“Antonio Conte lebih banyak beberapa yard menjelajahi area teknis daripada para pemainnya di lapangan. Saya tidak tahu dia berteriak-teriak atau apa, tapi bisa jadi meneriaki salah satu anak buahnya. Mereka (skuat Chelsea) hanya menonton Man City bermain – mereka seperti manekin. Memalukan. Ini sangat menyedihkan untuk ditonton.”
Cukup pedas dan menohok sekali memang komentar dari pundit sekaligus komentator Sky Sports yang juga mantan bek Manchester United, Gary Neville, yang kami dilansir laman The Sun ini. Conte sendiri bereaksi keras mengecam balik Neville dengan sebutan bodoh karena komentar tersebut. Begini katanya;
“Saya pikir para pundit (seperti Neville) harus menggunakan kepala mereka untuk mengerti saat Anda berbicara tentang taktik, karena saya pikir Anda harus memiliki pengetahuan untuk berbicara tentang taktik dan tidak hanya untuk berbicara dengan cara yang bodoh.”
Kritikan dan komentar Neville tersebut memang masuk akal dan dia hanya mengatakan kebenarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri, ko.men.ta.tor /komêntator/ adalah orang yang (pekerjaannya) mengomentari atau mengulas suatu berita dan sebagainya; juru ulas.
Neville bekerja sebagai pundit sekaligus komentator dan ia melakukan pekerjaannya dengan mengulas pertandingan tersebut. Salah? Tentu saja, tidak.
Toh, kita sendiri melihat dengan mata kepala masing-masing saat Chelsea bermain pasif dan membosankan saat meladeni City. Conte memang membela diri bahwa ia tak bodoh dan itu semua adalah bagian dari taktik dan strategi. Dalam sepakbola, taktik dan strategi apapun dihalakan asalkan dilakukan sesuai dengan aturan main dan regulasinya.
Uniknya, beberapa hari lalu sebelum laga Chelsea dan City, Neville pun mengomentari Arsenal (yang kalah dari City) pun dengan garis besar komentar yang hampir mirip, yaitu ‘permainan blablabla sungguh sangat tidak bisa diterima.’
Sekali lagi, dia adalah komentator sekaligus pundit dan dia dibayar untuk itu. Apalagi dia juga mantan pesepakbola profesional yang pernah bermain di level Eropa dan Dunia. Meski banyak yang balik mengolok-olok Neville karena pernah gagal menangani Valencia, namun itu bukan alasan kuat juga menganggap bahwa Neville sebodoh apa yang Conte katakan.
Kasus bentrok antara pundit, komentator atau apalah namanya di luar negeri kadang beritanya sampai ke media massa. Sebelum Conte vs Neville, manajer Manchester United, Jose Mourinho tak segan ‘menekel balik’ komentar Paul Scholes yang notabenenya legenda United perihal komentarnya tentang Pogba dan performa Manchester United musim ini.
“Saya pikir satu-satunya hal yang Paul Scholes lakukan adalah mengkritik, saya tidak berpikir dia berkomentar, saya pikir dia mengkritik, itu adalah hal yang berbeda, tapi tidak setiap orang dari kita harus fenomenal, seperti dia sebagai pemain,” ungkap Jose dilansir laman Sky Sports.
“Tapi saya pikir Scholesy akan berada dalam sejarah seperti pemain fenomenal, bukan sebagai pundit. Jadi saya lebih suka memandangnya sebagai pemain fenomenal yang sangat memberi banyak hal pada klub yang saya wakili,” lanjutnya.
Mourinho dan Conte memang bukanlah tipikal manajer yang cukup kalem pembawaannya saat menghadapi media massa. Keduanya juga pernah saling sindir di depan media. Tak mengherankan jika mereka cepat naik darah ketika ada pundit yang mengomentari – atau bahasa Mourinho – adalah mengkritik mereka. Uniknya, pada Piala Dunia 2018 nanti, Mourinho akan tergabung sebagai pundit televisi Rusia untuk memandu acara akbar tersebut.
Selain para manajer, pemain seperti Alex Oxlade Chamberlain pernah angkat bicara saat dikritik oleh pundit televisi (Thierry Henry) beberapa waktu yang lalu. “Saya sangat menyadari komentar (Henry) tersebut. Sangat tidak baik mendengarnya dari rekan kerja atau orang yang pernah bekerjasama dengannya (Ox dan Henry di Arsenal). Mengatakan bahwa Anda tidak tahu apa yang saya lakukan saat bekerja dengan saya, saya pikir ini agak bodoh. Bila Anda telah melihat seseorang cukup lama, Anda tahu apa yang bisa mereka lakukan,” ungkap pemain Liverpool tersebut.
Henry, Scholes dan Neville adalah pemain hebat di masanya. Memang bukan jaminan juga akan menjadi pelatih hebat ataupun komentator hebat di masa depan. Namun satu yang perlu digaris bawahi adalah apa yang mereka lakukan dengan berkomentar adalah tidak salah karena ia tak menyebarkan kebohongan di depan publik dan hanya menyampaikan opini dan pendapat pribadi saja. Kami cenderung membela pundit dan komentator? Tentu saja, karena sekali lagi, itu adalah pekerjaan mereka.
Komentator dan para pundit, baik mereka yang tampil di televisi dan hanya sekadar lewat tulisan saja, semuanya dibayar untuk mengulas sepakbola dengan berbagai opininya. Asalkan tidak menyebarkan kebohongan dan fitnah, seharusnya berbagai opini, ulasan hingga kritikan yang tertuju kepada manajer, pemain atau klub ini bisa dipakai sebagai bahan introspeksi diri. Bukannya malah balik terus-terusan membela diri dan berkubang dalam dendam yang terumbar di depan khayalak banyak.