Selang 12 jam setelah pengumuman dipecatnya Mauricio Pochettino dari kursi Pelatih Kepala Tottenham Hotspur, akhirnya mereka mengambil keputusan besar. Pelatih terkenal dengan 33 gelar sepanjang kariernya, Jose Mourinho, ditunjuk menjadi nakhoda The Lilywhites.
Spurs memang klub yang berambisi besar terutama dalam beberapa tahun terakhir. Mimpi mereka amat jelas: Mengubah reputasi dari sekadar tim “pengganggu” di peringkat lima besar Premier League menjadi tim juara.
Bukan misi yang mudah tentunya, terlebih hampir mustahil menggeser tim kaya raya dengan tradisi juara di kancah persepakbolaan Inggris. Namun dalam beberapa tahun ke belakang, Spurs mampu menjunjukkan setidaknya mereka lebih baik ketimbang Arsenal, tim saingannya di bagian utara London. Salah satu modal mereka adalah kejelian dalam memilih pemain berbakat, baik Inggris maupun non-Inggris.
Para pemain muda yang kini menghuni daftar 24 nama skuat inti bisa dibilang bukan talenta biasa-biasa saja. Sebagai gambaran, nama-nama potensial yang kini menghuni lapisan skuat 2019/2020 di antaranya: Ryan Sessegnon, Troy Parrott, Oliver Skipp, Harry Winks, serta Kyle Walker-Peters. Belum ditambah pemain-pemain luar biasa lainnya yang kini dipinjamkan ke klub lain seperti Jack Clarke, Luke Amos, Cameron Carter-Vickers, dan Kazaiah Sterling.
Mourinho dan Stigma Enggan Mengorbitkan Pemain Muda
Permasalahan apa yang membuat pemilik mereka, Daniel Levy, untuk memilih Mourinho sebagai suksesor Pochettino biarlah dibahas di lain waktu. Tapi ada hal yang sebenarnya lebih menarik untuk dibahas: Bagaimana nasib pemain muda Spurs?
Pertanyaan tersebut mungkin mewakili sebagian besar penggemar sepakbola. Spurs diketahui sebagai gudangnya para pemain berbakat di Inggris. Bahkan hinga kini, klub paling “asli” London Utara sejak didirikan 1903 menjadi pemasok terbesar pemain bagi tim nasional Inggris, yakni 78 pemain.
Pelatih baru Spurs, Jose Mourinho, memang lebih dikenal publik sebagai sosok yang gemar berbelanja ketimbang “mengorbitkan” pemain muda di klub tempatnya melatih. Untuk mengetahuinya, mari sejenak melihat rekam jejaknya di klub-klub terdahulu.
Debutnya sebagai pelatih dalam waktu samat ingkat yakni di Benfica (September 2000 – Desember 2000), setidaknya The Special One memberikan kesempatan kepada pemain seperti: Diogo Luis, Geraldo Alves.
Lantas ketika melatih kesebelasan União Leiria (Juli 2001-Januari 2002) ternyata Mou tak satupun memberi kesempatan kepada pemain muda untuk menjadi pemain reguler di kompetisi liga. Begitupun pada perjalanan karier yang mencuatkan reputasinya, yakni bersama FC Porto (2002-2004) Mourinho menunjukkan kalau dengan kualitas akademi klub yang lebih mumpuni, ia tak banyak mengorbitkan banyak nama. Nama-nama pemain muda Porto kala itu seperti: Hugo Luz, Joca, Reinaldo.
Tiga musim menukangi Chelsea (2004-2007), Mourinho memang banyak memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk memulai debut. Tercatat nama seperti Anthony Grant, Steven Watt, Jimmy Smith, Michael Woods, serta Sam Hutchinson. Mereka diberi kesempatan untuk memulai debutnya bersama Chelsea. Kenal nama-nama yang disebutkan tadi?
Lantas musim-musim sensasionalnya bersama Internazionale di Serie-A (2008-2010) yang meraih treble dalam waktu semusim ternyata sedikit mengubahnya. Dari banyak nama pemain muda Inter saat itu, barangkali hanya Mario Balotelli dan Davide Santon yang berhasil memikat Mourinho. Keduanya bahkan menjadi bagian penting keberhasilan Inter.
Lain di Italia, lain di Spanyol. Pengembaraannya di Real Madrid menghadirkan fakta baru. Mourinho banyak memberi kesempatan para pemain muda Los Blancos untuk memulai debut profesionalnya. Mulai dari Jese, Alvaro Morata, Alex Fernandez, Nacho, Antonio Adan, Juan Carlos, Tomas Mejias, Fabinho, Denis Cheryshev, Omar Mascarell, David Mateos, Diego Llorente, Pablo Sarabia. Dari sekian banyak nama di atas, tak satupun ia jadikan pemain reguler. Pujian publik atas jasanya mengorbitkan Raphael Varane dan Casemiro bisa dibilang tidak tepat, lantaran mereka memang sudah menjadi pemain reguler di klub sebelumnya.
Periode keduanya bersama Chelsea memunculkan nama-nama potensial yang dalam beberapa waktu terakhir ramai diperbincangkan. Mereka di antaranya: John Swift (kini dipinjamkan ke Reading dan menjadi pemain paling banyak dibicarakan di Championship), Ruben Loftus-Cheek, serta Bertrand Traore, serta Andreas Christensen. Namun saat itu tak ada pemain yang setidaknya benar-benar dimainkan Mou.
Bersama Manchester United, Mourinho memberi kesempatan beberapa pemain untuk menjajal debut di tim inti. Mereka adalah Scott McTominay, Angel Gomes, Demetri Michell, Joel Pereira, serta Josh Harrop. Apakah hingga kini nama-nama tersebut dirasa cukup vital?
Pemain Muda Spurs Berhak untuk Cemas
Dalam sesi interview perdananya, Mourinho langsung mendapat pertanyaan atau janji mengenai nasib pemain muda di klub anyarnya, Tottenham Hotspur. Dengan jelas ia mengutarakan keinginannya mengembangkan pemain muda.
“… tak ada satupun pelatih yang tak suka memainkan pemain muda dan membantu pemain muda untuk berkembang,” ujar pelatih berusia 56 tahun.
Ada fakta unik mengenai bagaimana Mourinho memandang pemain muda. Dilansir The Sun, Mourinho hanya akan memanggil setiap pemain mudanya dengan panggilan “boy” hingga mereka akhirnya masuk ke skuat inti, lalu ia akan memanggil nama si pemain.
Dengan rekam jejaknya di klub sebelumnya, pemain muda Spurs berhak untuk cemas. Apalagi Mourinho dikenal sebagai tipikal task master atau berorientasi terhadap hasil. Apalagi ditambah dengan performa Spurs yang jeblok di Premier League, maka fokusnya adalah memperbaiki posisi di tabel klasemen dengan cara apapun. Setidaknya, musim ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan kans pemain muda untuk tampil reguler.
Apalagi dengan kebiasaannya bersama klub-klub sebelumnya yang hanya sekadar memberi pemain muda penampilan denut, lalu tak dimainkan reguler, para pemain muda Spurs hanya memiliki 2 pilihan: Lekas menghubungi agen mereka atau berlatih lebih keras untuk memikat hati Mourinho.
Namun di sisi lain, dengan jebloknya performa para pemain senior di Spurs, Mourinho setidaknya akan mencoba beberapa pemain yang dirasa akan masuk ke dalam skema permainannya yang dikenal lebih pragmatis. Pemain-pemain yang sejauh ini minim jam bermain seperti Kyle Walker-Peters, Oliver Skipp, Ryan Sessegnon, atau pemain usia tanggung seperti Ben Davies serta Eric Dier bisa saja menjadi pemain reguler di masa kepelatihan Mourinho. Tinggal, apakah mereka akan “klop” dengan apa yang diinginkan Mourinho.
Jangan lupakan juga bagaimana Mourinho dapat memoles beberapa pemain untuk mengeliuarkan potensi terbaiknya. Masih ingat dengan hebatnya performa Wesley Sneijder di Inter, Mesut Oezil di Real Madrid, atau Didier Drogba kala membesut Chelsea? Harapan itu pula yang patut ditunggu dengan hadirnya Mourinho di Tottenham Hotspur Stadium dalam beberapa waktu kedepan.