Chris Smalling (1): Rencana Cadangan yang Sukses di Roma

Tawaran Manchester United untuk meminjamkan Chris Smalling dengan pinjaman opsi permanen seharga 20 juta euro ditolak AS Roma. Harga 3 juta euro lebih dipilih Roma dengan opsi pinjaman saja tanpa ada niatan dipermanenkan.

Bagi Smalling, ia cuma berharap mendapatkan kesempatan bermain, pengalaman dan petualangan baru ketika pergi ke Roma. Pada musim lalu, Smalling tampil sebanyak 34 kali di seluruh kompetisi yang diikuti MU. Satu-satunnya gol diciptakannya adalah ketika mengalahkan Watford dengan skor 2-1 pada 15 September 2018.

“Dia akan kembali lebih baik karena itu klub besar, liga yang bagus. Tidak banyak pemain Inggris yang bermain di Italia. Jadi saya pikir dia akan menikmatinya,” ujar Ole Gunnar Solskjaer tentang alasannya meminjamkan Smalling, seperti dikutip dari Manutd.com.

Padahal, pemain yang diboyong dari Fulham pada 2010 ini baru saja memperpanjang kontraknya bersama MU sampai 2020. Kondisi Smalling yang tak nyaman karena sulit masuk skuat utama menarik perhatian Roma. Mereka langsung menyambar peluang memboyong Smalling.

“Kami senang membawa pemain seperti Chris yang punya banyak pengalaman ke Roma,” kata Gianluca Petrachi, Direktur Olahraga Roma seperti dikutip dari BBC. “Ini kesempatan sempurna bagi saya. Kesempatan mencicipi liga baru bersama tim besar yang punya aspirasi besar yang benar-benar saya butuhkan sekarang,” kata Smalling.

Pengganti Target Transfer yang Gagal

Roma mendapatkan Smalling setelah gagal mendapatkan Daniele Rugani, Dejan Lovren, German Pezella dan Toby Alderweireld. Mungkin kegagalan itu semua untuk mendapatkan yang terbaik. Tidak hanya untuk biaya pinjaman yang murah, tapi Smalling dengan cepat menjadi pelengkap starting eleven Roma.

Lebih dari itu, bek tengah itu bermain bagus. Smalling memperkuat pertahanan Roma yang kebobolan 48 gol pada musim lalu. Kemudian menjadi pelipur lara setelah kehilangan Kostas Manolas yang dijual ke Napoli pada musim panas 2019.

Sejauh ini, Smalling memang telah membuktikan diri sebagai bek tengah andal. Tidak ada giringan bola lawan yang mudah melewati pemain 30 tahun itu. Sudah 15 laga yang dimainkan Smalling bersama Roma di Serie-A dan Liga Eropa 2019/2020.

Menurut data Whoscored, Smalling di Serie-A sudah melepaskan 1,1 tekel per laga, 2,1 intersepsi sukses per laga dan 4,5 sapuan bersih per laga. Rata-rata, Smalling juga memenangkan 4,4 duel udara per laga. Rataa ini membuat Roma menjadi kesebelasan ketiga paling kuat duel udara setelah Juventus dan Parma Calcio 1913.

“Di sini, kamu bisa sering berhadapan dua lawan dua. Di sini ada banyak pemain berlari di belakang saya juga. Saya menikmati itu karena saya suka berlari melawan penyerang. Itu cocok dengan gaya saya,” beber Smalling seperti dikutip dari The Guardian.

Dengan itu, ia senang menjaga penyerang yang masuk ke dalam setiap kali bola melebar. Smalling juga membuat rekanan yang baik bersama Gianluca Mancini yang didatangkan dari Atalanta pada musim panas lalu. Mereka membuat kesebelasan berjuluk I Lupi (Si Serigala) itu lebih sulit dirobohkan.

Smalling dan Mancini membentuk pemahaman yang baik dan tanggu di jantung pertahanan. Mereka juga mampu menahan lini depan Serie-A yang paling membahayakan dari Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku yang mencetak 60 persen gol Inter musim ini.

Inter selalu mencetak gol di setiap laga Serie-A dan Champions. Namun Smalling dan Mancini mengakhiri itu karena pemahaman yang kuat satu sama lain. Keduanya juga sering mendapatkan saran dari Federico Fazio yang lebih senior.

Seperti ketika melawan Brescia yang menggunakan dua penyerang, sehingga masing-masing mendapatkan satu pemain untuk dikawal. Meskipun tidak bisanya Smalling berbahasa Italia meskipun sedang belajar, adalah sesuatu yang sulit dijelaskan.

“Kadang-kadang kami saling memahami dengan tatapan. Dalam istilah sepakbola, saya bisa berbicara sedikit bahasa Inggris. Tapi dia tahu bagaimana mengatakan beberapa hal dalam bahasa Italia,” ungkap Mancini seperti dikutip dari Goal.

Jika seorang lawan datang, Smalling atau Mancini perlu bergerak ke kiri atau ke kanan. Mereka saling memahami dengan matanya, sehingga Smalling adalah seseorang yang memberikan segalanya dan itulah mengapa disukai oleh Mancini.

“Dalam hal itu saya masih perlu banyak meningkatkan, meskipun saya masih muda. Dia selama 90 menit dan lebih dari itu, fokus 100 persen. Itu membantu saya juga dengan kesalahan kecil yang bisa saya buat,” ujar bek tengah 23 tahun tersebut.

Smalling mencetak gol pertamanya di Serie-A ketika melawan Udinese. Itu adalah momen bagi seorang pemain yang telah memulai kembali karirnya dengan luar biasa setelah beberapa tahun terakhir.