Banyak yang lupa, Fulham, tim yang kini berkutat di papan tengah Divisi Championship pernah mencapai prestasi yang bisa dibilang mentereng, yakni finalis Europa League 2010. Kala itu ‘The Cottagers’ yang dibesut oleh manajer kawakan, Roy Hodgson, dikalahkan dengan skor tipis 1-2 oleh Atletico Madrid. Pencapaian tersebut bisa dibilang mengejutkan, pasalnya Danny Murphy dkk., hanya bertengger di posisi ke-12 di klasemen akhir Premier League 2009/10.
Sejak lolos babak penyisihan grup, tak ada yang menyangka tim asal London Barat ini bisa melaju sejauh itu ke babak final. Lolos dengan predikat runner-up grup di bawah wakil Italia, AS Roma, Fulham kemudian menumbangkan wakil Ukraina, Shaktar Donetsk, di babak 32 besar dengan agregat 3-2.
Kejutan besar kemudian mulai menjadi perbicangan saat itu adalah ketika Fulham berhasil menumbangkan raksasa Italia, Juventus, pada babak 16 besar dengan agregat tipis 5-4. Tumbang di Stadio Olimpico dengan skor 1-3, Fulham lantas mempermalukan Juventus yang kala itu dibesut Alberto Zaccheroni di Craven Cottage dengan skor 4-1.
Dengan skor tipis pula, Fulham kemudian menghempaskan dua wakil Jerman, VfL Wolfsburg dan Hamburg SV di perempat final dan semifinal. Namun tragis, mimpi Fulham membawa pulang trofi Europa League jilid pertama harus terkubur karena kalah 1-2 lewat gol Diego Forlan di babak perpanjangan waktu.
Tujuh tahun berlalu, kini skuat Fulham tentu mengalami perubahan besar. Simak cerita singkat berikut bila kalian penasaran siapa saja yang turun dalam starting line-up saat itu dan bagaimana nasib mereka sekarang.
Penjaga Gawang: Mark Schwarzer
Bergabung dari Middlesbrough, penjaga gawang timnas Australia ini langsung menjadi andalan Fulham. Usai mengantarkan Fulham ke Final Europa League, Schwarzer bertahan 3 musim dan akhirnya pindah ke klub rival London Barat, Chelsea.
Di dua klub selanjutnya yakni Chelsea dan Leicester City, Schwarzer mengangkat trofi Premier League. Naasnya, ia tak mendapat medali asli karena syarat bermain minimal di musim tersebut sebanyak 5 kali. Schwarzer tidak bermain satu pertandingan pun kala dua tim tersebut meraih trofi juara. Kini Schwarzer aktif tampil sebagai pundit di BBC Live Five dan Talksport.
Bek kanan: Chris Baird
Bek tengah timnas Irlandia Utara ini datang ke Fulham dari Southampton dengan nilai 3 juta paun pada 2007. Baird dipilih Hodgson di laga final Europa League menggantikan John Pantsil yang sebenarnya berposisi sebagai bek kanan. Kesuksesannya bermain di posisi apapun kala pemain lain cedera menjadiannya pemain versatile.
Baird bertahan hingga musim 2012/2013 kemudian kontraknya tidak diperpanjang Fulham. Ia kemudian bergabung dengan Reading musim berikutnya dan berpindah-pindah klub. Kini Chris Baird masih aktif bermain bersama Derby County dan sempat kembali ke Fulham dengan status pinjaman pada 2016.
Bek tengah: Aaron Hughes
Aaron Hughes dan Chris Baird salah satu dari gerbong pemain timnas Irlandia Utara yang diboyong oleh manajer Fulham sebelumnya, Lawrie Sanchez pada 2007. Selepas pergantian kursi manajer, Hughes tak lantas disingkirkan oleh Hodgson. Kedisiplinan dan kharismanya di lapangan membuat pemain yang memiliki rekor 455 kali tampil di Premier League tanpa pernah sekalipun mendapat kartu merah ini pun selalu mengisi pos bek tengah.
Bertahan di Fulham selama 7 tahun, Hughes kemudian hijrah ke QPR dan Brighton pada 2014. Sempat mencicipi atmosfer A-League juga India Super League, Hughes kini masih aktif bermain bersama Hearts di Scottish Premier League di usianya yang menginjak 38 tahun.
Bek tengah: Brede Hangeland
Penampilan impresif Hangeland saat Hodgson menukangi klub Tippenligaen, Viking FK membuat eks manajer Three Lions tersebut turut membawa bek internasional Norwegia ke Fulham pada musim 2007/08. Bisa dibilang kokohnya lini belakang Fulham di Europa League 2009/2010 yaitu berkat penampilan gemilang serta konsisten dari pemain bertinggi badan 199 sentimeter tersebut.
Pemain kelahiran Texas, Amerika Serikat ini menjadi legenda hidup bagi Fulham. Selama total 7 musim memperkuat Fulham, Hangeland hampir selalu bermain kecuali cedera. Dilepas Fulham secara free transfer musim 2013/2014 akibat terdegradasi dari Premier League, ia kemudian bergabung ke Crystal Palace selama 2 musim sebelum memutuskan gantung sepatu dan menjadi komentator Liga Inggris di stasiun televisi Norwegia, TV2.
Bek kiri: Paul Konchesky
Konchesky didatangkan dari West Ham United dengan nilai 3 juta paun pada 2007. Ia dikenal dengan gaya bermain menyerang dan memiliki tendangan keras dari luar kotak penalti. Di musim itu ia mencetak 3 gol bagi Fulham di Premier League dan salah satu golnya mendapat penghargaan Goal of the Month. Sayangnya, penampilan impresif Konchesky di kompetisi domestik tidak segemilang di kancah Europa League.
Usai mengantarkan The Cottagers ke final Europa League, pemain yang turut mengantarkan West Ham ke final Piala FA 2006 ini bergabung ke Liverpool. Kariernya di Liverpool ternyata gagal total, dan dipinjamkan ke Nottingham Forrest. Di usianya yang kini 36 tahun, Konchesky masih aktif bermain di Isthmian League bersama klub Billericay Town dan membuka sebuah kafe di pinggiran kota London.
Sayap kanan: Damien Duff
Pemain yang namanya melambung bersama Chelsea ini bergabung dari Newcastle di musim 2009/2010. Duff saat itu datang ke Fulham dengan kondisi cedera, langsung nyetel dengan tim tatkala kondisinya fit. Sejak itu, pemain yang pernah jadi anak didik Hodgson di Blackburn Rovers ini selalu bermain penuh. Selama 5 musim membela Fulham, eks timnas Republik Irlandia ini mencetak 15 gol di 130 pertandingan.
Usai dirilis Fulham pada musim 2013/14, Duff sempat merumput di Australia untuk Melbourne City dan memutuskan pensiun di Shamrock Rovers pada tahun yang sama. Saat ini ia menjadi asisten manajer klub Ireland Premier League tersebut.
Gelandang tengah: Dickson Etuhu
Solidnya lini tengah Fulham musim tersebut tak terlepas dari peran gelandang bertahan yang didatangkan dari Sunderland pada musim panas 2008/09. Etuhu turut menyumbangkan 1 gol dan 1 asis kala Fulham menumbangkan Juventus di babak 16 besar Europa League 2009/2010. Di usia 35 tahun, Etuhu kini menganggur usai dilepas klub semi-profesional Swedia, IFK Rössjöholm.
Gelandang tengah: Danny Murphy
Pemain berkepala plontos ini menjadi kapten bagi Fulham di laga tersebut. Di musim 2009/2010 Murphy menjadi pemain kunci bagi Hodgson dengan bermain di 10 laga dan mncacatatkan 1 gol serta asis. Ia juga menjadi andalan di setiap peluang bola mati bagi The Cottagers.
Bermain selama 5 musim, pemain didikan akademi Liverpool ini memutuskan hijrah ke Blackburn Rovers di musim 2012 dan kembali berkolaborasi bersama Dickson Etuhu. Saat ini Murphy menjadi pundit sepakbola di radio Talksport dan BBC Match of the Day.
Sayap kiri: Simon Davies
Pemilik 58 caps timnas Wales ini bergabung dari Everton untuk menggantikan peran Steed Malbranque yang hijrah ke Tottenham Hotspur. Kecepatan dan umpan silang akuratnya di Fulham kala itu membuatnya tak tergantikan. Pada musim debutnya saja, ia berhasil meraih Fulham Player of the Year 2007/08.
Penampilannya yang paling diingat publik di musim Europa League 2009/2010 adalah saat mencetak gol penentu di babak semifinal melawan Hamburg SV. Sepakan volinya di partai final kontra Atletico Madrid menjadi penyeimbang kedudukan sebelum Diego Forlan memupus mimpi Fulham membawa pulang trofi Europa League. Usai dirilis Fulham padamusim 2012/2013, Davies mengkahiri karier profesionalnya dan pulang kampung memperkuat tim amatir yang juga klub masa kecilnya, AFC Solva hingga sekarang.
Gelandang serang: Zoltán Gera
Gera bergabung dengan Fulham usai membantu West Bromwich promosi pada musim 2008/09. Di musim 2009/10, legenda timnas Hungaria ini menjadi idola publik Fulham saat mencetak 2 gol ke gawang Juventus di babak 16 besar Europa League. Di ajang tersebut Gera tampil impresif dengan mencetak 6 gol dan 4 asis dari 14 kali bermain.
Setelah Roy Hodgson hijrah ke Liverpool, Zoltán Gera jarang dimainkan oleh manajer Fulham saat itu, Mark Hughes. Tiga musim memperkuat Fulham, akhirnya ia kembali ke West Bromwich. Kini di usia 38 tahun, Gera masih aktif bermain di liga Hungaria bersama Ferencváros.
Penyerang: Bobby Zamora
Zamora didatangkan secara paketan bersama John Pantsil dari West Ham dengan nilai 6,3 juta paun Musim debutnya di Fulham kurang mengesankan, tapi di musim keduanya Zamora menjadi striker haus gol termasuk di Europa League. Pergerakan Zamora di lini depan Fulham kala berjumpa Juventus memaksa bek sekelas Fabio Cannavaro mendapat kartu merah. Dari total 13 kali menjadi starter, Zamora mampu menorehkan 6 gol serta 2 asis.
Berkat penampilan briliannya di musim 2009/2010 pulalah, pemain berdarah Trinidad dan Tobago tersebut dipanggil oleh Fabio Capello ke timnas Inggris. Cedera patah kaki yang dialaminya musim 2010/2011 membuatnya jarang bermain dan dijual ke QPR pada musim 2011/2012. Zamora mengakhiri kariernya pada 2015 di Brighton and Hove Albion dan kini aktif dalam aksi sosial membantu orang-orang yang kesulitan memiliki tempat tinggal.
***
Walau gagal mendapat titel juara Europa League, Fulham mengingatkan kita bahwa sepakbola sesungguhnya adalah permainan tim. Dengan materi pemain mereka yang bisa dibilang jauh dari kategori pemain bintang, namun taktik jitu dari pelatih serta kedisipilinan para pemain untuk menjalankan instruksi mampu membawa Fulham hingga ke titik tersebut.
Sejak itu, tak ada tim Inggris ‘sekelas’ Fulham yang mampu melangkah jauh di kompetisi Europa League. Tim-tim papan tengah yang pernah mewakili Inggris seperti Spurs, Newcastle, Swansea, West Ham, Stoke, juga Everton selalu gagal melaju jauh di kompetisi yang dahulu bernama Piala UEFA. Untuk alasan itulah, Fulham pantas dikenang dan dirindukan aksinya kembali oleh para pencinta Premier League.