Menakar Sejauh Mana Barito Putera Bisa Melaju di Liga 1

Mungkin, tak ada yang menyangka jika Barito Putera bisa melaju sekencang ini di ajang Go-Jek Liga 1 2018. Namun, hal ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang mengejutkan.

Barito Putera, jika menilik dari sejarahnya, sebenarnya bukanlah tim abal-abal. Berdiri sejak 1988 silam, tim yang berasal dari Kalimantan Selatan ini acap kali sedari dulu acap kali menggebrak dunia persepak bolaan Indonesia. Hal ini sudah terjadi sejak Liga Indonesia I musim 1994/1995 silam.

Di musim tersebut, Barito Putera sukses melaju ke babak semifinal, sebelum akhirnya dikalahkan oleh Persib Bandung lewat gol tunggal dari Kekey Zakaria. Di musim-musim selanjutnya, Barito juga acap menggebrak dunia persepak bolaan nasional dengan lolos ke babak 8 besar Liga Indonesia (fase sebelum masuk ke babak semifinal dan babak final).

Namun, pada ajang Liga Indonesia musim 2003, Barito Putera harus rela terdegradasi ke Divisi I setelah menduduki peringkat ke-20 klasemen akhir liga. Situasi semakin buruk setelah pada musim 2004, Barito Putera menduduki peringkat ke-11 klasemen akhir Wilayah Timur Divisi I Liga Indonesia. Mereka terdegradasi ke Divisi II.

Angin mulai berubah bagi Barito di musim 2008/2009. Mereka sukses menjuarai Divisi II, lalu lolos ke Divisi Utama setelah masuk 8 besar Divisi I semusim berselang. Barito pun memastikan diri kembali ke kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia (kala itu bernama Liga Super Indonesia) setelah menjadi juara Divisi Utama pada musim 2011/2012.

Sampai sekarang, Barito masih bertahan di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia. Mereka menjadi tim yang konsisten berada di posisi akhir 10 besar sejak musim 2012/2013, dan tak pernah terlempar lebih dari posisi delapan (pengecualian untuk ajang ISC A 2016 yang tak resmi, kala mereka duduk di posisi 16).

Meski sulit menembus papan atas, setidaknya sejak musim 2012/2013, ada konsistensi penampilan yang ditunjukkan oleh Barito Putera. Konsistensi inilah yang membuat mereka, setidaknya, mampu bertahan dan bersaing dengan tim-tim lain di ajang Liga Indonesia.

Lalu, apa yang membuat Barito sekarang menggeliat kembali dan menduduki peringkat kedua klasemen sementara Liga 1 2018 saat ini?

Diubah oleh Jackson F. Thiago

Untuk mengukur perjalanan dari Barito yang gemilang pada musim 2018 ini, perjalanan Barito di musim 2017 menjadi sesuatu yang tak boleh luput dari perhatian. Di ajang Liga 1 2017, kompetisi resmi pertama setelah Indonesia lepas dari belenggu sanksi FIFA, Barito sudah ditangani oleh Jacksen F. Tiago. Dari dalam, pelatih asal Brasil yang sudah berpengalaman melatih di Indonesia ini mengubah wajah dan permainan Barito.

Di musim 2017, dengan berpusat pada nama Rizky Pora yang tampil apik bersama Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2016, Barito menggebrak. Diperkuat juga oleh nama-nama senior semisal Ambrizal, M. Roby, David Laly, serta pemain-pemain asing dan lokal berkualitas macam Hansamu Yama, Gavin Kwan Adsit, Aaron Evans, Matias Cordoba, Thiago Cunha (hengkang ke Thailand saat liga berjalan), serta Douglas Packer, Barito mengejutkan kontestan-kontestan Liga 1 yang lain.

Diasuh oleh sosok Jacksen yang pernah membawa Persipura dan Persebaya menjuarai Liga Indonesia, Barito perlahan berbenah. Seiring dengan berjalannya Liga 1 2017, Barito mulai menunjukkan kekuatannya. Beberapa lawan kuat semisal Persija, Sriwijaya FC, Persib, Bali United, PSM, Persipura, serta Madura United mampu mereka buat tak berkutik di kandang mereka, Stadion 17 Mei. Bhayangkara FC, jawara Liga 1 2017, bahkan sukses mereka taklukkan di kandang.

Hal ini juga ditopang dengan apiknya Barito ketika bermain tandang. Memang ketika menghadapi tim-tim besar di atas dengan status tim tamu, Barito acap kali kalah. Namun ketika melawan tim-tim lain macam Semen Padang, Persiba, bahkan Perseru, Barito sanggup meraih kemenangan.

Skema Jackson yang Memaksimalkan Sayap

Foto: Liga-Indonesia.id

Apiknya Barito dalam bermain ini, baik itu kandang maupun tandang, tak lepas dari skema apik yang diterapkan pelatih Jacksen. Skema dasar 4-3-3 yang menjadi andalan Barito, mampu memaksimalkan kemampuan para pemain di dalam skuatnya. Barito dapat bermain dengan lebih seimbang, baik itu dari segi pertahanan maupun penyerangan.

Seperti halnya kebanyakan tim di Indonesia (lazimnya), Barito juga memaksimalkan kekuatan sayap yang mereka miliki. Rizky Pora dan Samsul Arif, lewat kecepatan yang mereka miliki, kerap menyisir dari sisi sayap ke tengah. Kadang, Talaohu Abdul Musafry ataupun Gavin Kwan Adsit juga kerap menjadi senjata tambahan untuk menekan dari sayap. Model serangan ini kerap terlihat dalam beberapa pertandingan Barito Putera.

Tidak hanya mengandalkan para “winger”, para bek sayap juga menjadi faktor penting kekuatan serangan sayap Barito. Dandi Maulana dan Roni Beroperay, ketika ada kesempatan, acap maju ke depan membantu serangan. Keduanya kerap melakukan kombinasi dengan Rizky Pora maupun Samsul Arif, sehingga serangan dari sayap tidak melulu berakhir menjadi umpan silang semata.

Serangan sayap Barito ini ditopang oleh kemampuan para pemainnya muncul dari lini kedua dan distribusi bola yang apik dari lini tengah. Matias Cordoba, berdasarkan statistik dari situs resmi Liga 1 2018, menjadi pemain dengan jumlah umpan tertinggi, yaitu sebesar 587. Berkat kemampuan Cordoba ini, aliran bola di lini tengah Barito Putera lebih terjaga.

Sedangkan untuk urusan muncul dari lini kedua, ada Paulo Oktavianus Sitanggang, Douglas Packer, dan Nazar Nurzaidin yang melakukannya. Sitanggang dan Nurzaidin, lewat aktifnya mereka dalam bergerak, menutupi seluruh area lini tengah. Mereka menjalankan peran gelandang “box-to-box”, dan kerap maju ke dalam kotak penalti jika ada kesempatan.

Sedangkan Packer, kemampuan tendangannya dari luar kotak penalti kerap menjadi sesuatu yang menentukan. Total, sejauh ini Packer sudah menorehkan 7 gol, dan menjadi pencetak gol terbanyak Barito di ajang Liga 1 2018. Banyaknya gol yang Packer cetak ini adalah kelihainnya muncul dari lini kedua. Sejauh ini, Barito menjadi tim paling agresif di Liga 1 2018 dengan catatan 23 gol.

Pertahanan Kuat Barito Putera

Foto: Liga-Indonesia.id

Lalu, bagaimana soal pertahanan Barito? Untuk soal pertahanan, Barito belum bisa dibilang yang terbaik. Meski digalang oleh bek kenamaan macam Hansamu Yama dan Aaron Evans, Barito sejauh ini sudah kebobolan 18 gol, salah satu yang tertinggi di ajang Liga 1. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Untuk menjaga keseimbangan permainan, terutama jarak antara bek dengan pemain tengah (pemain tengah Barito acap maju ke depan), para bek Barito kerap menerapkan garis pertahanan yang tinggi. Hal inilah yang menjadi pangkal mula Barito kebobolan, seperti ketika mereka menang atas PSM Makassar dengan skor 2-1.

Tidak hanya itu, dua bek sayap yang kerap maju juga kerap meninggalkan lubang di lini pertahanan Barito Putera. Hal ini terlihat ketika Barito dikalahkan oleh PS Tira di Stadion Sultan Agung, Bantul. Terlepas dari blunder Aditya Harlan, Mariano Berriex yang bisa bergerak seleluasa itu dari sayap ke tengah merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Barito.

Bagaimana Peluang Barito Putera di Liga 1

Liga 1 masih jauh dari usai. Masih ada pekan demi pekan ke depan yang akan dijalani oleh para pesertanya, termasuk oleh Barito Putera. Kesalahan yang ada hari ini, masih bisa dibenahi di pertandingan-pertandingan ke depan.

Saat ini, ‘Laskar Antasari’ menduduki peringkat kedua klasemen sementara Liga 1 2018, di bawah PSM Makassar dengan selisih satu poin. Menilik raihan mereka musim lalu yang tidak konsisten, hasil sekarang ini tentu menjadi sebuah raihan tersendiri bagi mereka. Mereka juga bisa melaju sejauh mungkin di ajang Liga 1 2018 dengan kekuatan skuat yang mereka miliki.

Namun, bukan berarti Barito tidak memiliki cela. Cela di sayap dan garis pertahanan yang kelewat tinggi adalah sesuatu yang harus dibenahi oleh Barito. Jika bisa membenahinya, Barito akan menjadi kuda hitam yang patut diperhitungkan di kancah sepak bola Indonesia.