Kompetisi Usia Muda dan Percumanya UEFA Youth League

“Satu-satunya masalah yang dimiliki para manajer di tim senior dengan tim reserve adalah bahwa liga yang mereka [tim reserve] bersaing di dalamnya tidak dihitung sebagai hal yang kompetitif, jadi kesenjangan antara tim pertama dan tim reserve ketika mereka bersaing sangat besar,” Kata pelatih Manchester City, Pep Guardiola pada 2017 lalu seperti dilansir laman The Telegraph.

“Mereka bermain antara satu sama lain dengan usia kecil dan tidak ada penonton. Mereka [para pemain muda] akan datang ke Amerika Serikat pada tur pra-musim kami sehingga kami akan melihat bagaimana mereka. Mereka 16, 17 atau 18. Kualitasnya memang ada, tapi mungkin tidak di tahun depan,” lanjutnya.

Kompetisi Reserve di Inggris yang Tidak Mendukung Pemain Muda

Masalah gaya kompetisi di Inggris yang memiliki kompetisi reserve tersendiri hingga kompetisi U19 tersendiri memang nyatanya cukup berdampak bagi tim senior yang berlaga di level tertinggi Premier League Inggris. Apalagi untuk klub-klub seperti United, City, Chelsea, Liverpool, Spurs atau Arsenal misalnya yang setiap tahun mempunyai target tinggi, maka pilihan memainkan pemain senior dan pemain bintang tentu adalah pilihan yang mausk akal untuk mencapai target tersebut.

Inggris sendiri sebetulnya tak pernah kehilangan bakat yang cukup bagus terutama pemain muda. Sepanjang penyelenggaraannya dalam lima musim terakhir, pagelaran Liga Champions U19 atau yang lebih dikenal dengan UEFA Youth League (UYL) ini selalu memunculkan klub yang hampir sama di final. Klub tersebut adalah Chelsea yang suskes menembus final sebanyak tiga kali dengan rincian dua kali juara dan sekali runner-up. Belum lagi pada 2017 lalu tim nasional Inggris menjuarai  Piala Dunia U20 dan Piala Dunia U17 sekaligus Piala Eropa U19 di tahun yang sama.

Dua kali gelar Chelsea tersebut (tahun 2015 dan 2016) sebetulnya bisa saja ditambah menjadi tiga gelar jika Barca tak menghancurkan mereka di final musim 2017/2018 ini. Seperti Chelsea, Barca juga sudah dua kali memenangkan pagelaran dengan hanya dua kali masuk final di tahun 2014 dan 2018 sekarang. Sedangkan satu gelar lainnya diraih oleh klub asal Austria, FC Redbull Salzburg, pada tahun 2017.

Pemain-pemain Chelsea yang menjuarai kompetisi UYL di tahun 2015 dan 2016 lalu tentu saja diasumsikan berumur 18 dan 19 tahun. Jika dipukul rata yaitu berumur 19 tahun, maka tahun ini mereka rata-rata sudah berumur 21 tahun dan 22 tahun. Umur tersebut sebetulnya sudah layak bersaing di tim senior atau setidaknya mendapatkan kesempatan mencicipi kompetisi kasta teratas baik di kancah Premier League atau sekadar bermain di Piala Liga ataupun Piala FA.

Minimnya Pemain Reserves di Skuat Utama

Musim ini di kubu Chelsea, bisa dibilang hanya Andreas Christensen yang merupakan alumnus juara UYL tahun 2015 lalu dan mendapatkan tempat penting di tim senior Chelsea. Dua musim terakhir ada juga nama Ruben Loftus-Cheek yang berkali-kali mendapatkan kesempatan bermain di tim senior Chelsea (namun kini ia hengkang ke Crystal Palace) dan Dominic Solanke, (topskor UYL pada 2015 lalu dengan 12 golnya) pernah beberapa kali di tim senior Chelsea namun kalah saing dengan pemain bintang seperti Diego Costa.

Musim ini, Solanke hijrah ke Liverpool namun ia hanya mencatatkan 617 menit bermain dan tergolong sulit untuk menggeser pemain seperti trio Sadio Mane, Roberto Firmino dan Mohamed Salah di lini depan The Reds. Singkatnya, perkataan Pep Guardiola sedikit banyak ada benarnya mengenai adanya jurang pemisah di kompetisi reserve Inggris dengan kompetisi senior.

Mengubah struktur kompetisi memang tak gampang, namun satu solusi yang perlu dikedepankan adalah para pemain berbakat ini harus hengkang dari tim besar menuju tim papan tengah ataupun tim luar negeri. Alasannya sederhana; jika tetap bertahan, persaingan dan tuntutan di tim unggulan akan lebih sulit sehingga pelatih lebih memilih memainkan pemain bintangnya di sepanjang musim kompetisi.

Namun lain cerita dengan Barcelona. Jika Chelsea dan Premier league secara keseluruhan dikritik oleh Guardiola, maka seharusnya di Barcelona (klub asal Guardiola) ini berjalan lebih baik dalam upaya naik kelas dari para alumni juara Eropa U19 pada 2014 lalu. Namun pada kenyatannya, di skuat senior Barca musim ini, tak ada satupun alumni 2014 yang berada di tim utama.

Sebetulnya, ada nama Munir El-Haddadi pernah menghiasi tim utama Barca pada 2015 dan 2016 lalu. Sempat menurun saat dipinjamkan ke Valencia pada 2017 lalu, kini ia bangkit lagi sebagai penyerang utama klub Alaves. Satu lagi bintang tim Barca U19 Juvenil pada 2014 lalu adalah Adama Traore. Meski tak serutin Munir di tim utama Barca, ia pernah sekali dua kali main di tim senior sampai akhirnya kini ia bermain di Middlesbrough, Inggris.

Sistem Kompetisi Spanyol yang Cocok untuk Pemain Muda

Sistem kompetisi Spanyol sendiri, seperti yang diungkapkan Pep Guardiola memang cukup sempurna bagi perkembangan pemain muda di tim reserve. Mereka yang bermain di tim U19 nantinya akan naik kelas ke tim reserve (seperti Barca B atau Madrid Castilla) yang bermain di kompetisi profesional seperti Segunda A dan Segunda B. Namun yang patut disorot adalah kebijakan Barca sendiri terhadap pemain muda mereka dalam beberapa tahun ke belakang.

Imbasnya, tak mengherankan jika musim ini tak ada alumni juara UYL 2014 yang bercokol di tim senior Barca karena direksi mereka lebih memilih merekrut pemain langsung jadi seperti Ousmane Dembele ataupun Neymar beberapa tahun lalu. Belum lagi Marc Andre Ter Stegen, Samuel Umtiti, Andre Gomes, Paco Alcacer dan Denis Suarez semua direkrut dalam rentang usia 22 dan 23 tahun di musim kemarin. Mau tak mau, mereka yang ingin naik kelas harus terhalangi pemain-pemain tersebut. Hasilnya, hengkang dari Barca B ke tim lain adalah solusi utama mendapatkan jam terbang di level senior.

Kini, dengan kembalinya Barca sebagai kampiun UYL 2018, menarik untuk ditunggu dalam tiga sampai empat tahun ke depan. Kebijakan direksi di tim senior dan tim Barca B akan memengaruhi jejak karier mereka yang memimpikan bermain di tim senior Barca. Nama-nama seperti Abel Ruiz, Carles Perez, Inaki Pena dan Ricard Puig adalah pemain yang berbakat di usianya. Dengan mulai uzurnya para andalan seperti Lionel Messi, Gerard Pique, Andres Iniesta dan Sergio Busquets dalam tiga-empat sampai lima tahun ke depan, maka anak muda U19 tahun ini sudah seharusnya akan menembus tim utama Braca menggantikan senior-senior mereka saat ini.