Efek sayap kupu-kupu memang menakutkan. Ia kadang hadir tanpa kita sadari. Malah, ia menampar kita ketika ia tidak siap.
Segala yang terjadi di dunia ini memang saling terkait satu sama lain. Apa yang dilakukan di masa lalu, akan menjadi sebuah dampak di masa depan. Pepatah yang mengatakan apa yang kamu tanam, itu yang kamu tanam, itu memang benar adanya.
Nah, ejawantah dari pepatah tersebut adalah efek sayap kupu-kupu. Sebuah kutipan dalam film The Butterfly Effect menyebutkan bahwa sedikit saja kupu-kupu mengepakkan sayapnya, maka bisa saja angin kencang akan terjadi di tempat yang lain. Sebuah kutipan yang didasari oleh teori kekacauan.
Hal itulah yang sekarang dialami oleh Timnas Peru. Mereka tampil di ajang Copa America 2019, dan mereka sebenarnya lolos ke fase gugur. Uruguay sudah menanti mereka di sana. Tapi, dalam laga lawan Brasil, mereka menerima efek sayap kupu-kupu dari apa yang terjadi pada 2016 silam.
Ya, sebuah kejadian yang sedikit terlupakan, tapi akan membakar amarah jika diingat.
Copa America Centenario 2016: Brasil Lawan Peru
Pada perhelatan Copa America Centenario 2016 silam, Brasil dan Peru bersua di fase grup. Pertandingan ini sangat menentukan, karena yang menang akan lolos ke fase gugur.
Saat itu, baik Brasil maupun Peru baru mengumpulkan 4 poin. Ada nama Ekuador juga yang berpeluang lolos karena sudah mengumpulkan 2 poin. Kemenangan akan mengantarkan salah satu dari mereka untuk lolos, meski hasil imbang sebenarnya sudah cukup bagi tim Samba. Mereka memiliki bekal selisih gol yang tinggi.
Pertandingan sendiri diadakan di Gillette Stadium, Foxborough. Ada 37.000 orang yang hadir di stadion tersebut. Orang-orang yang kelak akan jadi saksi sejarah dari sebuah peristiwa yang mungkin sebenarnya tak ingin mereka saksikan.
Laga berjalan dengan apik. Baik itu Brasil maupun Peru sama-sama tak ada yang mau mengalah. Sampai laga tersisa kurang lebih 15 menit lagi, skor 0-0 masih tertera di papan skor Gillette Stadium. Sampai akhirnya, sebuah skema serangan dari Peru di menit 75 membuahkan hasil.
Bermula dari penetrasi yang dilakukan dari sisi kiri pertahanan Brasil, Andy Polo mengirimkan umpan silang ke dalam kotak penalti. Tanpa ragu, Raul Ruidiaz yang berada di posisi bebas menceploskan bola ke gawang tim Samba. Selepas gol tercipta, para pemain Peru merayakan gol dengan sukacita.
Namun, para pemain Brasil menunjukkan respons yang berbeda. Alih-alih terduduk kecewa, mereka langsung menghampiri wasit Andres Cunha yang memimpin laga. Semua berteriak lantang untuk satu hal: Ruidiaz dinilai melakukan handball.
Para pemain Peru pun ikut menghampiri dan berargumen bahwa bola mengenai dada. Teknologi VAR (Video Assistant Referee) belum ditemukan saat itu. Diskusi terjadi antara Andres dan asistennya, menghentikan pertandingan sekian lama, namun akhirnya ia bergeming. Gol tetap disahkan untuk Peru.
Meski hanya sebiji, gol ini memberikan dampak besar. Brasil gagal lolos ke fase gugur, karena di saat bersamaan, Ekuador mengalahkan Haiti. Poin 4 Brasil selisih satu dengan poin 5 milik Ekuador. Sedangkan untuk dampak bagi Peru, mereka baru akan menerimanya pada 2019 mendatang.
Apakah ini ramalan? Tentu tidak. Karena itu sudah terjadi adanya.
Copa America 2019: Brasil Lawan Peru Lagi
Usai tiga tahun berlalu, Brasil kembali bersua Peru di fase grup Copa America. Tentu, keadaan Brasil sekarang sudah berbeda. Sejak diasuh oleh Adenor Leonardo Bacchi, akrab disapa Tite, Brasil jadi lebih baik.
Meski begitu, masih ada nama-nama macam Philippe Coutinho, Casemiro, Willian, Marquinhos, Miranda, dan sang kiper, Alisson Becker, yang mengingat peristiwa di 2016. Sontak, laga ini menghadirkan sebuah kenangan pahit tersendiri bagi mereka.
Sementara itu, Peru masih diasuh oleh Ricardo Gareca, sosok yang juga menjadi nakhoda Peru pada 2016. Beberapa pemain yang membela mereka dulu juga masih jadi tulang punggung tim, macam Pedro Gallese, Christian Cueva, Paolo Guerrero, dan tentu saja sang pelaku handball, Raul Ruidiaz.
Laga pun dimulai. Brasil yang kali ini tampil dengan kekuatan lebih baik, langsung menggempur Peru dan tak memberikan mereka kesempatan untuk berkembang. Total, 5 gol berhasil mereka borong ke gawang Peru, dicetak oleh Casemiro, Roberto Firmino, Everton, Dani Alves, dan Willian.
Spesial untuk gol Firmino, ada sebuah kejadian unik yang mengiringinya. Ketika bertahan, Gallese selaku penjaga gawang Peru bermaksud untuk mengamankan bola. Namun, bola malah kena Firmino, dan selanjutnya mengenai tiang gawang. Bola lalu kembali ke kaki Firmino, yang dengan apik mengeksekusinya jadi sebuah gol.
Satu gol itu menjadi bagian dari kemenangan Brasil di laga tersebut. Brasil lolos ke fase gugur dengan raihan tujuh poin. Mereka malah sudah memastikan diri menjejak babak semifinal, usai mengalahkan Paraguay di babak perempat final.
***
Dari sekelumit kisah di atas, tampak ada sebuah efek sayap kupu-kupu yang diterima oleh Peru. Blunder yang dilakukan Gillese menjadi balasan dari kecurangan yang mereka lakukan pada 2016 silam.
Ya, meski lolos ke fase gugur, setidaknya Peru sudah menerima akibat dari perbuatan mereka di masa lalu. Efek sayap kupu-kupu ini menampar mereka secara langsung, meski dampak dari tamparannya ini belum begitu parah.
Hebatnya, Peru kini lolos ke final Copa America 2019. Lawan yang mereka hadapi? Brasil!