Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) meminta penghentian sementara kompetisi Liga 1 selama dua pekan. Sementara PSSI sendiri melalui ketua umum, Edy Rahmayadi, berbicara terkait penghentian kompetisi sampai waktu yang belum ditentukan. Itu salah satu tindakan konkret yang dipilih oleh pemangku sepakbola terkait kasus suporter yang terjadi pada akhir pekan lalu.
Selain itu, sebagian besar pesepakbola profesional yang tergabung dalam APPI, juga membuat beberapa ajuan. Salah satunya adalah menolak bermain di pekan ke-24 Liga 1, sampai tercapainya nota damai bersama.
Setiap keputusan jelas akan menghadirkan konsekuensinya. Termasuk penghentian kompetisi sementara selama dua pekan ini. Banyak kausalitas terkait penghentian kompetisi sementara. Ada banyak hal yang bisa saja terulang apabila kompetisi terhenti seperti yang terjadi pada tahun 2015. Tapi yang membedakan dengan yang terjadi saat ini adalah banyak hal lain yang juga mesti diatasi. Salah satu yang sebenarnya paling genting adalah soal kiprah timnas Indonesia di Piala AFF 2018.
Terdengar terlalu jauh? Sebenarnya tidak juga. Sepak mula Piala AFF akan dimulai sekitar dua bulan lagi. Dengan penghentian kompetisi selama dua pekan, sesuai dengan permintaan dari Kemenpora, ditambah lagi apabila penghentian terjadi dalam waktu yang lebih lama ketimbang dua pekan seperti yang sebelumnya sudah disebutkan. Situasi tidak tentu ini akan sangat berimbas kepada timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala AFF 2018. Terutama terkait persiapan jelang menghadapi turnamen.
Padahal situasi saat ini di wilayah Asia Tenggara sedang sangat menguntungkan Indonesia.
Situasi Negara Peserta Lain yang (Sebenarnya) Mesti Dimanfaatkan Indonesia
Sebelum situasi menjadi begitu panas seperti saat ini. Arah angin sebenarnya sedang berada di pihak Indonesia untuk meraih trofi yang begitu didambakan di level Asia Tenggara, Piala AFF. Selama lebih dari dua dekade, tim Garuda berhasil mencapai partai puncak, namun belum sekalipun berhasil meraih gelar juara. Getir karena mesti melihat founding member federasi seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura sudah merasakan manisnya merengkuh trofi Piala AFF.
Kondisi kontestan lain sebenarnya tidak sebaik bertahun-tahun lalu. Sepakbola Singapura kini berada di titik nadir setelah era pelatih Radjoko “Raddy” Avramovic. Bakat-bakat lokal mereka tidak sebaik ketika tim diisi oleh para pemain naturalisasi. Terlebih sepakbola memang tidak begitu popular (untuk dimainkan) di negara tersebut. Beberapa generasi muda bahkan lebih memilih olahraga lain.
Sementara yang terjadi kepada Filipina dan Vietnam. Sepakbola mereka memang tengah berkembang ke arah yang lebih baik. Bahkan di level usia muda keduanya mencapai prestasi yang juga baik. Tapi generasi baru Filipina yang dipimpin Mike Ott, atau Vietnam yang dipimpin oleh Luong Xuan Truong masih membutuhkan waktu untuk benar-benar matang. Ini juga terjadi kepada Malaysia untuk generasi Adam Nor Azlin dan generasi setelahnya.
Sementara Thailand, yang memupus harapan Indonesia di tiga final, termasuk yang termutakhr yang terjadi pada tahun 2016 lalu. Juga berada dalam kondisi yang tidak betul-betul bagus setelah tidak lagi ditangani oleh Kiatisuk “Zico” Senamuang. Terlebih lagi sudah dipastikan bahwa empat pemain kunci timnas Thailand, Teerasil Dangda, Chanatip Songkrasin, Theerathon Bunmathan, dan kiper Kawin Thamsatchanan tidak akan turun bertanding karena masih disibukan karier mereka di Jepang dan Eropa.
Dengan kata lain, Kontestan negara peserta Piala AFF lain sebenarnya sedang dalam situasi handicap yang bisa sangat dimanfaatkan. Karena disebutkan bahwa salah satu kunci keberhasilan adalah membaca peluang. Meskipun juga harus diakui bahwa memang realita di turnamennya bisa saja akan terjadi berbeda.
Soal Piala AFF ini adalah salah satu poin lain mengapa penghentian kompetisi bukan jalan keluar yang tepat terkait penanganan kasus suporter ini. Untung apabila hanya terhenti selama dua pekan seperti yang diminta oleh Menpora, bagaimana apabila justru terjadi untuk waktu yang lebih lama? Penanganan masalah yang komprenhensif, sistematis dan sistemik, seperti yang banyak disebut di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) kemari, juga menyangkut Piala AFF ini.
Mari berdoa situasi akan lebih baik kedepannya.