Mitra Kukar, Gudang Penyerang Subur Liga Indonesia

Di Eropa, tepatnya Spanyol, ada Atletico Madrid yang kerap menjadi klub penyumbang penyerang-penyerang jempolan. Di Indonesia, gelar ini disandang oleh Mitra Kutai Kartanegara, atau yang biasa disingkat Mitra Kukar.

Keahlian Atletico Madrid dalam memunculkan nama-nama penyerang jempolan memang belakangan sudah menjadi tradisi. Ada nama Fernando Torres, penyerang asli binaan Atletico yang akhirnya menjadi ikon klub, yang menjadi penyumbang gol bagi Atletico. Ia semakin ganas ketika pindah ke klub Inggris, Liverpool.

Setelah Torres, penyerang-penyerang subur lain bergiliran muncul di tubuh Atletico. Ada nama Sergio Aguero, Diego Forlan, Radamel Falcao, serta Diego Costa. Nama-nama tersebut, meski beberapa di antaranya sekarang sudah tidak membela Atletico Madrid, pernah menjadi mesin gol tim berjuluk “Los Colchoneros” tersebut.

Lewat torehan gol yang disumbangkan oleh para penyerang subur ini, kualitas permainan dan prestasi Atletico terangkat. Jika lazimnya mereka menjadi tim medioker Spanyol, kehadiran para penyerang ganas ini membuat Atletico tumbuh menjadi salah satu klub kuat Eropa. Terakhir, mereka meraih trofi Liga Europa musim 2017/2018.

 

Perihal klub yang menjadi produsen atau tempat seorang penyerang subur bermain, Indonesia juga memilikinya. Nama klub tersebut adalah Mitra Kukar. Sekarang, di ajang Go-Jek Liga 1 2018, meski mereka berada di posisi papan bawah, mereka kembali menghadirkan nama penyerang subur bernama Fernando Rodriguez Ortega.

Ortega sukses meneruskan tren penyerang subur Mitra Kukar, yang sudah berjalan sejak dulu.

Bermula dari Franco Hitta

Sebagai sebuah klub, jika dibandingkan dengan tim-tim lain di Indonesia, Mitra Kukar tergolong tim baru. Tapi, bukan berarti tim ini tidak memiliki sejarah panjang. Menelisik sejarah Mitra Kukar, maka tidak bisa dilepaskan dari Niac Mitra Surabaya, salah satu tim yang berkompetisi di Galatama. Mitra Surabaya merupakan cikal bakal dari kehadiran Mitra Kukar.

Pada 1999, saat Mitra Surabaya terdegradasi ke Divisi I Liga Indonesia, klub ini dibeli oleh pemilik Barito Putera saat itu, H. Sulaiman HB. Klub berpindah markas ke Palangkaraya, dan berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra. Pada 2001, kesulitan finansial membuat klub ini harus pindah markas ke Kutai Kartanegara, juga terdegradasi ke Divisi II Liga Indonesia.

Pada 2003, mengikuti tempatnya bernaung, Mitra Kalteng Putra berganti nama menjadi Mitra Kutai Kartanegara atau biasa disingkat Mitra Kukar. Dua tahun berselang, Mitra Kukar menjadi milik Kutai Kartanegara usai dibeli dari H. Sulaiman HB dengan harga 1,5 miliar rupiah. Sampai sekarang, Mitra Kukar masih berkompetisi di Indonesia. Liga 1 2018 adalah kompetisi tempat Mitra Kukar bermain sekarang.

Meski tercatat didirikan pada 2003, sesuai dengan nama kelahiran Mitra Kukar, cikal bakal yang mengiringi klub ini membuat Mitra Kukar juga punya sejarah panjang layaknya klub lain di Indonesia. Sejarah panjang ini tidak hanya jadi milik klub. Tim berjuluk ‘Naga Mekes’ ini juga memiliki sejarah soal penyerang berkualitas. Beberapa penyerang berkualitas sukses dilahirkan atau bermain di klub ini.

Tradisi itu dimulai dengan kehadiran Franco Hita, pemain yang juga pernah membela Arema dan Persema. Pada musim 2010/2011, saat Mitra Kukar masih bermain di Divisi Utama, Hita bermain gemilang dengan menorehkan 21 gol dari 38 penampilan. Torehan apik Hita membawa Mitra Kukar lolos ke Liga Super Indonesia musim 2011/2012.

Setelah Hita tidak lagi membela Mitra Kukar, tren penyerang subur belum berhenti di Kukar. Esteban Herrera, penyerang asal Argentina, hadir mengisi slot penyerang ‘Naga Mekes’. Tampil apik, Herrera sukses mencetak 16 gol dari 30 laga pada ajang Liga Super Indonesia 2013. Penampilan apik Herrera ini juga sukses mengantarkan Mitra Kukar mengakhiri kompetisi di posisi tiga klasemen akhir, mengungguli Persib Bandung.

Usai tidak lagi memunculkan nama penyerang maut pada 2014, pada ajang Piala Jenderal Sudirman yang berlangsung pada November 2015 sampai Januari 2016, muncul lagi satu nama penyerang maut dari Mitra Kukar bernama Patrick Cruz dos Santos. Patrick sukses mencetak 7 gol dalam ajang tersebut, sekaligus mengantarkan Mitra Kukar menjuarai Piala Jenderal Sudirman.

Tidak berhenti sampai situ, pada ajang Indonesian Soccer Championship 2016, kompetisi format liga tidak resmi untuk mengisi kekosongan kompetisi di Indonesia, Mitra Kukar kembali menelurkan penyerang maut bernama Marlon da Silva de Moura. Marlon saat itu sukses menyumbang 16 gol untuk Kukar, sebelum perselisihannya dengan Jafri Sastra membuatnya pindah ke Persiba pada ajang Liga 1 2017.

Kehilangan Marlon tidak lantas membuat Mitra Kukar kehilangan sosok penyerang maut. Patah tumbuh hilang berganti, hengkangnya Marlon memunculkan nama penyerang baru di tubuh Kukar, yaitu Marclei Cesar Chaves Santos. Marclei tampil apik bersama Kukar di ajang Liga 1 2017 dengan mencetak 24 gol. Dia menjadi pencetak gol terbanyak kedua di ajang tersebut, di bawah Sylvano Comvalius yang menorehkan 37 gol.

Pernah Salah Rekrut Juga

Menilik sejarah di atas, tampak bahwa Kukar memang selalu menemukan penyerang-penyerang haus gol dalam skuatnya. Satu penyerang hilang, penyerang lain datang, dan mereka bisa silih berganti menyumbangkan gol untuk Mitra Kukar di ajang Liga Indonesia. Hal ini membuat penampilan Mitra Kukar terjaga, meski mereka juga masih sulit menembus dominasi tim-tim elit Indonesia yang lain.

Tapi, di balik keberhasilan Mitra Kukar menemukan penyerang-penyerang kenamaan, mereka juga pernah melakukan kesalahan ketika merekrut penyerang anyar. Layaknya Atletico yang salah merekrut Jackson Martinez, Kukar juga melakukan kesalahan kala merekrut Marcus Bent di ajang Liga Super Indonesia 2011/2012. Marcus tidak tampil apik dan hanya menyumbang 4 gol dari 11 laga.

Meski pernah gagal, jika melihat rekrutan penyerang yang pernah main di skuat mereka, bisa dibilang Kukar adalah salah satu klub yang sukses dalam merekrut penyerang. Hita, Herrera, Patrick, Marlon, dan Marclei adalah bukti apiknya Kukar dalam melakukan perekrutan penyerang.

Tetap Menghasilkan Pemain Tajam

Dalam ajang Liga 1 2018, penampilan Mitra Kukar bisa dibilang tidak terlalu bagus. Saat ini, mereka duduk di peringkat 11 klasemen sementara dengan catatan 8 kali menang, 2 kali imbang, dan 10 kali kalah. Rafael Berges Martin, pelatih baru mereka, memilih hengkang di pertengahan kompetisi.

Walau begitu, bukan berarti Kukar kehabisan stok penyerang andal. Bersaing dengan Ezechiel N’Douassel, Kukar menempatkan nama Fernando Rodriguez Ortega yang saat ini menjadi pencetak gol terbanyak sementara Liga 1 2018 dengan torehan 14 gol. Dia unggul satu gol dari Ezechiel yang sudah mencatatkan 13 gol. Berkat penampilan Ortega pula, Kukar masih bisa bersaing dengan kontestan Liga 1 2018 yang lain.

Melihat tren ini, tampaknya di masa depan, Kukar masih akan menjadi produsen sekaligus tempat penyerang-penyerang andal bermunculan. Terlepas dari lama tidaknya para pemain tersebut main di Kukar, setidaknya, para pemain ini sudah mencatatkan tinta emas di ‘Naga Mekes’. Sama seperti Atletico Madrid di Spanyol, Mitra Kukar adalah gudangnya penyerang subur di Indonesia.