Memahami Sepakbola “Brad Pitt” ala Napoli

Keputusan Napoli untuk menunjuk Gennaro “Rino” Gattuso pada Desember 2019 cukup membuat para penggemar sepakbola mengerutkan dahi. Pasalnya, mantan pelatih AC Milan tersebut menggantikan sang guru, Carlo Ancelotti yang dianggap gagal membawa Napoli berada di persaingan juara Serie-A musim 2019/2020.

Sebagai pelatih kepala, prestasi Rino bisa dibilang medioker. Bila ditotal semenjak dirinya mulai melatih di kesebelasan Swiss, FC Sion hingga di AC Milan, rataan poin per pertandingannya adalah 1,115. Total rataan poin per pertandingannya meningkat drastis sejak melatih AC Milan, yakni 1,73 per pertandingan.

Meski begitu, Gattuso masih dipandang sebagai salah satu pelatih muda potensial di Italia. Pengalaman bermainnya di AC Milan serta timnas Italia dianggap modal penting untuk membangun mental tim. Total 10 gelarnya bersama AC Milan serta 1 gelar Piala Dunia bersama Gli Azzuri adalah modal penting. Apalagi pribadi Gattuso dikenal sebagai pribadi tegas, keras, dan penuh determinasi. Beberapa pundit menyamakan dirinya memiliki potensi seperti Diego Simeone yang sama-sama keras ketika masih aktif bermain dan juga menghasilkan pola permainan yang sama ketika melatih Atletico Madrid.

Ambisi Napoli untuk kembali berjaya di Italia memang sangat besar. Sempat mengalami kebangkrutan dan bermain di Serie-C1, berkat Aurelio de Laurentiis, seorang produser film yang juga fans berat Napoli, klub kebanggaan Naples tersebut berhasil melakukan transformasi. Hanya perlu waktu 3 musim sejak berhasil promosi ke Serie-A, Napoli kembali bermain di Liga Champions dan meraih 2 gelar Coppa Italia setelahnya. Namun ada satu ambisi de Laurentiis yang belum kesampaian: Membawa Napoli merebut scudetto. Ajaibnya, kali ini seorang Gennaro Gattuso, pelatih nihil gelar yang dipercaya.

Sepakbola “Fight Club” A La Gennaro Gattuso

Banyak yang menyangka bahwa permainan yang akan diperagakan anak asuh Gattuso akan berakhir seperti perangainya yang memperlihatkan sepakbola lugas, keras, dan efektif. Kesan tersebut tentu jauh dari sepakbola indah dengan operan-operan pendek nan indah. Percaya atau tidak, Gattuso berkata lain.

“I want us to be as handsome as Brad Pitt when we’re on the ball and as ugly as me when we need to get it back.” (terjemahan: Saya ingin kami (Napoli) menjadi tampan seperti Brad Pitt ketika memegang bola dan jelek seperti saya ketika merebut bola)

“Brad Pitt” adalah terminologi yang kerapkali digunakan Gattuso untuk merujuk kepada sesuatu yang bagus. Bukan kali ini saja ia mengibaratkan timnya dengan aktor Hollywood yang meroket berkat film berjudul “Fight Club”. Saat melatih AC Milan, Rino mengibaratkan performa AC Milan yang buruk tak seganteng Brad Pitt.

Bisa jadi, apa yang dimaksud Brad Pitt bagi Gattuso sebenarnya adalah seorang Tyler Durden, tokoh yang diperankan oleh Brad Pitt. Durden adalah pria penjual sabun (juga membuat bom) yang menjual terapi maskulinitas kepada pria-pria depresi kota besar dengan cara mengadakan klub bertarung.

Fight Club merupakan film arahan sutradara David Fincher yang diangkat dari judul novel yang sama karangan Chuck Palahniuk.  Alih-alih mengagungkan adegan kekerasan dan misoginis, sang penulis novel justru sebenarnya menulis Fight Club sebagai novel satir. Fight Club seperti semacam penelitian bagi kaum pria dewasa modern di kota besar yang kerapkali dihinggapi persoalan mental yang masih kekanak-kanakan. Namun karena mayoritas penonton disuguhi adegan kekerasan sepanjang film, seperti judulnya, Fight Club adalah film tentang bagaimana cara untuk berani berkelahi.

Kembali ke sepakbola, sebenarnya dunia Gattuso tak jauh dengan karakter Tyler Durden. Ia seorang yang nekat dan gemar berkelahi. Bahkan tak hanya pemain yang pernah dihajar Gattuso, Joe Jordan, asisten pelatih Tottenham Hotspur pernah ditantangnya. Terakhir, kepala Jordan ia tanduk.

Mungkin kelakuannya saat itu tak patut ditiru, toh Gattuso sudah berdamai dengan Joe Jordan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tak bisa berubah, dan itu mempengaruhi filosofi bermainnya. Gattuso menginginkan anak asuhnya untuk bermain fight sekaligus efektif.

***

Gattuso boleh saja berkata bahwa sepakbolanya harus setampan Brad Pitt, namun sejauh ini fakta berkata lain. Meskipun Napoli bermain dengan pola 4-3-3 yang diklaimnya merupakan formasi ofensif, namun catatan Napoli urusan agresifitas mencetak gol tidak setampan itu. Sejak menangani Napoli pada laga kontra Parma (14/12/19), I Partenoppei mencetak 22 gol dari 15 laga di semua ajang.

Malah, Napoli lebih “Brad Pitt” dalam urusan kedisiplinan. Sejak ditangani Gattuso, Napoli sudah mendapatkan total 30 kartu kuning dan 1 kartu merah di semua ajang.

Berkat sepakbola “Brad Pitt”-nya, Napoli bisa memperbaiki posisi di klasemen Serie-A. Kini hingga pekan ke-26, mereka berada di zona Liga Europa, terpaut 5 poin dari AS Roma yang sedang mengalami penurunan tren.

Laga-laga penting seperti melawan Juventus atau Inter di ajang liga dapat ditaklukkan Napoli berkat arahan Gattuso. Bahkan Napoli bisa menahan imbang Barcelona di ajang Champions League, akhir bulan lalu. Dalam 5 laga terakhir di semua ajang, Napoli berhasil mencatatkan 4 kemenangan dan sekali imbang melawan Barca.

Pelatih Inter, Antonio Conte bahkan secara terang-terangan memuji taktik yang diperagakan Gattuso saat menumbangkan Inter 1-0 di ajang semifinal Coppa Italia (12/2).

“Keputusan Gennaro Gattuso untuk bermain lebih menunggu itu cerdas. Tunggu dan lepaskan serangan balik, intinya seperti itu. Saat kamu menghadapi tim defensif seperti ini kamu harus mengalirkan bola dengan lebih cepat dan membuat ruang untuk build up dan mengeksekusi serangan,” ucap Conte, mengutip Football Italia.

Mimpi Gattuso untuk membawa kembali Napoli berlaga di ajang Liga Champions musim depan bisa jadi kenyataan. Itu juga berarti raihan terbaik yang dicapai Gennaro Gattuso selama ia berkarier menjadi pelatih kepala. Satu hal yang pasti, bagi Gattuso sepakbola tak harus selalu identik dengan kata yang selama ini kerap digunakan: Cantik. Rino lebih suka bila timnya, Napoli, bermain dengan cara yang lebih maskulin. Kuat,tampan dan macho seperti seorang Brad Pitt.