Disebutkan bahwa manusia menua itu pasti, tetapi proses pendewasaan adalah sesuatu yang lain. Hal tersebut sangat sering terjadi dalam keseharian kita semua. Demikian juga terjadi kepada sosok seorang Jose Mourinho.
Fenomena yang terlihat secara jelas adalah bagaimana Jose begitu kepayahan mempertahankan pekerjaanya di Manchester United. Bagaimana pekan demi pekan skuat asuhannya tampil tidak memuaskan. Hasil imbang di kandang, atau menelan kekalahan dari tim yang dalam satu dekade sebelumnya bisa dikalahkan oleh United dengan begitu mudah.
Ada banyak sekali hipotesa terkait situasi buruk yang kini dialami oleh Jose. Mulai dari board United yang tidak memenuhi keinginan sang manajer di bursa transfer, kegagalannya untuk memaksimalkan bakat seorang Paul Pogba, para pemain yang tampil buruk, hingga hal yang bersifat superstition seperti ‘tren buruk musim ketiga Jose Mourinho’. Menjadi serangkaian alasan dan penyebab mengapa Jose dan United mengalami musim yang begitu buruk sejauh ini.
Tetapi ada hal lain yang juga sepertinya agak luput untuk diamati. Ada sesuatu yang tersingkap dibalik sebuah tabir. Beberapa dari Anda pembaca yang budiman, mungkin juga menyadarinya. Sebuah perubahan yang boleh dibilang sebenarnya sesuatu yang luar biasa. Yaitu perubahan sikap seorang Jose Mourinho.
Ibarat Rockstar yang ‘Berhijrah’
Semua mengenal bagaimana betapa besar mulutnya seorang Jose Mourinho. Bagaimana kata-kata arogan nan ambisius, dan terkadang memiliki kesan egoism yang begitu tinggi keluar dari bibirnya. Mulai dari Porto, Chelsea, Real Madrid, hingga kini di Manchester United. Seluruh dunia sudah tahu bagaimana reaksi yang muncul setelah seorang Jose Mourinho membuka mulutnya.
Pertama kali mendarat di Liga Primer Inggris, ia sudah melabeli dirinya sebagai ‘The Special One’. Beberapa tahun kemudian ia dengan berani menyebut seorang Arsene Wenger sebagai “Spesialis Kegagalan”.
Well, dibutuhkan keyakinan dan kepercayaan diri yang besar untuk bisa berbicara seperti demikian. Bertahun-tahun lalu Jose bisa membalas, atau lebih tepatnya membuktikan mulut besarnya dengan prestasi. Tetapi dalam dua tahun terakhir, Jose gagal melakukannya.
Ada fenomena yang begitu berbeda ditunjukkan oleh Jose terutama dalam dua bulan terakhir. Anda bisa melihat sendiri dalam beberapa rekaman konferensi pers baik sebelum maupun selepas pertandingan. Ia berbicara tidak semeledak-ledak biasanya. Tetapi yang paling penting adalah, Jose sadar bahwa segala sesuatunya bukan hanya tentang dirinya sendiri.
Terkait pernyataan tersebut bisa disimak dari pernyataan Jose selepas pertandingan melawan Newcastle United di pekan kedelapan lalu. Bagaimana ia menyebut bahwa para pemain memenangkan pertandingan adalah bukan untuk dirinya. Melainkan untuk klub Manchester United itu sendiri.
Begitu pula dengan dukungan para penggemar. Ia begitu terkesan bagaimana Old Trafford tetap menggelora meskipun tim sudah tertinggal, dan nama Jose menggema di sana. Dan lagi-lagi Jose menekankan apa yang terjadi dalam pertandingan bukan untuk dirinya, Melainkan untuk klub.
“Saya begitu terkesan. Tetapi saya tidak menginginkan hal tersebut (Nama Jose dielu-elukan di Old Trafford). Apabila saya bisa berbalik dan (berujar), “Jangan lakukan itu”, saya akan melakukkanya.”
“Ini bukan tentang saya. Melainkan klub sepak bola yang mereka cintai.”
“Tetapi saya begitu terkesan (dengan dukungan para penggemar). Tim tertinggal 2-0 di babak pertama. Dan para penggemar sudah mendukung dengan sangat luar biasa kepada tim. Saya akan jelaskan, untuk tim, (dukungan) itu adalah hal yang fantastis. Dan saya bersyukur akan hal tersebut,” ujar Jose seperti yang dilansir The Guardian.
Pernyataan Jose tentu merupakan sesuatu yang tidak biasa. Apalagi mengingat segala ucapan Jose di masa lalu. Dalam beberapa bulan terakhir ada banyak pernyataan yang hampir serupa. Bahwa memenangkan pertandingan bukan tentang dirinya, tentang pemain, tentang Ed Woodward sekalipun. Melainkan tentang klub Manchester United.
Di situasi saat ini, Jose belajar bahwa kariernya sekalipun bukan tentang dirinya. Ada banyak hal dan aspek selain dirinya. Bagaiman boleh jadi kini ia menyadari bahwa dunia tidak berputar disekelilingnya. Terutama dari konferensi pers, bisa dilihat bagaimana Jose lebih tenang, dan lebih memilih kata-kata yang akan ia keluarkan. Lebih tenangnya Jose ini serupa dengan Rockstar urakan yang kemudian ‘berhijrah’ dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Merupakan Sesuatu yang Permanen?
Boleh dibilang musim ini, Jose belajar banyak hal. Soal penggemar, ia mungkin kemudian menyadari arti penting dari para penggemar dari sebuah tim. Karena pada masa-masa sebelumnya, bahkan di Chelsea, ada pikiran dalam diri Jose bahwa ia berada dalam status kuasa kepada para penggemar. Karena itulah ia sempat membuat komentar kontroversial terkait para penggemar Chelsea yang ia sebut begitu merindukan dirinya.
Jose juga belajar menangani tim dengan lebih baik di United. Bagaimana ia menemukan pemain yang bahkan (ego-nya) lebih sulit ditangani ketimbang seorang Cristiano Ronaldo, para pemain yang sepertinya membutuhkan kembali pengulangan terkait dasar-dasar bermain sepak bola, para pemain yang memiliki mental bertanding yang tidak terlalu baik, hingga persoalan permintaanya yang kemudian tidak dipenuhi oleh pimpinan klub.
Pertanyaanya kemudian, apakah ini merupakan sesuatu yang permanen?
Well, boleh jadi sikap Jose saat ini disebabkan karena dirinya tengah berada dalam situasi sulit. Karena disebutkan bahwa manusia akan melakukan segala sesuatu apabila sudah kepepet. Dan harus diakui bahwa United bisa melakukan pertandingan come back yang hebat terutama setelah mereka kepepet alias tertinggal terlebih dahulu.
Situasi terkini bisa menjadi pembelajaran untuk Jose kedepannya. Entah Jose akan dipertahankan dan menangani United hingga bertahun-tahun kemudian. Atau mungkin Jose dipecat tepat hanya satu bulan selepas tulisan ini rampung dan tayang. Semua merupakan proses menuju kematangan seorang Jose Mourinho.
Jose kini berada dipertengahan 50-an. Kalau ia berada dalam kondisi sehat dan prima, mungkin ia akan melatih hingga usia 70 tahun lebih seperti yang dilakukan Sir Alex Ferguson dan Jupp Heynckess. Dengan kata lain, lagi-lagi, situasi terkini adalah waktu pembelajaran bagi seorang Jose Mourinho. Karena kita semua tahu bahwa dirinya merupakan seorang yang cerdas boleh jadi situasi terkini justru menjadi sebuah momentum perubahan seorang Jose Mourinho menjadi manajer yang lebih baik lagi.