Jack Grealish, Pemain Muda yang Terobsesi George Best

Gemilangnya performa Aston Villa di kompetisi Divisi Championship musim ini seketika mengingatkan saya kepada salah satu pemain muda mereka yang mencuri perhatian sejak dua musim lalu. Tepatnya saat laga semifinal Piala FA 2015 antara Aston Villa kontra Liverpool yang berkesudahan 2-1 untuk The Villans.

Saat itu ada satu pemain yang sejak menit-menit awal selalu menarik dipandang mata. Berperawakan kurus, tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang Inggris, bernomor punggung besar, 40. Setelah saya sadari, bahwa kaus kaki yang dipakai dibiarkan melorot. Saat itu saya sempat bingung apakah ia memakai shinpad –pelindung tulang kering- atau tidak.

Pemain tersebut bernama Jack Grealish. 12 hari sebelum laga tersebut, ia baru saja memulai debut di Premier League bersama Villa. Di pertandingan itu, saya ingat Grealish memiliki ‘sesuatu’ yang berbeda. Sesuatu yang saya juga rasakan saat melihat penampilan debut Cristiano Ronaldo di Manchester United yang kala itu jumpa Bolton di 2003 silam. Kurus, gaya yang unik, dribel yang khas dan cepat.

Selidik punya selidik, style Jack Grealish ini dipengaruhi dari George Best, legenda Manchester United tahun 70-an yang juga berdarah Irlandia seperti dirinya. Grealish menuturkan, saat itu berusia 15 tahun ketika menonton tayangan spesial George Best di stasiun televisi Sky Sports. Ia melihat bagaimana aksi Best menggiring bola dan lolos dari hadangan tekel lawan dengan kaus kaki melorotnya yang khas.

Sejak saat itu, ia memutuskan untuk mengikuti gaya George Best hingga kini. Demi keinginannya dalam bergaya seperti sang idola, Grealish rela menggunakan shinpad ukuran anak-anak demi menunjang keinginannya tersebut. Tergolong nekad, karena sebenarnya berbahaya. Namun hal ini tidak melanggar peraturan FIFA yang mewajibkan kaus kaki menutupi pelindung tulang kering.

Grealish bergabung dengan akademi Aston Villa saat berusia 6 tahun. Dibesarkan di keluarga pendukung Aston Villa, sang ayah Kevin Grealish selalu membelikan tiket musiman untuk Jack sejak  ia masih balita. Kakek buyut Jack Grealish dari sang ibu, Billy Garraty adalah legenda Aston Villa yang turut memenangkan gelar Piala FA bersama Aston Villa pada tahun 1905.

Momen yang paling saya ingat saat menonton laga tersebut yaitu ketika kedudukan unggul 2-1 untuk Aston Villa, Tim Sherwood mengganti Jack Grealish dengan Joe Cole di menit ke-84. Sang kameramen dengan sigap menyorot kaus kaki melorot a la Jack Grealish dengan latar belakang fans Aston Vila melakukan standing ovation. Sebuah pemandangan yang aesthetic.

Terkait gayanya, gelandang yang kini menggunakan nomor punggung 10 ini mengutarakan kalau dengan kaus kaki pendek, dirinya bisa bergerak lebih leluasa saat menggiring bola. Ia juga beberapa kali sering diperingatkan oleh wasit agar menaikkan kaus kakinya.

Sejak saat itu, nama Grealish banyak diperbincangkan media-media Inggris. Di bursa transfer berikutnya, namanya sempat digosipkan untuk merapat dengan Chelsea. Akan tetapi, terdegradasinya Villa dari Premier League membuat sorotan terhadap dirinya perlahan meredup. Sialnya, di awal musim 2017/2018 ini ia sempat bermasalah dengan kesehatan ginjal yang memaksanya absen di beberapa laga awal Villans musim ini. Meski demikian, 1 gol dan 4 asis dari 17 penampilannya membuktikan kalau dirinya menjadi salah satu pemain penting bagi Villa untuk meraih tiket promosi musim ini.

Grealish sepertinya harus sadar bahwa yang lebih penting ditiru dari Best adalah permainannya di lapangan, bukan gaya hidupnya semata. Seperti yang kita semua tahu, George Best adalah salah satu pemain yang terkenal akan gaya hidup rock’n’roll yang berkutat pada pesta, alkohol, dan tentunya wanita.

Celakanya, hal tersebut juga ditiru oleh Grealish. Tahun lalu, pemilik Aston Villa, Tony Xia, dan manager tim saat itu, Tim Sherwood, sampai harus menegurnya akibat Grealish ketahuan berpesta ria di sebuah hotel di kota Birmingham. Saking gaduhnya, polisi setempat harus membubarkan pesta tersebut. Melalui akun twitternya, Xia menyatakan kalau Grealish harus lebih berkonsentrasi pada sepakbola demi keberlangsungan kariernya yang masih potensial.

Akankah suatu saat Jack Grealish memperkuat tim dari sang idola? Bisa jadi. Toh kariernya masih panjang. Namun, bila melihat sejarah keluarga Grealish, rasa-rasanya ia harus dicoret terlebih dahulu dari daftar keluarga.