Freemason dan Jasa-Jasanya Terhadap Sepakbola

Jika Anda menggemari sepakbola sekaligus penyuka cerita-cerita konspirasi dunia, maka Anda harus menerima kenyataan mencengangkan nan mengguncang iman. Entah ini berarti baik atau buruk, tapi faktanya, olahraga paling populer di planet bumi ini berutang jasa besar pada salah satu organisasi: Freemason.

Mari sedikit mengulas tentang Freemason. Freemason secara umum adalah sebuah organisasi yang tertutup dan rahasia dari dunia luar dan merupakan organisasi persaudaraan tertua di dunia. Hanya anggotanya yang tahu “dalaman” organisasi ini.

Sejarahnya, Freemason berawal dari kumpulan para tukang batu (bahasa Prancis maçon) yang terorganisir sejak abad pertengahan. Fase berikutnya adalah penerimaan anggota mason yang bukan tukang batu secara harfiah, dan fase berkutnya berkembang menjadi organisasi besar yang menjadikan Grand Lodge sebagai “pusat organisasi” mereka yaitu pada 1717 di London, Inggris. Namun di beberapa tempat seperti Edinburgh, Paris, dan Lyon yang mencatat keberadaan mereka sejak 1500-an. Karena ketiadaan arsip dan mungkin ketertutupan mereka, membuat sejarawan kesulitan melacak jejak sejarah organisasi ini.

Tak seperti organisasi lain yang hanya memiliki nama kantor (office) atau markas sebagai pusat kegiatan, Freemason memiliki perkumpulan yang dinamakan “Loji” (berasal dari kata dalam bahasa Portugis “feictoria” yang berarti tempat tinggal, kantor, atau gudang) sebagai pusat kegiatan mereka.

Perlu digarisbawahi, sering terjadi kesalahpahaman bahwa anggota Freemason berkumpul di loji, tetapi istilah loji sendiri merujuk pada perkumpulan para anggotanya di suatu wilayah tertentu.

Bila melihat artikel populer atau situs-situs daring resmi mereka, tujuan organisasi Freemason adalah membangun persaudaraan yang erat di antara anggotanya dan membangun pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan landasan moral yang luhur. Freemasonry mengklaim  bahwa mereka adalah organisasi sekuler, yang sudah pasti bukan mengarah kepada suatu agama atau kepercayaan tertentu.

Naiknya pamor organisasi-organisasi rahasia seperti Illuminati atau Freemason tak lepas dari perkembangan budaya populer. Dalam hal ini, novel karya penulis Inggris, Dan Brown, seperti Da Vinci Code, Angels & Demons, Lost Symbol, dan Inferno, harus diakui memberikan eksposur yang amat besar kemudian menimbulkan anggapan adanya konspirasi dunia sebagai motif di balik pendirian organisasi ini.

Karena dianggap besar di Inggris, Freemason tentu memiliki andil di dalam berbagai bidang yang ada dilakukan masyarakat luas, salah satunya sepakbola. Menurut Ian Cobain, jurnalis senior Guardian, pada 2018, anggota Freemasn di seluruh dunia mencapai sekitar 6 juta orang. Sekitar 200 ribu orang berada di Inggris dan Wales. Di Inggris dan Wales saja terdapat 6300 loji yang terdaftar.

Di beberapa tempat, loji Freemason “menyamar” menjadi kuil (temple) atau pusat filsafat dan seni. Tak jarang beberapa bangunan di Eropa adalah karya arsitek Freemason. Bahkan jejak-jejak Freemason bisa dijumpai di Indonesia berkat kedatangan orang-orang Belanda, bukan?

Karena eksistensinya yang sangat lama, tak heran Freemason menancapkan kukunya di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, juga kesenian.

Freemason yang berjasa bagi sepakbola

Karena bagi orang Inggris sepakbola adalah agama, maka jangan heran, sekarang ada pula loji sepakbola atau Football Lodge yang baru saja diresmikan di kota Southampton pada 2015 silam –terdaftar No.9921. Pendirinya adalah David Lallana. Terdengar familiar? Ya, ia adalah ayah dari David Lallana, pemain Liverpool dan timnas Inggris.

Tapi, sejauh mana sepak terjang Freemason terutama hubungannya dengan sepakbola, terutama di Ingggris?

Merunut pada keberadaan organisasi Freemason yang sudah ada sejak awal abad ke-17 (bahkan bisa jadi lebih awal), maka benih-benih Freemason sudah lebih meresap ke dalam sendi-sendi masyarakat Inggris bahkan Britania Raya ketimbang sepakbola yang “dilahirkan” pada pertengahan abad ke-19.

Jasa pertama angggota Freemason bagi sepakbola: peraturan dasar permainan sepakbola modern alias sepakbola yang kita ketahui sekarang. Pada akhir 1863 oleh para inisiator yang kini bertransformasi sebagai asosiasi sepakbola Inggris (Football Association) untuk merumuskan apa yang kita kenal sebagai Laws of The Game, di gedung Freemasons’ Tavern, London. Gedung ini awalnya diinisiasi oleh Loji Besar London (Grand Lodge) pada 1769.

Oh ya, pembukaan laga pertama sepakbola yang menerapkan aturan baru atau Laws of The Game pada 1864 dirayakan dengan cara bersulang (toast drink) yang menurut situs resmi Loji Freemason Surrey, sebagai cara selebrasi yang Freemason banget.

Hubungan erat sepakbola dan Freemason juga bisa dilihat dari penamaan beberapa perkumpulan (loji) mereka diantaranya Anfield Lodge No. 2215 dan Everton Lodge No. 823.

Tapi jangan salah, penggunaan nama Everton bagi loji ini ini bahkan lebih dulu dibanding berdirinya klub sepakbola Everton!

Pada 1892, seorang anggota Freemason dan pengusaha bir lokal, John Houlding, membeli sepetak tanah di Anfield Road dari John Orell pada yang juga dipakai sebagai lapangan klub Everton. Ditengarai karena pembelian ini, memicu konflik di tubuh petinggi klub Everton yang mengakibatkan mereka meninggalkan Anfield dan pindah ke lapangan baru.

Kemudian, Houlding dan 5 kawannya (empat diantara mereka adalah anggota Freemason) mendirikan tim sendiri yang awalnya dinamai Everton Athletic, tapi karena ditolak oleh peraturan FA yang tidak memperbolehkan ada 2 nama yang sama dalam satu kota, Houlding memutuskan menggunakan nama: Liverpool Football Club.

Jejak ini bisa dilihat dari warna kostum awal yang digunakan Liverpool sebelum berwarna merah yakni kombinasi setengah biru langit-putih (bayangkan kostum Blackburn Rovers).

Kombinasi biru-putih ini adalah simbol dari warna Freemason. Merujuk kepada penjelasan dalam situs masonicworld.com;

White, the original colour of the masonic apron, was always considered an emblem of purity and innocence, exemplified in images such as the white lily or fallen snow.

“Blue is the colour of the canopy of heaven: azure, cerulean or sky blue. ‘Universally, it denotes immortality, eternity, chastity, fidelity; pale blue, in particular, represents prudence and goodness.’ In the Royal Arch, the Third Principal is told that it is an emblem of benefi-cence and charity.”

Bahkan setelah kematian Houlding, aroma Freemason di Liverpool FC masih kuat. Dari kurun 1892 hingga pecahnya PD I, sebanyak 15 dari 23 direktur klub tercatat sebagai anggota Freemason.

Tak hanya Liverpool, keberadaan kesebelasan Manchester City tak lepas dari jasa anggota Freemason. Waktu itu di kota Manchester, ada sebuah klub bernama Ardwick AFC (sebelumnya bernama St. Mark’s AFC) yang mengalami kebangkrutan. Karena hal itulah, petinggi klub menjualnya pada sekretaris klub, Joshua Paltby, yang juga anggota Freemason di county setempat.

Paltby kemudian menyetujui untuk “menyelamatkan” Ardwick dengan syarat: mengganti warna kostum dari strip merah-hitam menjadi atasan biru langit/biru pucat dan celana putih, warna kebesaran Freemason. Ia juga menganti nama klub dari Ardwick AFC menjadi Manchester City FC.

Pun demikian, beberapa situs resmi loji Freemason seperti surreymason.org.uk dan westlancsfreemasons.org.uk meragukan kumpulan arsip apakah Joshua Paltby atau penerusnya di kursi presiden klub, Lawrence Furniss yang menjadikan Manchester City berseragam biru.

Namun pengaruh Freemason di Manchester City bisa dikatakan kuat, mengingat pada 1965, lima dari enam direktur klub merupakan anggota Freemason. Saat itu, mereka juga dilatih oleh sesama anggota Freemason, Joe Mercer, yang turut menyumbangkan gelar juara Inggris pertama bagi The Citizens.

Kiprah anggota organisasi ini juga tak sebatas sebagai petinggi klub saja, bahkan hingga pemain. Banyak pemain-pemain legendaris Inggris seperti Sir Stanley Matthews (peraih Ballon d’Or pertama), Dixie Dean (legenda Everton yang pernah mencetak 60 gol dalam semusim!) dan juga Nat Lofthouse(legenda Bolton yang mencetak 30 gol dalam 33 caps Three Lions).

Tak hanya itu, beberapa pelatih tim nasional Inggris adalah anggota Freemason. Sir Alf Ramsey, pelatih timnas Inggris yang memenangkan Piala Dunia 1966. Ia tercatat sebagai anggota di Waltham Abbey Lodge No.2750 pada 1953.

Kemudian ada nama pelatih legendaris Leeds United, Don Revie, yang juga pernah melatih timnas Inggris. Tangan dingin Revie membawa Leeds menjuarai 2 kali gelar Liga Inggris, serta  membawa Leeds meraih Piala FA 1972. Pelatih legendaris West Ham, Ron Greenwood juga pernah melatih The Three Lions dalam kurun 1977 hingga 1982. Keduanya juga tercatat sebagai anggota Freemason.

Terlepas dari berbagai anggapan orang terhadap Freemason, fakta bahwa sepakbola, terutama sepakbola Inggris punya hutang budi kepada para anggotanya yang punya sumbangsih besar. Berkat mereka, eksistensi sepakbola dan juga eksistensi Liverpool, Manchester City, ataupun hal-hal yang berkaitan dengan sepakbola lainnya bisa kita nikmati hingga sekarang.

Tulisan ini akan diakhiri dengan satu lagi fakta menarik:

Alkisah, sebuah klub sepakbola akademi bernama Selsdon Junior FC, didukung secara finansial oleh sebuah loji, Old Palace Lodge No. 7173. Selsdon adalah tim akademi yang terkenal di Inggris karena kerap menelurkan pemain-pemain level top. Tahu siapa salah satu alumnus klub tersebut?

Gareth Southgate.