Piala Dunia, Inggris, Rusia, dan Marmut

Ada yang menarik dari pertemuan antara Arsenal melawan CSKA Moscow di Anfield, Jumat (06/04/2018) dini hari WIB. Bukan. Bukan soal dua gol Alexandre Lacazette dan Aaron Ramsey. Bukan pula perihal kans lolos The Gunners ke babak perempat-final Europa League walau tim tamu mampu mencuri satu gol berkat Alesandr Golovin. Tapi apa yang dikatakan Viktor Goncharenko.

Pelatih kelahiran Belarusia ini berharap publik Inggris melupakan upaya boikot yang dilakukan oleh pemerintah negara Ratu Elizabeth kepada gelaran Piala Dunia 2018 Rusia. Menurutnya turnamen empat tahunan itu akan sayang untuk dilewatkan, terlebih The Three Lions besutan Gareth Southgate akan turut serta berpartisipasi usai bersusah payah di babak kualifikasi.

“Kami masih menerima Anda di Rusia untuk gelaran Piala Dunia. Kami memastikan Anda bahwa akan ada stadion-stadion megah [di sana]. Tanya kami jika ada pertanyaan dan silakan datang ke Rusia,” ujar pelatih berusia 40 tahun itu seusai laga, seperti dikutip dari Fourfourtwo.

Berawal dari Upaya Pembunuhan

Sergei Skripal dan putrinya, Yulia. Foto: The Sun.

Pemerintah Inggris melalui Perdana Menteri Theresa May menyebut hubungan negaranya dengan Rusia dalam kondisi tegang. Pasalnya pihak negara Tirai Besi itu dicurigai menjalankan operasi intelejen di negara adidaya tersebut.

Semua bermula kala mantan spion FSB (Dinas Intelejen Rusia) Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, menjadi korban upaya pembunuhan melalui gas syaraf Novichok pada awal Maret silam. Anak dan bapak itu langsung berada dalam kondisi kritis dan koma.

Tuduhan pun dilancarkan ke Pemerintah Rusia sebab Novichok merupakan gas syaraf yang dikembangkan oleh Uni Soviet antara 1972 hingga 1993. Bantahan pun muncul dari Duta Besar Rusia untuk Inggris Vassily Nebenzia, sembari menyebut bahwa tuduhan tersebut merupakan propaganda perang, seperti yang pernah dilakukan oleh master propaganda Nazi, Josef Goebbels. Pasalnya dua ekor marmut dan dua ekor kucing kepunyaan Skripal dalam kondisi baik-baik saja jika memang ada upaya peracunan.

Walau kabarnya dua marmut dan satu kucing tewas, tapi pemerintah Inggris langsung mengambil tindakan tegas: tidak ada petinggi negara dan keluarga kerajaan yang akan terbang ke Rusia untuk mendukung skuat besutan Gareth Southgate.

“Tidak ada kehadiran menteri-menteri, atau keluarga kerajaan di Piala Dunia di Rusia pada musim panas nanti,” ucap May, seperti dikutip dari Goal.com.

“Negara Rusia bersalah dalam upaya pembunuhan. Banyak dari kami melihat era setelah jatuhnya Soviet dengan pengharapan tinggi. Kami ingin hubungan yang lebih baik dan sayangnya Presiden Vladimir Putin telah memilih cara ini [upaya pembunuhan].”

Masalah tambah pelik sebab Pangeran William adalah Presiden FA dan biasanya presiden federasi mendapatkan undangan untuk menyaksikan langsung demi memberikan dukungan moral, walau May secara langsung tidak mengeluarkan larangan bagi federasi sepakbola tertua di dunia tersebut.

“Saya yakin para petinggi FA akan mempertimbangkan posisi mereke masing-masing. Kehadiran di gelaran olahraga merupakan tugas lembaga sporting. Itu masalah mereka,” kata May, kala disinggung soal kehadiran Pangeran Williams.

Baca juga: Profil Lengkap 12 Stadion Piala Dunia 2018 (1)

Sentimen Anti Inggris dan Kerusuhan Marseille

Sadar organisasinya menjadi pusat perhatian, khususnya para suporter timnas, FA tetap bertolak ke negara Beruang Merah pada musim panas nanti. Akan tetapi FA menegaskan akan ada kerjsama dengan pemerintah dan otoritas terkait perihal keamanan.

“FA akan terus bekerjasama dengan pemerintah UK dan otoritas-otoritas terkait. Prioritas kami untuk semua pertandingan Inggris adalah keamanan dan keselamatan para fans, pemain dan staf. Sesuai protokol standar, kami akan bertolak dengan petunjuk dari Departemen Luar Negeri dan Persemakmuran,” bunyi pernyataan resmi federasi, seperti dikutip dari BBC.

Sementara itu petinggi federasi sepakbola Rusia tidak mempermasalahkan andai Inggris tidak mengirimkan satu pun penonton ke negaranya.

“Itu tidak penting. Itu masalah mereka. Yang terpenting timnya datang dan timnas mereka memang ingin datang,” ucap Nikita Simonyan, wakil Federasi Sepak Bola Rusia, seperti dinukil dari NY Times.

Pada pertengahan Maret kemarin Departemen Luar Negeri dan Persemakmuran mengeluarkan anjuran bagi pihak-pihak yang akan menonton secara langsung di Rusia untuk selalu waspada terhadap aksi-aksi sentimen anti Inggris setelah hubungan kedua negara memanas.

Sebetulnya partisipasi Inggris di putaran final Piala Dunia 2018 sempat menimbulkan kekhawatiran, sejak jauh-jauh hari. Tepatnya ketika The Three Lions masih melakoni babak kualifikasi dan pasca keributan di turnamen Euro 2016 Perancis.

Kala itu para suporter Rusia menargetkan fans Inggris di Perancis, yang bahkan sudah berlatih di hutan sejak jauh-jauh hari. Hasilnya kedua kubu bentrok di luar stadion kala kedua negara bertemu di Stadion Velodrome. Keributan pun menjalar di dalam stadion kala hooligan Rusia menyerang tribun Inggris dengan memanjat pagar pemisah. Hasilnya dua orang suporter Inggris koma karena dipukul oleh palu dan batang besi.

Kekhawatiran pun meningkat seiring mendekatnya pembukaan Piala Dunia. Apalagi, seperti dikutip dari media asal Spanyol AS, suporter tuan rumah mendapatkan dukungan dari beberapa grup ‘barras bravas’ dari Argentina. Demi ‘memenangkan pertarungan’, para hooligan Rusia bahkan rela membiayai akomodasi dan transportasi para ultras dari klub San Lorenzo, Velez Sarsfield dan Nuevo Chicago yang total berjumlah 280 orang!

Jaminan Penuh

Jaminan muncul dari pemerintah Rusia (tentu saja sebelum isu upaya pembunuhan muncul), dengan bekerjasama dengan aparat keamanan Inggris. Kedua lembaga tersebut melakukan studi banding perihal penjagaan keamanan di dalam stadion, serta berbagi taktik dan strategi agar Piala Dunia berlangsung damai.

“[Kepolisian Rusia] mengaku telah mengukur segalanya, seperti yang sudah saya lihat secara langsung. Ada komitmen tinggi bersama untuk menangani masing-masing suporter dan juga fans lainnya,” ujar Kepala Polisi Mark Robert, sepeti dikutip dari Reuters.

“Menurut saya para hooligan di Rusia akan gentar dengan otoritas Rusia dalam menjaga keamanan. Saya juga yakin mereka [pemerintah Rusia] waspada seperti tuan rumah lainnya.”

“Adanya tendensi ketika suporter Inggris mencoba mencari masalah dengan penduduk setempat kala terbang ke luar negeri. Pandangan saya soal masalah itu akan sangat dipertimbangkan.”

“Jika mereka mabuk dan bersikap yang dianggap tidak menghormati tuan rumah oleh penduduk lokal, maka akan memunculkan reaksi. Saya ingin menegaskan kepada para suporter bahwa akan ada respon tegas dari kepolisian [andai berbuat demikian].”

“Rusia akan menjadi tempat yang aman bagi para fans Inggris yang tiba. Ketika para fans [Liverpool dan Manchester United] tiba di Moscow untuk melakoni laga Liga Champions, kami menugaskan polisi dan menerapkan pengamanan sesuai informasi yang kami terima. Segalanya akan aman, tidak perlu khawatir apapun,” janji Andrei Zarkhov, dari kepolisian lokal seperti dikutip dari The Independent.

“Pada gelaran Piala Konfederasi kami mencoba sistem baru bernama Fan ID. Sistem tersebut akan mengidentifikasi penonton di stadion dan kami akan menerapkannya di Piala Dunia.”

“Menurut hukum Rusia, tidak masalah Anda meminum alkohol asal tidak mengganggu ketertiban umum. Jika ada masalah yang berkaitan dengan ketertiban umum, maka kepolisian akan merespon,” tambah Zarkhov.

“Di kota Moscow, dimana kebanyakan para suporter akan berada, kami akan menugaskan departemen polisi khusus bernama polisi wisata. Mereka mampu berbicara bahasa asing sehingga mampu menjelaskan aturan-aturan berbuat baik kepada fans.”