Menikmati Duet Nazari-Aziz di Lini Tengah Persib

Foto: Gregorius Aditya Katuk/Persib.co.id

Setelah sekian lama, kebingungan Persib Bandung akhirnya sirna. Mereka tidak lagi terombang-ambing di tengah ganasnya ombak kompetisi Liga 1 2019.

Pelatih Persib, Robert Rene Alberts, akhirnya menemukan susunan starting XI yang ajeg untuk Persib. Susunan ini sudah mulai tampak saat Persib menghadapi Persebaya Surabaya pada pekan ke-23 silam.

Mereka yang terpilih masuk susunan starting XI Persib adalah: Ezechiel N’Douassel, Kevin van Kippersluis, Febri Haryadi, Frets Butuan, Omid Nazari, Abdul Aziz, Supardi, Achmad Jufriyanto, Nick Kuipers, Ardi Idrus, serta I Made Wirawan.

Rene Alberts membutuhkan waktu yang panjang untuk menemukan susunan 11 pemain di atas. Berbagai trial and error mungkin pernah ia alami, dengan beragam kualitas serta karakteristik pemain yang ada di skuatnya.

Namun, pada akhirnya Rene Alberts menemukan ke-11 pemain itu ketika kompetisi Liga 1 2019 akan berakhir. Penemuan susunan starting XI ajeg ini menjadi sesuatu yang baik, terutama ketika sosok asal Belanda itu ingin menerapkan sebuah skema permainan.

Nah, dari 11 nama yang di atas, menarik untuk memerhatikan duet Nazari dan Aziz. Rene Alberts menugaskan keduanya untuk mengisi lini tengah. Apa sih, memangnya, yang menjadi pertimbangan Rene Alberts memilih keduanya menjadi poros ganda?

Dalam beberapa laga terakhir Persib, keduanya pun menghadirkan jawaban atas keraguan di atas lewat permainan mereka, sekaligus membuat nama-nama seperti Dedi Kusnandar ataupun Hariono tersingkir dari susunan pemain inti.

***

Persib melakukan perekrutan besar-besaran saat Liga 1 2019 memasuki putaran kedua, terutama di sektor pemain asing. Performa Rene Mihelic, Artur Gevorkyan, dan Bojan Malisic yang dinilai mengecewakan menjadi penyebab utamanya.

Alhasil, tim berjuluk ‘Maung Bandung’ tersebut merekrut beberapa nama baru seperti Kevin van Kippersluis, Nick Kuipers, dan Omid Nazari. Mereka didatangkan dengan tujuan untuk memperkuat lini belakang, tengah, dan depan Persib.

Di antara ketiga pemain itu, Nazari dinilai jadi yang paling cepat beradaptasi. Pengalamannya bermain di level Asia, khususnya Asia Tenggara, bersama Ceres Negros jadi bekalnya beradaptasi dengan kompetisi Indonesia.

Berposisi sebagai pemain tengah, Nazari dengan cepat mampu jadi penyeimbang di lini tengah Persib. Nah, bersamaan dengan kehadiran Nazari, Abdul Aziz yang memang sejak awal musim 2019 mulai mekar bakatnya.

Aziz sejatinya adalah produk dari akademi Persib. Ia juga jadi bagian dari tim PON Jawa Barat yang sukses menggondol medali emas pada 2016 silam. Namun, sebelum kembali ke Persib, ia sudah melanglang buana ke berbagai klub.

Bukan cuma itu, kemampuan individu Aziz semakin terasah karena ia pernah mencoba pula menjadi atlet futsal. Kontrol bolanya terbilang mumpuni, terutama ketika ia berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan.

Ditambah lagi, Aziz sudah mengenyam asam garam kompetisi Indonesia berkat masa bermainnya di Persiba Balikpapan dan Pusamania Borneo FC (sekarang Borneo FC). Hal itu menjadikan permainan Aziz jadi lebih matang.

Kematangan Aziz dan Nazari ini, kini, berpadu di lini tengah Persib. Keduanya mampu jadi dirijen permainan Persib, sekaligus menjadi penghubung antara lini belakang dan lini depan dengan apik.

Pertama kali duet Nazari-Aziz ini hadir ketika Persib menghadapi PSS di pekan 17 Liga 1 2019. Ketika itu, banyak yang mempertanyakan ketiadaan sosok Hariono sang petarung, juga sosok Dedi sang distributor bola.

Namun, pertanyaan itu segera tertepis manakala Aziz dan Nazari unjuk gigi di tengah lapangan. Nazari, dengan kemampuan screening dan pembacaan permainannya yang apik, mampu menjadi penyaring serangan lawan di area tengah.

Ia mampu membuat sosok sekelas Brian Ferreira mati kutu di laga itu. Bukan cuma itu, Nazari juga bisa menjadi distributor bola yang apik karena kemampuan passing-nya terbilang mumpuni.

Hal ini ditopang oleh keberadaan Aziz yang memiliki kemampuan olah bola ciamik. Berkat kemampuannya ini, Aziz dapat lolos dari kawalan pemain tengah lawan. Hal itu membuatnya punya ruang untuk meneruskan bola kepada pemain lain.

Bukan cuma itu, Aziz juga kerap mampu menembus pertahanan lawan di area sepertiga akhir berkat kemampuannya ini. Maka, tak heran ia juga kerap menyodorkan beberapa umpan kunci yang berbuah gol.

Namun, pada akhirnya, duet ini memang jadi kunci bagi permainan menyerang Persib a la Robert Rene Alberts. Walau tidak menonjol secara statistik, kemampuan duet Nazari-Aziz ini membuat lini tengah Persib lebih seimbang.

Lebih dari itu, keduanya juga mampu menopang lini depan dalam menjalankan tugasnya sebagai penggedor lini belakang lawan. Alhasil, jangan heran jika melihat Febri, Ezechiel, serta Van Kippersluis mampu tampil apik.

Jauh di kedalaman, ada Aziz dan Nazari yang menjadi generator bagi permainan Persib.

***

Liga 1 2019 tinggal menyisakan tujuh laga lagi. Kemungkinan keduanya untuk bermain terus pun cukup terbuka, mengingat kemampuan keduanya juga memang cocok dengan skema permainan Rene Alberts.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada ruang perkembangan bagi keduanya. Aziz, misalnya, jika ia meningkatkan akurasi dari distribusi bolanya, ia akan jadi sosok pemain yang jauh merepotkan bagi pertahanan lawan.

Sedangkan bagi Nazari, jika ia lebih berani untuk melepas sepakan jarak jauh seperti ketika menghadapi PSIS Semarang di pekan 27, maka ia juga bisa menjadi solusi jika kelak lini depan Persib mengalami kebuntuan.

Ya, pada intinya, duet keduanya mengubah permainan Persib. Mereka kini lebih bertenaga dan seimbang, dan tentunya–dengan tidak mengurangi rasa hormat untuk Hariono–, lebih stylish.