Lionel Scaloni, Messi, dan Rasa Frustrasi Argentina

Foto: ESPN.

Argentina memulai petualangan mereka di Copa America 2019 dengan kekalahan. Tampil menggunakan formasi 4-4-2 denga Lionel Messi dan Sergio Aguero memimpin lini serang, Albiceleste gagal memanfaatkan peluang mereka meski lebih mendominasi pertandingan.

Kekalahan ini tentu membuat sebagian orang menyoroti Messi dan perburuan gelar di level tim nasional. La Pulga tercatat sebagai pemain termuda yang menjalani debut bersama tim nasional sejak Alejandro Débole pada 1980. Dirinya disebut sebagai titisan Diego Maradona dan tampil mengesankan bersama FC Barcelona. Namun, lima gelar Ballon d’Or kemudian, Messi selalu memberikan piala untuk Argentina.

Memasuki Copa America 2019, Messi sudah berusia 31 tahun. Karier profesionalnya mungkin sudah tidak panjang lagi. Gelar juara selalu menjadi targetnya. Setelah itu, dirinya mungkin akan bisa pensiun dengan tenang.

Tapi, bukan Messi saja yang ingin pensiun apabila menjuarai Copa America 2019. Kepala Pelatih Argentina Lionel Scaloni memiliki keinginan serupa di akhir turnamen. “Andaikan kami juara, saya akan pensiun,” kata Scaloni.

Foto: Japan Times

Ucapan Scaloni itu kabarnya diutarakan dengan nada bercanda. Mungkin ia tidak serius. Mungkin juga dirinya tidak ingin terlihat depresi. Pasalnya, Messi yang merupakan pemain andalan Albiceleste dalam satu dekade terakhir juga beberapa kali mengatakan hal serupa.

Rumor Messi pensiun dimulai setelah Argentina kalah dari Jerman di final Piala Dunia 2014. Kemudian setelah gagal di final Copa America 2016, Messi benar-benar mengaku gantung sepatu.

“Ini adalah hari yang buruk, bukan waktunya menganalisa. Saya telah berusaha keras untuk membawa Argentina juara. Tapi hal itu tidak juga terjadi. Rasanya, ini adalah akhir dari karier internasional saya. Mungkin ini akan lebih baik untuk teman-teman,” kata Messi setelah ditekuk Cili di adu penalti.

Tapi beberapa bulan kemudian, ia membatalkan keputusan itu. “Saya benar-benar ingin pensiun. Tapi rasa cinta kepada negara saya terlalu besar. Saya akan berusaha agar kita bisa memberi kebahagian untuk publik Argentina,” katanya.

Generasi Emas

Foto: Canaria Deportiva

Messi punya kesempatan emas untuk pensiun di posisi tinggi. Meski tanpa piala, ia adalah pahlawan keberhasilan Argentina menembus Piala Dunia 2018. Jika La Pulga pensiun usai memberikan tiket ke Rusia dan menyelematkan Albiceleste dari sebuah kemaluan, mungkin ia akan dimaafkan.

Sialnya, Messi tetap ikut ke Rusia dan setelah gagal, dia kembali berpikir untuk pensiun. Menggantungkan tim nasional dan negara yang sangat ia cintai. Padahal nomor punggung 10 sudah disiapkan Scaloni untuk Messi, layaknya Ozora Tsubasa di serial kartun dan/atau manga populer Jepang.

Messi akhirnya ikut lagi ke Copa America 2019. Mengatakan bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya untuk memberikan piala kepada Argentina. “Saya tidak tahu apakah dapat ikut Qatar pada 2022. Semua bisa terjadi, tapi saya sudah 32 tahun,” kata Messi.

Messi terlihat frustrasi. Mungkin inilah alasan Scaloni mengutarakan niatnya untuk pensiun dengan nada bercanda. Padahal jika dilihat lebih dalam, Scaloni punya cerita yang mirip dengan Messi.

Menjuarai Piala Dunia U20 pada 1997, Scaloni tergabung dalam generasi emas Argentina bersama Walter Samuel, Esteban Cambiasso, Pablo Aimar, dan Juan Riquelme. Akan tetapi, mereka selalu gagal memberikan piala untuk Argentina. Piala Dunia 2006 jadi puncak dari perburuan mereka.

Riquelme, Aimar, Cambiasso semuanya sedang ada di usia matang dan tampil impresif bersama klub masing-masing. Scaloni yang tidak ikut di Copa America 2004 bahkan ikut dipanggil setelah membantu Deportivo La Coruna lolos ke semi-final Copa del Rey dan duduk di peringkat delapan klasemen akhir La Liga 2005/2006. Tapi mereka terhenti pada perempat final di Jerman.

Scaloni membawa Samuel dan Aimar ke dalam ruang ganti Argentina. Seakan ingin memberi waktu tambahan untuk membayar hutang yang tak lunas saat bermain.

Generasi Depresi

Foto: Buenos Aires Times

“Semua orang mengatakan ini adalah bencana,” kata Fernando Signori, salah satu pelatih di balik kesuksesan Argentina pada Piala Dunia 1986. “Masa depan sepakbola Argentina ada di masa lalu. Sama seperti rakyatnya,” lanjut Signori. “Dulu kami diagungkan, negara indah. Begitu juga dengan sepakbolanya. Tapi sekarang tidak ada lagi yang berpendapat seperti itu,” tutup Signori.

Argentina dikenal sebagai negara sepakbola. Penuh talenta dan memperlihatkan sepakbola indah meskipun keras. Mereka menjuarai Piala Dunia dua kali dan menjadi raja sepakbola Amerika Selatan dengan 14 gelar. Tapi piala terakhir yang mereka angkat sudah 26 tahun (1993). Bahkan rekor juara Copa America sudah diambil alih oleh Uruguay pada 2011.

Ada rasa frustrasi karena tidak bisa melanjutkan tradisi. Apalagi dengan pemain-pemain penuh talenta yang bisa disebut generasi emas. Wajar jika Scaloni dan Messi ingin cepat pensiun. Mereka ingin hidup tenang!

Messi bahkan mengakui bahwa generasinya harus segera menyingkir dari tubuh Albiceleste agar bisa juara. “Apabila kami gagal, semua pemain harus mundur. Ini adalah kesempatan terakhir kita,” kata Messi jelang Piala Dunia 2018.

Tapi kenyataannya pada Copa America 2019, delapan dari 23 pemain yang dibawa Scaloni adalah generasi Messi. Padahal, ucapan Messi di atas adalah hal yang masuk akal.

Lihat saja Inggris yang tidak pernah juara bersama Steven Gerrard, Frank Lampard, dan David Beckham. Tapi kemudian membaik di era Harry Kane. Atau lebih pasti lagi, Spanyol yang selalu gagal meski disokong Fernando Hierro, Gaizka Mendieta, dan Raul Gonzalez. Mereka juara setelah generasi emas itu pensiun dari tim nasional.

Memang sudah saatnya untuk Messi, Aguero, Ángel Di María, dan Nicolás Otamendi untuk mundur. Biarkan Paulo Dybala, Rodrigo De Paul, Giovani Lo Celso, dan Juan Foyth yang ambil alih kendali. Fisik Messi dan kawan-kawan mungkin masih kuat, tapi mental mereka nampaknya sudah tidak sehat.