Menanti Tuah Roberto Mancini untuk Filosofi Sepakbola Italia

Setelah memecat Gian Piero Ventura pada November 2017, Federasi Sepakbola Italia (FIGC) belum menunjuk pelatih baru tim nasional (timnas) sepakbola negara tersebut. Tanda tanya pelatih baru Italia pun akhirnya terjawab oleh kehadiran Roberto Mancini di Kota Roma pada Minggu (30/4).

Pihak FIGC diwakili Alessandro Costacurta dengan menawarkan kontrak berdurasi dua tahun dan bayaran 4 juta euro pertahun. Kelanjutan negosiasi diakukan selama lebih dari dua jam saat itu. Alasan waktu cukup lama itu karena Mancini sebetulnya masih memiliki kontrak melatih Zenit St Petersburg sekitar sampai 2019/2020.

Mancini membawa Zenit berada di peringkat lima klasemen akhir Liga Primer Rusia 2017/2018. Meskipun tugasnya untuk membawa Zenit juara belum selesai, Mancini bersedia memutuskan kontraknya bersama kesebelasan tersebut. Ia sendiri memang sudah lama disebut-sebut sebagai salah satu kandidat pelatih Italia.

Mancini menjadi nama favorit selain memanggil kembali Antonio Conte, memilih Carlo Ancelotti, Claudio Ranieri atau lainnya. Sejak Ventura dipecat, posisi Pelatih Italia sementara ditukangi Luigi Di Bagio. Sementara Mancini terus digoda untuk menjadi pelatih Italia ketika masih melatih Zenit.

Kemudian pada awal Mei, FIGC semakin mantap untuk menunjuk Mancini sebagai pelatih Italia. Apalagi setelah adanya penolakan dari Ancelotti dan negoisasi dengan Mancini semakin intens. Tidaklah salah menunjuk pria 53 tahun itu sebagai pelatih Italia baru.

Meskipun pengalamannya tidak sefasih Ancelotti, tapi berbagai gelar juara sudah pernah disumbangkan Mancini untuk berbagai kesebelasan yang ditukanginya. Gelar terakhir yang didapatkannya adalah Piala Turki 2013/2014 kala melatih Galatasaray.

Sebelumnya, Mancini memberikan tiga gelar untuk Manchester City, yaitu Liga Primer Inggris 2011/2012, Piala FA 2010/2011 dan FA Community Shield 2012. Sementara gelar terbanyaknya diarih ketika masih melatih Internazionale Milan. Sebanyak tujuh gelar Mancini persembahkan untuk Inter.

Rinciannya yaitu tiga gelar juara Serie-A secara beruntun mulai dari musim 2005/2006 sammpai 2007/2008. Dua Piala Copa Italia 2004/2005 dan 2005/2006 serta Piala Super Italia 2005 dan 2006.

Pragmatisme Permainan Bertahan a La Roberto Mancini

Selama menjadi pemain profesional, posisi Mancini adalah penyerang kedua atau bisa menjadi gelandang serang. Meskpun begitu, Mancini sangat memperhatikan lini pertahanan ketika menjadi pelatih. Mantan Pelatih Fiorentina itu sejak lama dikenal sebagai pelatih yang tidak segan bermain bertahan.

Mancini percaya benar dengan kalkulasi bahwa jika kesebelasannya tidak kebobolan maka peluang kemenangan mereka sebesar 90% walau cuma menang dengan skor tipis 1-0. Kendati banyak dikritik ketika melatih Manchester City, namun Mancini tidak memperdulikan suara sumbang itu.

“Saya lebih suka kami membosankan untuk dua atau tida pertandingan dan kami menang 1-0. Saksikanlah  tim yang memenangkan gelar, mereka hanya sedikit kebobolan,” ujar Mancini seperti dikutip dari The Guardian

Selama di City, kesebelasan itu memiliki reputasi sebagai cara bertahan yang terorganisir sehingga sulit ditembus lawan. Buktinya, City menjadi kesebelasan paling sedikit kebobolan bersama dengan Chelsea pada musim 2010/2011. Sebanyak 18 pertandingan pun berhasil diselesaikan tanpa kebobolan.

Mancini juga merupakan pelatih yang memiliki otoritas tinggi. Pemain yang berontak dipersilahkan pergi seperti pertikaiannya dengan Balotelli dan Tevez ketika di City. Atau dengan Pablo Osvaldo dan Stefan Jovetic ketika di Inter.

“Jika seorang pemain top tidak senang, maka lebih baik untuk pergi,” tegas Mancini seperti dikutip dari Daily Mail.

Pemain-Pemain Pertama Pilihan Roberto Mancini

Mancini cukup keras kepala soal standar dan pemilihan pemain. Keberadaannya pun memungkinkan kembalinya Mario Balotelli yang belum dipanggil Italia sejak Piala Dunia 2014. Padahal penampilan dan kedewasaannya meningkat bersama OGC Nice.

Balotelli telah mencatatakan 43 gol dalam dua musimnya bersama OGC Nice di Ligue 1. Sepanjang musim 2017/2018, Balotelli membukukan 26 gol dari 37 pertandingan berbagai kompetisi yang diikuti Nice. Balotelli dan Mancini pernah berkolaborsi ketika memperkuat Internazionale Milan dan Manchester City.

Mancini-lah yang memberikan Balotelli debut di Serie-A dalam usia 17 tahun pada musim 2007/2008. “Saya menyukai Roberto (Mancini). Dia sangat penting untuk karir saya dan saya akan selalu berterima kasih kepadanya karena memiliki kepercayaan dan keyakinan kepada saya,” ucap Balotelli seperti dikutip dari Forza Italian Football.

Selain Balotelli, Mancini juga memanggil nama-nama baru untuk Italia. Di antaranya yaitu Daniele Baselli, Domenico Berardi, Emerson Palmieri, Mattia Caldara dan Rolando Mandragora. Hanya saja tidak ada nama Marco Verratti dari Paris Saint-Germain (PSG).

Hanya saja Emerson terkendala dengan cedera seperti yang dialami Claudio Marchisio. Tapi dua pemain itu tetap dimasukan ke dalam daftar skuat awal yang dibentuk Mancini. Apalagi ia harus bekerja keras mengangkat Italia setelah pensiunnya Andrea Barzagli, Daniele De Rossi, Gianluigi Buffon dan Giorgio Chiellini dari level timnas.

Debutnya terjadi pada 28 Mei ketika menghadapi Arab Saudi. Dalam pertandingan tersebut, Italia menang 2-1 lewat gol Balotelli dan Belotti. Kemudian Italia kalah 1-3 melawan Prancis pada 1 Juni. Target Mancini selain mengangkat kembali permainan Italia, tentu saja lolos ke Piala Eropa 2020 adalah realitasnya.

Timnas berjuluk Gli Azzurri di bawah besutan Mancini ini sangat dinantikan. Selain karena target, pengangkatan permainan Italia adalah ketertarikan lain dari Mancini. Mengingat karena pragmatisme permainan bertahannya yang bisa mengembalikan Italia kepada identitasnyan. Yaitu seni permainan bertahan yang sesungguhnya setelah sempat hilang pada era Ventura.

 

Skuat Italia Pertama Roberto Mancini:

Gianluigi Donnarumma (Milan), Mattia Perin (Genoa), Salvatore Sirigu (Torino)

Bek: Leonardo Bonucci (Milan), Mattia Caldara (Atalanta), Domenico Criscito (Zenit), Danilo D’Ambrosio (Inter), Mattia De Sciglio (Juventus), Emerson Palmieri Dos Santos (Chelsea), Alessio Romagnoli (Milan), Daniele Rugani (Juventus), Davide Zappacosta (Chelsea)

Gelandang: Daniele Baselli (Torino), Giacomo Bonaventura (Milan), Bryan Cristante (Atalanta), Alessandro Florenzi (Roma), Jorginho (Napoli), Rolando Mandragora (Crotone), Claudio Marchisio (Juventus), Lorenzo Pellegrini (Roma)

Penyerang: Mario Balotelli (Nice), Andrea Belotti (Torino), Domenico Berardi (Sassuolo), Federico Bernardeschi (Juventus), Federico Chiesa (Fiorentina), Ciro Immobile (Lazio), Lorenzo Insigne (Napoli), Matteo Politano (Sassuolo), Simone Verdi (Bologna), Simone Zaza (Valencia)

Sumber lain: BBC, Goal Internasional, Independent, The Sun