ia menginginkan transformasi yang signifikan dari segi membangun serangan. Seperti yang kita semua ketahui, di musim 2022/2023 lalu Man United telah mendapatkan beberapa perubahan yang cukup memuaskan dengan hadirnya Lisandro Martinez, Casemiro, dan peningkatan permainan dari Luke Shaw dan Bruno Fernandes.
Menurut data Opta, Onana musim lalu bersama Inter, memiliki akurasi operan 93,8 persen dengan rataan28,8 operan. Lalu bagaimana dengan David de Gea? De Gea, sebagai perbandingan, hanya berhasil mencatatkan 88% operan sukses menuju area permainan sendiri dengan catatan 19,3 operan setiap 90 menit di musim lalu.
Pandit sepakbola kenamaan Jonathan Wilson, pernah menulis pada 2020 di Irish Times bahwa ball sweeping–menyapu bola– bukanlah bakat alami dari permainan seorang de Gea, terlebih juga perbedaan garis pertahanan yang jomplang antara bermain di Man United (bermain cenderung kedalam) dan timnas Spanyol (yang bermain dengan garis pertahanan sangat tinggi). Faktor inilah yang dinilai sebagai salah satu biang keladi inkonsistennya permainan kiper jebolan akademi Atletico Madrid tersebut di Premier League.
Pujian kepada Onana juga dilontarkan pelatih Manchester City, Pep Guardiola. Pep menyebut Onana dengan sebutan “holding midfielder” setelah melihat performa eks-kiper tim nasional Kamerun tersebut pada final Liga Champions. Guardiola bahkan memberi komentar sebelum laga final tersebut, bahwa kualitas Onana menjadikan Inter “antitesis” dari United dalam hal membangun serangan.
“Onana membuat sangat sulit untuk mengerahkan high pressing. Anda tidak bisa menekan kiper (Onana) dengan benar. Mereka ahli dalam mempertahankan bola sampai ke pemain penyerang,” ujarnya dilansir CBS Sport.
Pep bahkan berkomentar tentang Man United: “Jika Anda melihat (build-up serangan) United, misalnya, adalah long ball. Dengan Rashford dan para penyerang lainnya hanya berlari.”
“Sentuhan Open-Play” dari Onana yang Diperlukan ten Hag
Sebenarnya, keputusan Inter untuk mendatangkan Andre Onana pada jendela transfer musim lalu cukup mengherankan, pasalnya Simone Inzaghi dikenal bermain dengan garis pertahanan yang cukup dalam. Sehingga, potensi sebenarnya dari seorang Onana tidak terlalu menonjol.
Melansir The Analyst, pada musim lalu Onana bersama Inter mencatatkan total 81 persen atau 32,3 sentuhan per 90 menit di dalam kotak penalti. Menariknya, ia juga melakukan total 17 persen sentuhan (6,6) dari luar kotak penalti.
Bila dibandingkan dengan sentuhan open play yang dicatatkan David De Gea di musim lalu yang mencatatkan total 86 persen atau 25,6 sentuhan open play per menit dari dalam kotak penalti, jumlah ini cukup signifikan. Padahal seperti yang kita ketahui, di bawah asuhan ten Hag, Man United “dipaksa” untuk membangun serangan dari belakang dan dimulai dari penjaga gawang.
Catatan sentuhan Andre Onana di Piala Dunia 2022 Qatar juga sangat perlu digarisbawahi. Onana mampu menciptakan rekor sentuhan open play terbanyak dalam satu laga Piala Dunia yakni 46 sentuhan, yang ia ciptakan dalam laga kontra Swiss yang berakhir kekalahan 0-1. Hal itu pula yang ditengarai sebagai penyebab dicoretnya Onana dari skuat Kamerun asuhan Rigobert Song.
Onana Unggul Dari De Gea Dalam Hal Shot-Stopping
Kendati demikian, banyak yang menilai bahwa Manchester United akan kehilangan seorang David de Gea dalam hal shot-stopping atau menahan tembakan lawan. Andre Onana yang memiliki kelebihan dalam hal build-up passing, sweeping, juga sentuhan open play dianggap memiliki kelemahan dalam hal shot-stopping. Benarkah demikian?
Statistik Opta mencatat bahwa penyelamatan stop-stopping murni yang dilakukan David de Gea adalah sebesar 69,9 persen, berada di bawah Andre Onana yakni 71,8 persen. Onana juga mengungguli kiper-kiper lain yang berlaga di UCL musim lalu dalam hal goals prevented (gol yang mampu dicegah) dengan 7,8 diukur dengan xGOT (expected goal on target). Sebagai perbandingan, Thibaut Courtois (Real Madrid) mendapatkan 5,9 dan Simon Mignolet (Club Brugge) dengan 4,8 berada pada urutan ke-2 dan ke-3.
Adaptasi Akan Menjadi Kunci
Semua catatan bagus yang mampu diciptakan Andre Onana bersama Inter maupun sebelumnya bersama Ajax, tak akan ada artinya jika ia tak mampu beradaptasi dengan baik. Perbedaan cuaca, budaya, terlebih cara bermain di Premier League Inggris yang cenderung mengandalkan fisik, akan menjadi tantangan tersendiri. Intensitas pressing yang berbeda antara di Italia dengan Inggris juga bisa menjadi hal yang mampu diatasi Onana di musim debutnya.
Dalam sistem ten Hag mengharuskan United kebobolan banyak tembakan karena dorongan itu membuat lawan menyisakan lebih banyak ruang untuk dieksploitasi lawan. Ini membuat Manchester United menerima total 481 tembakan pada sepanjang musim lalu. Ini juga berarti pekerjaan rumah bagi sang kiper anyar.
Sisi psikologis Onana juga akan diuji, mengingat tekanan yang akan dihadapinya tentulah berbeda dengan sebelumnya. Ini adalah Manchester United. Tim dengan rekor rekrutan kiper flop yang cukup banyak.