Uji coba antara Indonesia melawan Mauritius berlangsung bersamaan dengan jadwal putaran kedua Liga 1 2018. Ini bukan pertama kalinya kompetisi sepakbola Indonesia berlangsung saat kalender FIFA menjadwalkan uji coba. Mungkin, bukan yang terakhir.
Respons penyerang senior, Boaz Solossa bisa jadi gambaran utuh kekecewaan tentang hal ini. “Bisa uji coba tanggal 11 itu tidak masuk akal,” tulis Boaz pada akun instagram yang ia miliki.
Namun, Boaz menjelaskan dirinya tidak merasa keberatan jika masih diperlukan oleh tim nasional. “Saya mengekspresikan rasa kekecewaan yang terasa di sini. Namun saya juga warga negara yang patuh. Taat apabila diberi tanggung jawab membela negara, sekalipun dikecewakan,” lanjut Boaz seperti dikutip Kompas.
Rasa kecewa ini wajar. Klubnya, Persipura Jayapura musim ini terlempar ke area papan tengah. Pada hari yang sama dengan laga Indonesia kontra Mauritius, tim Mutiara Hitam akan bertemu Sriwijaya FC. Sementara Boaz adalah pencetak gol tersubur klub dengan enam gol di Liga 1 2018.
Apalagi ini adalah seorang Boaz, pemain yang sempat dicampakkan oleh pihak tim nasional saat dirinya mengalami patah kaki. Wajar dirinya kecewa. Sekalipun insiden patah kaki itu tidak menjadi pertimbangannya saat mengunggah cerita di Instagram. Dia punya alasan yang cukup untuk menolak panggilan Danurwindo dan Bima Sakti.
Respons Boaz dipicu oleh kenyataan bahwa Liga 1 berlangsung di tengah uji coba yang sudah disiapkan kalender FIFA. Sesuatu yang telah diketahui PSSI dari jauh-jauh hari. Seharusnya PSSI bisa memberi libur tambahan kepada para peserta Liga 1. Apalagi liga sebelumnya diistirahatkan untuk Asian Games 2018.
Salah satu akun sepakbola bernama Football Meter (@football.meter) di Instagram mendapatkan sebuah saran dari para pengikutnya. “Menurut saya PSSI sesekali harus dihujat. Dari dulu tidak pernah dewasa. Sejak dulu bikin jadwal tim nasional kok ngawur,” tulis @mhdsetia.
Sementara akun @satanindito mengatakan, “Jadwal jeda internasional pasti telah ditentukan dan umumnya banyak liga (terutama Eropa) yang libur karena para pemain mereka membela tim nasional masing-masing. Tanggal 11 masih masuk kalender FIFA, jadi sebaiknya liga Indonesia juga libur sesuai kebiasaan negara anggota lainnya.”
Kedua opini tersebut tidaklah salah. Ini bukan pertama kalinya PSSI menjalankan uji coba internasional bersamaan dengan liga. Sementara mayoritas liga, apalagi di Eropa libur. Namun opini tersebut bisa saja diruntuhkan.
Jumlah Pemain yang Dipanggil
Berbeda dengan saat AFF 2014 atau sebelumnya, kini pemain yang dipanggil dari satu tim memiliki kuota. Empat tahun lalu, Persib Bandung menyuumbang enam dari 24 pemain yang tampil di AFF 2014. Saat itupun liga sudah libur.
Namun, pada AFF 2016 jumlah pemain yang bisa diambil dari masing-masing tim diberi batasan. Jika tidak salah, maksimal tiga pemain dari setiap tim. Pelatih tim nasional saat itu, Alfred Riedl bahkan hanya mengambil dua pemain dari setiap peserta Indonesia Soccer Championship (ISC)
Pembatasan ini merupakan kebijakan yang dilakukan karena kompetisi saat itu masih berlangsung. Bahkan Persipura Jayapura menolak memberikan Ferinando Pahabol ke tim nasional karena merasa masih dibutuhkan untuk kompetisi ISC.
Pembatasan yang kemudian menjadi kebiasaan. SEA Games 2017, tim asuhan Luis Milla diisi pemain dari 14 tim berbeda. Persija Jakarta menjadi penyumbang paling banyak dengan tiga pemain. Untuk Asian Games 2018, Bhayangkara FC menjadi penyumbang terbanyak dengan tiga pemain.
Untuk melawan Mauritius, Arema memberikan pemain paling banyak dengan empat pemain. Namun, hal ini mungkin berkaitan dengan ucapan Sekjen PSSI Ratu Tisha yang memperkirakan batasan pemain dari satu klub untuk AFF 2018.
“Kita tidak boleh berandai-andai. Tapi apabila kemampuan pemain muda merata, percayalah setiap tim hanya akan kehilangan tiga atau empat pemain,” kata Ratu seperti dikutip Liputan6.com.
AFF 2018 juga akan terselenggara saat Liga 1 masih bergulir. AFF 2018 dimulai November, sementara Liga 1 baru akan selesai Desember tahun ini. Kuota untuk pemanggilan tim nasional pasti akan diterapkan.
Satu hal yang pasti, PSSI sudah patuh kepada FIFA. Berbeda dengan saat kita menjalani uji coba di luar kalender FIFA. Kini pertandingan berlangsung sesuai dengan kalender FIFA. Bahkan Piala AFF sudah masuk kalender FIFA sejak 2016 dan seharusnya klub tidak boleh menolak. Masih beruntung diberi kuota.
Hak Penolakkan
PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) mengatakan setiap peserta Liga 1 tidak boleh menolak pemainnya dipanggil ke tim nasional untuk AFF 2018. Namun, uji coba melawan Mauritius mungkin masih diizinkan. Jika Arema menyumbang empat nama, itu keputusan mereka. Tapi Sriwijaya FC menolak Bima Sakti memakai jasa Alberto Goncalves atau Beto.
“Saya berbicara dengan Bima Sakti di telepon. Dia minta Beto dan Zulfiandi. Tapi saya minta dia memilih salah satu. Akhirnya kami berpikir Beto akan dibutuhkan di lini depan Sriwijaya FC,” ungkap Subangkit, Pelatih Laskar Wong Kito kepada BolaSport.
Egy Maulana Vikri juga masih ditahan oleh Lechia Gdansk. Padahal tim nasional U-19 asuhan Indra Sjafri sedang menjalani pemusatan latihan. Piotr Stokowiec, pelatih Lechia, memastikan Egy baru akan dilepas awal Oktober. Tiga pekan dari jadwal Piala AFC U-19.
Jika pada akhirnya tim merasa takut atau ragu untuk melepas pemain mereka ke tim nasional, belajar dari negara lain juga bukan dosa. West Ham United sempat tidak melepas Diafra Sakho ke tim nasional Senegal karena cedera. Namun tak lama kemudian, saat Senegal masih harus menghadapi Guinea Khatulistiwa, The Hammers memainkan Sakho di ajang Piala FA.
Semua bisa dilakukan. Namun, semua kembali ke kebijakan klub dan keinginan pemain. Sama seperti Boaz, sekalipun merasa kecewa uji coba Indonesia tepat saat timnya bentrok dengan Sriwijaya, dia tetap patuh.
Kebiasaan Negara Lain
Banyak negara meliburkan kompetisi mereka saat kalender uji coba FIFA. Ya, tapi selain Indonesia telah membatasi pemanggilan pemain agar tidak membuat klub pincang, tak semua liga libur saat kalender FIFA.
Menurut kalender yang dirilis FIFA, jadwal uji coba internasional September 2018 berlangsung sejak tanggal 3 hingga 11. Dalam periode itu, divisi tertinggi sepakbola Romania, Brasil, dan Maroko masih bermain. Begitu juga dengan divisi dua dari Spanyol, Prancis dan Jerman.
Belum lagi jika ditambah ajang turnamen seperti EFL Trophy di Inggris, Piala Raja Spanyol, DBU Pokalen Denmark, dan lain-lain. Mayoritas liga top Eropa mungkin libur. Tapi kalender internasional FIFA bukanlah tanggal merah atau Hari Sabat.
Liga-liga yang masih berjalan saat kalender internasional FIFA juga bukanlah kompetisi sembarangan. Menurut Transfermarkt, Liga I Romania memiliki 23 pemain yang membela negaranya. Botola Maroko menyumbang 14 pemain. Serie A, Brasil memiliki 13 pemain.
Divisi dua Jerman memiliki 19 pemain yang membela negara masing-masing. 20 pemain tim nasional terdaftar di La Liga 2 atau Segunda Spanyol. Ligue 2 catat angka terbanyak dengan 42 pemain. Tapi, seperti Liga 1, mayoritas tim hanya menyumbang tiga sampai empat pemain. Hanya FC Metz, AJ Auxerre, dan RC Lens memiliki jumlah lebih banyak.
Liga Thailand bahkan juga berjalan saat kalender FIFA berlangsung. Padahal Thailand punya 26 pemain kaliber tim nasional. Sementara Indonesia hanya akan memanggil 20 hingga 23 pemain untuk negara sendiri. Ditambah 17 legiun asing yang aktif di tim nasional masing-masing. Masih lebih sedikit dari Ligue 2.
Ingat juga bahwa seperti Brasil, Indonesia hanya memiliki satu tahun kalender untuk menyelsaikan musim kompetisi. Bukan Liga Premier atau liga lain yang menerapkan sistem dua tahun kalender 2018/2019.
Atau anggap saja ini sebagai alternatif. Mengapa boxing day di Inggris seakan dieluh-eluhkan saat liga lain libur. Sementara Liga 1 yang berjalan bersamaan dengan kalender FIFA diprotes?
Menunggu Hasil di AFF 2018
Pelatih Bima Sakti sudah memastikan bahwa tim nasional Indonesia untuk AFF 2018 tak banyak mengubah komposisi dari Asian Games. “Kerangka tim nasional sudah terlihat di U-23 yang bermain di Asian Games. Karakter kita sudah terlihat di situ. Kami akan melihat pemain-pemain di Liga 1 yang apik dan mereka dicoba pada laga uji coba, cocok atau tidak dengan tim,” katanya ke Superball.
Ini artinya, tim-tim peserta Liga 1 sebenarnya sudah terbiasa bermain tanpa para punggawa tim nasional. Pemusatan latihan untuk Asian Games 2018 sudah jalan sejak lama. Pemantapan akhir mereka terjadi di Bulan Juli dan sejak itu liga tetap berjalan selama empat pekan.
Pelatih Persib Bandung Mario Gomez yang sedang melihat timnya di puncak liga hingga rehat Asian Games bahkan mengaku tak kehilangan Febri Hariyadi. “Kita sudah terbiasa tanpa Febri. Ada Patrich Wanggai dan Angung Mulyadi yang bisa mengisi. Jadi bukan masalah,” kata Gomez ke BolaSport.
Sementara mereka yang terkena dilemma akan pemanggilan tim nasional tetap mencari cara untuk berjalan. “Memang sedikit dilematis soal ini, tapi tim nasional jangan dihalang-halangi. Kami masih punya Osvaldo Haay dan Pahabol untuk mengisi tempat Irfan Jaya,” kata Djajang Nurdjaman yang menangani Persebaya Surabaya.
Sementara untuk Boaz, dirinya sudah 14 tahun membela tim nasional. Andaikan ini adalah kesempatan terakhirnya, tentu AFF 2018 akan menjadi panggung yang sempurna. Mengingat dia mencuat ke dunia sepak bola Indonesia sebagai ‘anak ajaib’ di turnamen ini. Saat masih disebut sebagai Piala Tiger 2004.
Kita hanya bisa menunggu hasil dan pada akhirnya jika Indonesia berhasil jadi yang terbaik di AFF 2018. Siapa yang bangga? Itu bukanlah prestasi pemain atau pelatih tim nasional semata. Tapi juga PSSI yang mengupayakan jadwal persiapan dan semua klub pemasok tim Garuda. Juga untuk para pendukung tim nasional, saya, Anda, kita.
Jika mereka tidak keberatan, mengapa harus kita?
Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/yanrf/12339466485/