Mungkin kalian masih ingat Middlesbrough, sebuah klub Inggris yang bermarkas di Kawasan Teeside yang sempat mencicipi masa gemilang di era 1990 hingga akhir 2000-an. Jangan lupa juga torehan Boro yang berhasil mencapai final Piala UEFA 2006. Sempat mampir ke Premier League pada 2017 silam, Boro tak menunjukkan konsistensi untuk menjadi klub yang berada di level top sepakbola Inggris.
Adalah Michael Carrick, seorang pelatih muda yang mengubah jalan Middlesbrough di musim ini yang nyaris berakhir petaka. Di bawah arahan pria kelahiran Wallsend, Inggris, 41 tahun silam, Boro bahkan mencatatkan rekor fantastis dalam sejarah berdirinya klub.
Debut manajerialnya di Middlesbrough pada musim 2022/2023 sejauh ini berhasil mencatatkan rekor kemenangan beruntun terbanyak. Torehan eks gelandang Manchester United ini bahkan mengalahkan rekor yang dibuat oleh Jack Charlton pada 1973. Meskipun kala itu poin kemenangan diberikan yaitu 2 poin (bukan 3 poin seperti sekarang), Carrick tetap unggul dari Charlton karena jumlah kemenangan yang lebih banyak.
Momentum manakah yang menjadi titik balik Middlesbrough di musim ini? Laga tandang melawan Hull City di awal bulan November 2022 saya pikir menjadi momentum bounce back bagi pasukan Jonny Howson dkk., untuk menunjukkan potensi kehebatan dari perpaduan skuat senior dan pemain muda menjanjikan. Dalam laga keduanya sebagai gaffer Middlesbrough, Carrick mencatatkan kemenangan solid 3-1 di MKM Stadium, Hull.
Bisa dibilang, cara bermain Middlesbrough berubah drastis berkat tactical masterclass oleh Carrick. Dengan menggunakan skuat “warisan” Chris Wilder, Boro terus merangkak naik dari peringkat 21 ke posisi ke-3 sejak pengangkatannya pada akhir Oktober 2022. Boro kini bermain dengan agresif, ekspansif, percaya diri dalam penguasaan bola, dan clinical dalam urusan mencetak gol.
Dengan hanya tiga kekalahan dalam 20 pertandingannya (hingga awal Maret 2023) bisa dibilang penunjukan Carrick adalah sebuah “perjudian” yang berhasil dari sang pemilik klub, Steve Gibson.
Carrick Berhasil Mengangkat Performa Terbaik Chuba Akpom
Keberhasilan mengkonversi peluang menjadi gol merupakan syarat mutlak kemenangan. Dalam hal ini, Chuba Akpom adalah pahlawan Middlesbrough dalam urusan mengoyak jala lawan.
Mantan striker Arsenal, Chuba Akpom, berada dalam performa terbaiknya. Di usia 27 tahun, Akpom mencuat dengan torehan 24 gol di liga dari 28 laga di ajang liga. Sementara itu,produk akademi Boro, Hayden Hackney dan pemain internasional Australia Riley McGree, adalah beberapa pemain bintang lainnya dalam tim penyerang yang cerdik secara taktik.
Pada musim-musim sebelumnya, Akpom bermain dengan peran “Nomor 9” yang berarti menjadi ujung tombak penyerangan. Carrick dengan cerdik menjadikan eks akademi Arsenal ini menjadi pemain yang berada di belakang striker.
Melejitnya performa Akpom sangatlah mengejutkan, mengingat sebelumnya tak pernah berada di skuat inti Boro sejak direkrut dari PAOK Thessaloniki pada 2020. Musim lalu dibawah asuhan Wilder, pemain bernomor punggung “29” ini dipinjamkan kembali ke klub peserta Greek Super League.
Saat ditukangi Chris Wilder, Akpom bahkan hanya bermain 90 menit pada laga kontra Sheffield United di bulan Agustus. Saat itu, Akpom mencetak dua gol dan tak pernah lagi mencetak gol di sisa kepelatihan Wilder.
Dengan catatan golnya di musim ini, Akpom mematahkan rekor pemain Middlesbrough pertama yang mencetak lebih dari 20 gol dalam satu musim yang sebelumnya dipegang Bernie Slaven pada 1990.
Sedikit Membedah Strategi Carrick di Middlesbrough
Carrick bersama Middlesbrough mengatur timnya dalam formasi dasar 4-2-3-1, tetapi dengan cepat berkembang menjadi sistem yang jauh lebih cair (fluid) yang sulit diantisipasi oleh lawan. Sebenarnya, pada 2 laga awalnya menukangi Boro, Carrick menggunakan pola dasar 4-4-2 dengan menaruh Chuba Akpom dan Marcus Forss. Sejak itu, Carrick mantap menggunakan 4-2-3-1 dalam 18 laga hingga Maret ini.
Bila dibandingkan dengan mantan manajer Chris Wilder lebih menyukai penggunaan tiga bek tengah dan penumpukan gelandang yang mengandalkan serangan balik cepat, Boro di bawah arahan Carrick dengan mengubah cara bermain mereka.
Carrick mengubah cara Boro saat transisi, yaitu ketika keunggulan ball possession untuk mendorong salah satu bek sayap naik ke depan yang sejauh ini diperankan oleh Ryan Giles. Sementara bek sayap kanan turun membantu pertahanan. Resep ini sementara sukses membuat Boro berada dalam keadaan memperebutkan posisi promosi otomatis musim ini.
Ilustrasi di bawah pada laga tandang ke markas Swansea, menunjukkan bek kiri Boro, Ryan Giles naik ke depan hingga sejajar dengan pemain yang musim ini dijadikan “role no 10”, Chuba Akpom.
Gambar di bawah, dari kemenangan 5-0 atas Reading (4/3), mengilustrasikan formasi yang sempurna saat bek kiri Ryan Giles telah mendorong tinggi, menciptakan tiga bek tengah Paddy McNair dan Dael Fry dan fulbek Tommy Smith. Ketika mereka melakukan ini, itu mengubah formasi mereka menjadi 3-2-5. Mirip dengan pergerakan bek yang digunakan Arsenal di bawah Mikel Arteta musim ini.
Dengan Giles didorong tinggi dan bermain melebar, Boro mampu memanfaatkan width yang sangat besar. Dalam gerakan yang sama di bawah, Giles dan penyerang sisi kanan Riley McGree. Sejauh ini, kontribusi Ryan Giles pada musim ini memang mencolok. Ia berhasil mencatatkan 11 asis dalam 36 laga.
Pergerakan bek sayap untuk menciptakan tiga bek asimetris terjadi berulang kali dalam pertandingan Boro seperti terlihat pada foto di atas dalam kemenangan 3-1 atas peringkat kedua, Sheffield United. Bek kanan mereka, Tommy Smith bergabung dengan dua bek tengah, Fry dan Lennihan. Sementara bek kiri, Giles yang sebelumnya melakukan overlapping, turut juga membantu pertahanan di sisi kiri. Begitupun gelandang serang kanan, Riley McGree atau Marcus Forss.
Dalam transisi bertahan, Carrick mengubah pola menjadi 4-5-1 atau 4-4-1-1 yang cenderung solid dan minim gap dengan para pemain gelandangnya. Middlesbrough bisa dibilang memainkan pola low block cenderung menumpuk saat posisi bertahan. Sementara itu, Chuba Akpom yang memiliki kelebihan dalam hal kecepatan, akan diandalkan dalam serangan balik, begitupun dengan penyerang sayap mereka yang rutin dirotasi, Aaron Ramsey, Marcus Forss, dan Riley McGree.
Sisi Carrick tidak satu dimensi dalam mengandalkan penggunaan lebar dan bermain dari belakang untuk menciptakan peluang. Aksi paling efektif mereka datang dari serangan balik cepat atau menghukum kesalahan lawan berkat kepercayaan diri mereka pada penguasaan bola dan kemampuan klinis di depan gawang.
Gambar di bawah menunjukkan serangan balik efektif lewat Ryan Giles yang mengirimkan umpan lambung kepada Cameron Archer yang selanjutnya tinggal berduel dengan salah satu bek Watford dan penjaga gawangnya.
Tidak mengherankan jika Boro telah mencetak 31 gol dalam 15 pertandingan sejak Carrick mengambil alih, memenangkan enam pertandingan dengan skor tiga gol atau lebih.
Dengan 8 pertandingan tersisa di divisi Championship musim ini, tampaknya sulit untuk menutup selisih 17 poin antara mereka dan tim urutan pertama, Burnley. Meskipun menjuarai Skybet Championship bukan hal yang mustahil. Namun agaknya, objektif terbesar bagi Boro adalah promosi otomatis.
Apapun hasil yang dicatatkan Michael Carrick untuk Boro musim ini, ia pantas diingat sebagai salah satu manajer terbaik buat Middlesbrough. Ciamiknya Carrick patut kita nantikan musim depan di Premier League!