Satu ingatan saya yang tertinggal dari sepakbola Arab Saudi di Piala Dunia adalah saat mereka dibantai habis oleh Jerman dengan berondongan delapan gol tanpa balas pada 2002 lalu. Saat itu, Miroslav Klose masih muda dan Jerman masih diperkuat salah satu penyerang idola saya, Olivier Bierhoff. Sedangkan Arab Saudi masih diperkuat oleh penyerang legendaris, Sami Al Jaber dan sang kiper, Mohamed Al-Deayea.
Empat kali berturut-turut mengikuti Piala Dunia sejak 1994 hingga 2006 lalu adalah salah satu prestasi terbaik mereka. Setelahnya, mereka harus absen di Afrika Selatan 2010 dan Brazil 2014 lalu. Piala Dunia 2018 ini adalah momen mereka untuk bangkit kembali. Untuk bangkit dan bisa bersaing dengan yang lain, salah satu caranya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (baca: pemain) mereka sendiri terlebih dahulu.
Meningkatkan kualitas ini ada berbagai cara. Pihak Arab Saudi sendiri mengganti pelatih mereka dua kali sepanjang 2017 lalu. Pertama Eduardo Bauza yang masuk menggantikan Bert Van Marwijk. Tak lama kemudian, Bauza dipecat federasi dan Juan Pizzi yang masuk menggantikannya hingga saat ini.
Marwijk sendiri keluar bukan karena hasil buruk, namun lebih kepada kecewa pada federasi. Padahal, ia adalah pelatih yang membawa Arab Saudi lolos kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia. Bauza sendiri dipecat karena hanya menang dua kali dari lima kali hasil uji coba. Jadilah Pizzi, pelatih yang membawa Chile juara Copa America 2016 lalu, menjadi pelatih mereka di Rusia 2018 nanti.
Selain mengganti pelatih dengan CV yang cukup mentereng, pihak Federasi sSepakbola Arab Saudi juga mengirim beberapa pemain mereka ke Liga Spanyol pada bursa transfer musim dingin Januari 2018 lalu. Tercatat ada sembilan pemain yang sudah dikirimkan ke tujuh klub yang berbeda baik di Primera La Liga atau di Divisi Segunda. Yahya Al Shehri bergabung dengan Leganes, Marwan Othman bergabung di Leganes B. Fahad Al Muwallad bergabung Levante dan Salem Al Dawsari bergabung Villarreal.
Pemain lainnya adalah Jaber Issa yang bergabung Villarreal B, Nooh Al Musa bergabung dengan Real Valladolid, Abdul Majeed Al Sulayhi bergabung Rayo Vallecano, Ali Al Namer bergabung dengan Numancia dan Abdullah Al Hamdan bergabung dengan Sporting Gijon. Tak hanya didukung oleh federasi sepakbola Arab Saudi saja, bahkan proyek ini juga didukung oleh pangeran Arab Saudi, Mohamed bin Salman.
Namun, proyek ambisius ini nyatanya tak berjalan begitu lancar. Maksud lancar dalam artian kesembilan pemain tersebut bisa bersaing untuk tempat reguler di tiap pekannya. Salah satu pemain terbaik mereka, Fahad Al Muwallad saja sampai saat ini tak pernah sekalipun masuk skuat (bench ataupun starter) saat berlaga untuk Levante di Primera La Liga.
Selain Fahad, pemain lain sepert Yahya, Salem, Nooh, Abdul Majeed yang berlaga di level profesional (Primera dan Segunda) semuanya sama sekali tak pernah ada dalam skuat yang dibawa pelatih tim mereka masing-masing. Tercatat, menurut laman transfermrkt, hanya Ali Al Namer saja yang pernah sekali masuk daftar pemain cadangan saat CD Numancia kalah dari Albacete di kancah Segunda pada tanggal 25 Februari 2018 lalu. Ali sendiri juga sempat bermain meski hanya di laga uji coba saat Numancia menghadapi klub divisi ketiga, Burgos beberapa pekan lalu. Sayangnya, Ali belum mampu meyakinkan pelatih Numancia untuk menurunkannya di laga resmi.
Itu baru yang tercatat sebagai pemain profesional dan ada jejak datanya. Tiga pemain lain seperti Abdullah, Marwan dan Jaber yang belum genap berumur 20 tahun ini lebih sulit lagi dilacak keberadaan datanya. Abdullah memang tercatat sebagai pemain Sporting Gijon Juvenil A (U19), namun ia tak tercatat sekalipun bermain di sana. Marwan dan Jaber lebih sulit lagi. Meski ia dikabarkan merapat ke Villareal B dan Leganes B, namun data yang diakses lewat laman transfermarkt, kami tak menemukan kedua nama tersebut dalam daftar pemain mereka di sisa musim ini.
Dengan rekam data yang sudah ditelusuri sedemikian rupa, masyarakat sepakbola Arab Saudi memang boleh kecewa. Tagar #WhereIsFahad bahkan kerap menghiasi lini masa media sosial milik Levante. Namun mereka harus tau bahwa kesembilan pemain tersebut, meski tak bermain reguler, setidaknya melakukan proses belajar di sana. Inilah mungkin yang diharapkan federasi sepakbola Arab Saudi dengan proyek ini. Toh pihak federasi juga tak bodoh karena tingkat persaingan pemain di klub-klub Spanyol tidaklah mudah.
Robert M. Gagne (1984), salah satu pakar dalam dunia pendidikan mengemukakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakuknya akibat suatu pengalaman. Sedangkan pakar lokal, Moh. Surya (1997), mengungkapkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Singkatnya, kesembilan pemain tersebut, ketika pulang dari ‘masa belajar’ di Spanyol haruslah membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Karena percuma jika sudah jauh-jauh kesana menghabiskan waktu dan biaya jika tak ada ilmu yang bisa diterapkan di level tim nasional nanti.
Memang, rentang waktu yang diberikan kepada sembilan pemain Arab Saudi tersebut hanyalah setengah musim dari awal 2018 hingga menjelang Piala Dunia saja pada pertengahan tahun. Meski begitu, jangka waktu yang pendek itulah yang menjadi tantangan mereka untuk belajar banyak di Spanyol. Rintangan sudah pasti ada; bahasa, iklim, budaya, dan lainnya akan menjadi penghambat mereka. Namun jika menyerah begitu saja, maka tak ada gunanya federasi menunjuk mereka mewakili negara untuk mengemban tugas mulia tersebut.
Pihak federasi dan tim nasional sendiri juga harus mengadakan evaluasi terkait proyek ambisius ini; baik evaluasi program maupun evaluasi perkembangan tiap pemainnya saat berkiprkah di Spanyol. Rasa-rasanya belum terlambat untuk memulai evaluasi tersebut karena sepakbola Eropa sudah memasuki masa-masa dua pertiga jalannya kompetisi. Dengan hasil yang akan didapat dari proses evaluasi baik sekarang maupun di akhir nanti, setidaknya federasi bisa menentukan sikap lagi apakah proyek seperti ini penting atau tidak untuk diteruskan pada tahun-tahun selanjutnya.