Persib melakukan sebuah terobosan di ajang Liga 1 2019 ini. Mereka membentuk tim satelit bernama Persib B yang rencananya akan mentas di ajang Liga 2.
Kepastian terbentuknya tim Persib B ini sudah diutarakan oleh dua orang sekaligus. Mereka adalah Robert Rene Alberts, pelatih Persib, serta Teddy Tjahjono, Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB). Keduanya menyebut bahwa Persib B sedang mengadakan seleksi pemain sekarang ini.
Persib B ini sendiri merupakan tim hasil akuisisi dari Blitar United. Proses akuisisi itu sudah dilakukan, dan laporannya sampai kepada PSSI melalui surat bernomor 1815/UDN/401/VI-2019, tanggal 3 Juni 2019 lalu. Menurut Robert, pembentukan Persib B ini merupakan bagian dari program pengembangan pemain di tubuh Persib.
”Bandung B bisa dikatakan adalah tim kedua Persib. Saya kira adanya tim ini jadi berguna juga untuk mengembangkan talenta pemain muda yang ada di Persib. Saya berpikir kalau langkah manajemen untuk memiliki dua klub juga baik,” ujar Robert.
Senada dengan Robert, Teddy juga mengungkapkan bahwa tim Persib B ini akan menjadi tempat pembinaan pemain. Kehadirannya melengkapi Maung Anom, Persib U-16, dan Persib U-19 sebagai bagian dari susunan tim yang ada di tubuh Persib.
“Kami sudah punya Maung Anom. Kemudian di level bawahnya, kami sudah memiliki Diklat Persib. Ada tim U-16 dan tim U-19 yang sudah pernah juara nasional. Setelah jenjang itu ‘kan bisa disalurkan ke Maung Anom. Nah, daripada bingung cari level selanjutnya, kami pikir Persib B ini layak untuk menyiapkan pemain yang nantinya ke tim utama Persib,” tutur Teddy.
Sepintas, kehadiran tim Persib B ini menjadi sebuah hal positif bagi perkembangan sepak bola Bandung. Para talenta yang kerap tersisih dari tim utama punya tempat menempa diri, sebelum akhirnya mereka punya cukup pengalaman untuk mentas bersama tim utama.
Namun, apakah kehadiran tim ini sudah sesuai dengan regulasi? Mari kita telisik sedikit soal ini.
Menilik Kehadiran Tim Satelit Ini Secara Regulasi
Agar kehadiran tim satelit ini memiliki kekuatan hukum, sudah sepatutnya pembentukan tim satelit ini mengacu pada regulasi. Menilik proses akuisisi yang dilakukan Persib, hal itu tidak masalah karena sudah banyak proses akuisisi yang dilakukan oleh klub. Teraktual, ada proses akuisisi Bogor FC menjadi Sulut United.
Namun, apakah perkara tim satelit ini sudah diatur dalam regulasi? Menilik regulasi yang ada, baik itu regulasi Liga 1 maupun regulasi-regulasi lain, tidak dicantumkan mengenai tim satelit ini. Ia tak menjadi sebuah keharusan, tapi juga tidak menjadi sesuatu yang dilarang.
Dalam Kode Disiplin PSSI pun, tidak dijelaskan mengenai hukuman bagi klub yang tidak memiliki tim satelit. Intinya, perkara klub satelit ini belum jadi ranah yang diatur oleh PSSI, jika melihat regulasi-regulasi PSSI yang ada.
Justru, perkara mengenai tim yang mesti dimiliki klub diatur dalam regulasi lain, yakni AFC Club Licensing Regulations. Regulasi yang jadi syarat sebuah klub di Asia agar dapat lisensi dari AFC ini mengatur tentang keberadaan tim-tim muda di klub.
Dalam article 8 yang membahas mengenai kriteria keolahragaan, sebuah klub diwajibkan memiliki minimal dua tim kategori umur, serta maksimal tiga tim kategori umur. Regulasi itu menyebut jika setiap klub wajib memiliki tim U-15 dan U-18 (minimal), jika bisa ditambah tim U-21.
Jika syarat itu dipenuhi, maka klub bisa mendapatkan lisensi dari AFC, sebagai salah satu syarat agar bisa tampil di kompetisi antar klub Asia. Dari article tersebut, tampak tidak ada regulasi khusus yang membahas mengenai tim satelit.
Kalaupun ada kesinambungan yang bisa diambil, hadirnya tim satelit bisa diartikan sebagai tim U-21. Intinya, klub mesti memiliki program pembinaan pemain, yang salah satunya tercermin dari adanya tim-tim muda di tubuh klub. Persib sudah memiliki tim U-15 dan U-18.
Lalu, bagaimana jika mereka memiliki tim satelit? Jika melihat aturan lisensi klub Asia ini, hal itu tampaknya sah-sah saja, mengingat di sana tidak aturan mengenai kepemilikan tim satelit. Ada atau tidaknya tim satelit, asal Persib memiliki tim U-15 dan U-18, maka lisensi dari AFC bisa mereka kantongi, asal syarat-syarat lain macam stadion ataupun aspek legal klub dipenuhi.
Secara garis besar, baik dari AFC maupun PSSI sendiri belum ada aturan resmi mengenai tim satelit ini. Apalagi, jika tim satelit itu merupakan hasil akuisisi klub lain.
Prediksi Kasar: Lahirnya Regulasi Baru
Masih ingatkah Anda dengan regulasi marquee player? Ya, regulasi yang hadir di ajang Liga 1 2017 ini juga berawal dari manuver Persib yang merekrut Michael Essien.
Ketika itu, PSSI langsung menetapkan regulasi soal marquee player, bersamaan dengan regulasi-regulasi lain macam minimal memiliki lima pemain U-23 (tiga wajib dimainkan di 45 menit pertama, meski akhirnya dihapuskan di pertengahan kompetisi), serta lima pergantian pemain.
Untuk marquee player sendiri, ia merupakan pemain yang minimal pernah main di Piala Dunia sebanyak satu kali, serta minimal pernah bermain di delapan liga elite Eropa dalam rentang waktu 2009 sampai 2017. Nah, salah satu akar terciptanya regulasi ini adalah kehadiran Essien di Persib.
Jika kelak tim satelit ini terus berlanjut, bisa saja tercipta regulasi baru. Apalagi, menurut LIB, regulasi Liga 1 masih punya kemungkinan untuk berubah. Toh, pada pertengahan 2017 serta di awal 2018 silam, regulasi Liga 1 juga berubah.
Sebagai klub yang dengan bangga memperkenalkan tim satelit untuk pertama kali, maka Persib bisa saja kembali akan jadi trendsetter seperti halnya 2017 silam saat aturan marquee player diperkenalkan. Ya, ini hanya sekadar cocoklogi sekaligus prediksi kasar saja, belum tentu juga akan terjadi.
***
Kembali menyoal tim satelit, sebenarnya di negara tetangga macam Malaysia hal ini sudah diterapkan. Lihat kehadiran Johor Darul Ta’zim II maupun Trengganu FC II yang merupakan hasil penggabungan Trengganu FA dan T-Team pada November 2018 silam.
Sedangkan di Eropa, penggunaan tim satelit ini marak di Spanyol. Hadirnya Barcelona B, Real Madrid Castilla, Atletico Madrid B, maupun tim-tim cadangan La Liga yang lain merupakan cermin dari ramainya penggunaan tim satelit di Spanyol.
Penggunaan tim satelit ini sebagai bentuk kawah candradimuka. Pemain yang akan masuk tim utama digembleng dulu di tim satelit, sebelum akhirnya mereka dinilai layak untuk masuk tim utama. Ini adalah kebijakan yang bisa menghadirkan dampak positif.
Meski begitu, baik itu di Spanyol maupun Malaysia, regulasi mengenai tim satelit ini sudah diatur sedemikian rupa. Salah satunya adalah larangan tim satelit ini berada di satu divisi bersama tim utama. Contoh, Real Madrid Castilla tidak akan bisa mentas di La Liga Primera Division karena di sana sudah ada Real Madrid utama.
Di Indonesia, hal ini belum tampak di regulasi yang ada. Jadi, PSSI selaku otoritas tertinggi sepak bola Indonesia perlu membangun regulasi khusus mengenai tim satelit ini, jika itu jadi hal yang diterapkan di Indonesia. Ya, dengan imbas, Persib kembali jadi model utamanya.