Pembelian Hazard dan Brandt Sebagai Manifestasi Dortmund

Foto: 90min.com

Tanggal 22 Mei 2019 menjadi hari bahagia sekaligus menjadi hari patah hati sedunia bagi para sebagian pencinta sepakbola. Pada hari itu klub Bundesliga, Borussia Dortmund, mengumumkan sekaligus penandatanganan kotrak dua gelandang muda yang paling menyita perhatian selama dua musim terakhir, yakni Thorgan Hazard dan Julian Brandt. Mereka masing-masing direkrut dari Borussia Monchengladbach serta Bayer Leverkusen.

Menarik untuk membicarakan transfer besar ini. Meskipun nilai total transfer kedua pemain tersebut kurang dari 50 juta euro, namun ada hal yang bisa dicermati. Pembelian kedua pemain ini yakni mengenai ambisi dan tujuan Dortmund di beberapa musim ke depan.

Publik berpendapat bahwa kepergian Christian Pulisic ke Chelsea adalah salah satu alasan kuat bagi Dortmund untuk langsung tancap gas dalam bursa transfer musim panas 2019. Pemasukan sebesar 64 juta euro adalah nilai yang cukup bagi Dortmund untuk benar-benar bangkit musim depan.

Bergabungnya starlet Jerman ke Dortmund sungguh mengejutkan, pasalnya nama Brandt sering dikaitkan dengan beberapa klub Premier League, terutama Liverpool dan Manchester United. Sementara Thorgan, adalah nama yang disebut sebagai salah satu kunci suksesnya Gladbach mencapai posisi zona Europa League dalam beberapa tahun terakhir.

Julian dalam wawancara pengenalan tim menyebutkan bahwa salah satu alasannya untuk bergabung adalah karena sosok Marco Reus yang amat ia idolakan.

“Saya sering mengobrol dengan Marco Reus. Kami memiliki hubungan baik di luar lapangan. Dia (Reus) adalah salah satu alasan mengapa saya bergabung ke Dortmund,” ujar Julian.

Pemain 23 tahun tersebut adalah salah satu produk sukses akademi Leverkusen. Dengan usia masih beliam ia mencatatkan 24 caps timnas senior Jerman. Musim ini, Julian mampu mencetak 7 gol serta 14 asis dari 33 kali tampil.

Nama Brandt mulai meroket sejak musim kompetisi 2013/2014. Di usia 17 tahun, ia berhasil menyumbang 3 asis dan 2 gol dari 12 kali penampilan di Bundesliga. Sejak itu, kehadiran Brandt di tim senior Leverkusen mulai diperhtungkan. Ia kemudian dipercaya menempati pos gelandang serang di klub berkostum merah-hitam. Total ia sudah menyumbangkan 42 gol dan 51 asis di semua kompetisi sejak 2013.

Bagi Thorgan, kehadirannya di Dortmund adalah sebuah jawaban dari bayang-bayang kakaknya, Eden Hazard. Kehadirannya di Chelsea pada 2012 silam dianggap hanya sebagai “bonus” dari pembelian sang kakak. Tak seperti Eden, Thorgan langsung dikirim pulang ke Belgia bersama Zulte Waregem.

Bergabungnya Thorgan Hazard ke Borussia Moenchengladbach rupanya melebihi ekspektasi publik. Thorgan membuktikan selama 5 musim di Gladbach, ia terus membuktikan kapasitasnya sebagai gelandang serang mumpuni dengan mencatatkan 46 gol dan juga 44 asis dalam 182 laga bersama Die Fohlen.

Membaca arah Borussia Dortmund Terhadap Pembelian Hazard – Brandt

Dapat dikatakan, perekrutan Julian Brandt adalah untuk memperkuat depth yang ada di sisi pernyerangan Dortmund. Musim ini, peran tersebut ditangani oleh Jadon Sancho. Gelandang serang Inggris tersebut menjadi peman paling vital dengan turun sebanyak 43 kali. Tak mengherankan, mengingat sumbangan total 19 asis dan 13 gol yang ia kemas di segala kompetisi.

Namun ada perbedaan mencolok dari kedua pemain ini. Sancho adalah tipe perusak pertahanan yang lebih mengandalkan dribble dan pace, sedangkan Brandt adalah gelandang dengan kemampuan teknik dan passing mumpuni. Sebagai perbandingan, dari data yang dirilis Whoscored, Sancho mencatatan rataan 1,9 operan kunci per laga dan 38,3 rataan operan per laga.

Sedangkan Brandt, lebih unggul dalam dua indikator tersebut dengan mencatatkan rataan operan kunci sebanyak 2,6 dan rataan operan per laga sebanyak 51,6. Sebagai catatan, jumlah operan kunci yang dicatatakan Sancho di atas adalah rataan tertinggi pemain Dortmund. Sehingga salah satu alasan perekrutan Brandt adalah untuk meningkatkan efektivitas dari filosofi yang diusung Favre.

Hal serupa dengan Thorgan Hazard. Gelandang yang menyumbangkan 10 gol serta asis bagi Gladbach menjadikannya pemain paling penting. Bila melihat arah pembelian Hazard, rupanya Dortmund ingin meningkatkan kedalaman di sisi kiri penyerangan yang secara reguler diisi pemain muda berbakat Jacob Brun Larsen yang tampil bergantian dengan pemain lain seperti Marco Reus yang sebenarnya lebih efektif dipasang di belakang striker.

Larsen sendiri sebenarnya tidak mencatatkan statistik yang cukup baik karena hanya menyumbangkan 2 gol serta 2 asis dari total 16 kali menjadi starter dan 5 kali dari bangku cadangan. Hadirnya Thorgan Hazard dan Julain Brandt tentunya menambal kelemahan Dortmund di sisi kiri penyerangan. Nantinya Favre akan memiliki opsi untuk memainkan Jadon Sancho, Julian Brandt, Thorgan Hazard, dan Jacob Brun Larsen di sisi flank, dengan tidak menggangu Reus dan Gotze yang terbukti bermain lebih efektif di center.

Namun dengan menumpuknya nama-nama ini, diramalkan akan terjadi satu atau dua nama yang terdepak dari skuat Favre.

Penyempurnaan filosofi Lucien Favre

Hanya sedikit nama pelatih asal Swiss yang mencatatkan nama mentereng di kancah Eropa. Favre adalah pengecualian. Sosok Lucien Favre adalah dalang dari eksplosifitas serta efektifitas Dortmund dalam musim 2018/2019 ini.

Sebagai pelatih, ia dikenal memiliki filosofi menyerang dan sangat perfeksionis. Kegemilangan pelatih berusia 61 tahun tersebut mengantarkan Gladbach bermain di Champions League 2014/2015 adalah pencapaian yang melebihi ekspektasi.

Favre memainkan racikan formasi dasar 4-2-3-1 yang mengubah Dortmund menjadi tim dengan kemampuan mencetak gol yang tinggi namun tetap solid di belakang. Pendekatan konservatif Favre yang hanya menggunakan sebanyak 23 pemain dan jarang mengganti formasi dasar pada musim ini, terbukti memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dua pelatih Dortmund sebelumnya, Peter Bosz dan Peter Stroger.

Musim 2018/2019 menjadi musim comeback Favre ke Bundesliga. Secara mengejutkan, Dortmund memimpin klasemen Bundesliga sejak pekan ke-6. Namun tragis, pada pekan ke-28 Marco Reus dkk. disalip Bayen Munchen dan gagal kembali mengambil alih posisi puncak hingga kompetisi berakhir.

Efektifitas menyerang adalah salah satu poin penting dari era Favre di Dortmund. Musim 2018/2019 tim bermarkas di Signal Iduna Park ini hanya mencatatkan rataan 13,2 tembakan per laga atau hanya berada di peringkat ke-9 dari seluruh tim Bundesliga. Namun dengan catatan tersebut, Dortmund mampu mengkonversi sebanyak 81 gol, atau terpaut 7 gol saja dari peringkat pertama, Bayern Muenchen.

Dari sisi pertahanan, Favre juga membuktikan kebolehannya untuk meracik tim. Dortmund engan filosofi menyerangnya memiliki catatan pertahanan yang cukup baik. Musim ini, Dortmund kemasukan sebanyak 44 gol atau berada pada peringkat ke-4 dari seluruh tim di Bundesliga.

Maka dengan filosofi efektifitas dalam menyerang dan kuat di lini belakang, membuat Favre ingin semakin menyempurnakan apa yang telah ia perbuat selama musim perdananya di Signal Iduna Park. Jelas, ia membutuhkan tambahan amunisi untuk menjadikan hasil yang lebih baik.

Untuk memperbaiki sisi pertahanan, Dortmund baru saja memboyong bek kiri Hoffenheim, Nico Schulz. Nantinya Schulz akan menambal pos sayap kiri yang bergantian ditempati Achraf Hakimi yang kerapkali digeser ke bek kanan atau Abdou Diallo yang sebenarnya berposisi asli bek tengah. Schulz adalah salah satu pemain kesukaan Favre kala masih membesut Gladbach.

Ambisi Dortmund Musim Depan

Sebenarnya musim ini akan menjadi start yang bagus apabila mereka berhasil menggondol trofi Bundesliga. Namun, bisa dikatakan kedalaman skua dan inkonsistensi pemain muda mereka adalah salah satu alasan kegagalan mereka. Oleh karena itu, Dortmund berusaha untuk lebih keras sejak menit awal.

Nyaris menggapai gelar musim ini dan juga memiliki skuat muda yang masih berkembang membuat Direktur Sepakbola Dortmund, Micheal Zorc semakin berambisi untuk menjadikan Dortmund kekuatan serius di musim selanjutya.

Kami ingin terus berkembang. Musim lalu adalah motivasi dan kewajiban besar bagi kita untuk menjadi sukses di masa depan juga,” ujar Zorc mengutip Bild. ” Skuat [Dortmund akan] mendapatkan lebih banyak kualitas dan pengalaman di musim baru.”

Hal tersebut diamini oleh CEO Borussia Dortmund, Hans-Joachim Watzke. “Sudah waktunya untuk lebih ambisius. Kami akan memasuki musim dengan ketentuan yang jelas untuk mencoba lagi untuk menjadi juara di Jerman, “ujarnya, setelah Bayern memastikan gelar Bundesliga 2018/2019.

“Tidak ada kekuatan kedua di Jerman selain Borussia Dortmund,” ujar Watzke. “Dengan pengecualian pada 2018, kami memperjuangkan gelar sampai akhir untuk dekade terakhir. Itu sebabnya kami akan lebih ofensif sekarang. Mari kita lihat apa yang akan kita dapatkan setelah ini. ”

Musim ini Die Borrusen sudah menginfestasikan 96 juta euro untuk belanja pemain sejak transfer musim dingin lalu. Ini sekaligus menghilangkan anggapan bahwa Dortmund kurang memiliki ambisi untuk menjadi tim juara di Jerman, terutama usai menjual pemain penting mereka dengan harga yang mahal seperti Ousmane Dembele yang dilepas dengan harga 105 juta euro dan pada 2017 juga Pierre-Emerick Aubameyang yang dilepas 63 juta euro musim lalu.

Maka dengan ambisi klub yang dibarengi kualitas pemain, dan juga filosofi yang diterapkan Lucien Favre  di Dortmund, sudah jelas bahwa pembelian Brandt dan Hazard adalah untuk mengejawantahkan ambisi klub mereka untuk meraih gelar di musim-musim kedepan. Berhubung jendela transfer masih panjang, patut juga dinantikan siapa saja yang akan mereka rekrut kelak. Yang jelas, potensi “ledakan” Dortmund di musim depan akan lebih besar dari yang pernah kita lihat sebelumnya.