Rahasia Sukses Atalanta: Akademi

Atalanta mulai mengejutkan banyak orang sejak memukau di musim 2016/2017 silam. Hanya bermodalkan mayoritas pemain muda yang diproduksi sendiri, Atalanta bisa mencapai prestasi tertinggi sejak klub berdiri: posisi keempat di klasemen akhir Serie-A.

Musim 2017/2018 ini pun, dengan banyaknya pemain di musim lalu yang hengkang ke klub-klub ‘beenam di Serie-A hinggga paruh musim dan melaju ke fase knockout Europa League dengan menjuarai grup.

Sebagian mungkin bertanya-tanya, apakah Atalanta hanyalah tim one-season wonder alias mengandalkan keberuntungan belaka. Yang tidak banyak orang ketahui, bahwa sebenarnya rahasia mendasar mereka yaitu pengembangan pemain muda yang tepat hingga menembus ke tim inti. Dan yang perlu diketahui, ‘rahasia’ mereka ini tidak dimulai hanya dalam waktu yang sebentar.

Filosofi Yang Diinisiasi oleh Mantan Pemainnya

Semua berawal sejak 1960-an. Kala itu tim muda belum terpisah dari tim inti. Seorang mantan pemain Atalanta, Luigi Tentorio, memiliki ide bagi klub untuk fokus ke pengembangan pemain muda. Lantas ia memberikan ide tersebut kepada presiden klub saat itu, Danielle Turani.

Dipercayakannya tim muda kepada Giuseppe Brolis, seseorang yang dianggap pantas membantu klub lantaran memiliki jaringan dengan beberapa klub dan mengenal para pemain muda potensial  di beberapa kota di sekitaran provinsi Udine dan Veneto, di utara Italia.

Haislnya bisa dibilang cukup memuaskan. Di era itu, Atalanta mencetak beberapa pemain legenda yang cukup dikenal seperti Gaetano Scirea (yang kemudian menjadi legenda Juventus), Giuseppe Savoldi (selanjutnya bermain untuk Bologna dan Napoli dan duduk di urutan ke-15 dalam pencetak gol terbanyak liga Italia sepnjang masa).

Langkah Atalanta tersebut diwujudkan ke jenjang lebih tinggi pada tahun 1991. Kala itu presiden klub, Antonio Percassi memiliki visi dan kebijakan baru untuk mengembangkan akademi agar bisa menghasilkan pemain-pemain potensial yang berkualitas di Negeri Pizza tersebut.

Sejak saat itu, Atalanta berhasil menetaskan pemain-pemain hebat, mulai dari Roberto Donadoni, Filippo Inzaghi, Domenico Morfeo, Alesio Tacchinardi, hingga yang kini masih aktif bermain seperti Giampaolo Pazzini, Manolo Gabbiadini, dan Riccardo Montolivo.

Diuntungkan Secara Geografis

Atalanta juga diuntungkan secara georgrafis yang berada di provinsi Bergamo, region Lombardia. Di region ini, hanya Atalanta-lah klub yang paling besar di luar kota metropolitan Milan (terdapat Milan & Inter). Hal ini sedikit banyak membantu mereka menciptakan hubungan mutualisme dengan banyak klub lokal di seluruh wilayah ini.

Klub-klub ini dibantu secara finansial oleh Atalanta dan Atalanta juga memberi mereka kesempatan untuk memberi pinjaman kepada anak muda dari sistem akademi Atalanta. Klub-klub yang lebih ‘kecil’ inilah yang biasanya memberitahu Atalanta saat ada prospek yang menarik untuk ‘ditempa’ nantinya. Beberapa klub yang berafiliasi dengan Atalanta yaitu Ascoli,  Avellino,  Piacenza, Grumeliese,  Meda,  Pontisola, Gragnano,  Varesina,  Feralpi Saio, Virtus Bergamo.

Sosok Penting di Balik Akademi

Salah satu sosok penting dalam pengembangan pemain muda adalah Stefano Bonaccorso. Ia bekerja sebagai Coordinator of Basic Activity di klub yang berdiri sejak 1907 ini. Sejak Antonio Percassi menduduki kursi presiden pada 1991 silam, Bonaccorso sudah mengambil peran yang sebenarnya ‘tak terlihat’ namun vital ini. Berkat kerja kerasnya, Atalanta menjelma menjadi akademi terbaik di Italia saat ini.

Posisinya di klub mungkin tampak tak sementereng jabatan kepala akademi, tapi tugasnya yang bertanggung jawab memantau, mengkoordinasikan, serta memberi masukan penting kepada pelatih lain menjadikannya vital. Terbukti, sudah lebih dari 25 tahun ia bekerja di klub ini dan pernah bekerjasama dengan pelatih kenamaan seperti Arrigo Sacchi, Marcello Lippi, serta Antonio Conte.

Saat ini, ia bekerjasama dengan Giancarlo Finardi (Coordinator of Prefessional Youth Sector) dan Maurizio Costanzi (Head of Youth), untuk menggantikan Mino Favini dari posisi Head of Youth yang menjabat sejak 1991.

Pelatih-pelatih tim muda Atalanta pun tentunya memiliki standar tinggi. Selain minimal mengantongi lisensi B UEFA, mereka pun dituntut untuk memperkaya wawasan taktikal dan teknik melalui buku, tayangan televisi, maupun video sepakbola terbaru.

Pelatih memiliki tanggung jawab yang besar di akademi Atalanta. Mereka percaya bahwa pelatih, sama seperti para pemain harus memiliki semangat Atalanta di dalamnya. Teknik dan kreativitas adalah aspek terpenting dalam pembinaan di klub.

Oleh karenanya, Atalanta berhati-hati saat memilih pelatih muda, dan mereka lebih memilih para pelatih yang telah mengenal klub juga filosofi pengembangan pemain muda. Contohnya adalah Cesare Prandelli. Eks allenatore Gli Azzurri ini pernah menjadi pemain dan tujuh tahun sebagai pelatih bagi tim muda Atalanta, adalah contoh yang sangat bagus dari kebijakan yang diterapkan oleh Atalanta. Kebijakan tentang pelatih tim muda di Atalanta ini terus diterapkan hingga kini.

Filosofi Mencetak Pemain untuk Menang

Akademi Atalanta memiliki template gaya bermain yang berfokus pada kemampuan teknik. Walaupun klub memiliki pakem gaya permainan tersendiri, namun setiap pelatih tim muda mereka juga memiliki kebebasan untuk menerapkan berbagai taktik kepada para pemain mudanya. Hal ini dimaksudkan agar para pemain dapat fleksibel dalam bermain di berbagai formasi.

“Lupakan formasi yang digunakan, 3-5-2, 4-3-3, 4-5-1, itu semua hanya seperti nomor telepon jika para pemain tidak dapat menerapkannya di lapangan,” ujar Bonaccorso, seperti dikutip thesefootballtimes.

Hal yang menarik adalah bahwa Atalanta tidak serta merta memupuk pemainnya untuk memiliki skill teknik saja, namun memberikan mentalitas untuk menang dalam setiap pertandingan, seperti yang dituturkan oleh Bonaccorso. “Kenapa orang Inggris sering datang kesini dan berkata bahwa anak-anak (pemain muda) tak perlu memikirkan kemenangan? Apa yang Inggris menangkan pada level apapun?” ujarnya sembari tertawa.

Tim muda Atalanta terdiri dari empat tim yang berlaga di liga yang berbeda, yakni Primavera, Allievi Nazionali A dan B, dan Giovanissimi Nazionali dan dua tim yang berlaga di tingkatan daerah (regional) yaitu Giovanissimi Regionali A dan B. Sejak 1991 hingga 2014, tim muda Atalanta telah memenangkan 17 gelar di tingkat nasional.

Fasilitas Terbaik untuk Calon Bintang Azzuri

Pusat pelatihan dan akademi sepakbola Atalanta terletak di Zingonia, 16 km ke selatan dari pusat kota Bergamo. Dinamai “Centro Sportivo Bortolotti”, sebagai penghargaan terhadap presiden klub mereka terdahulu, Achile dan Cesare Bortolotti.

Mereka melakukan pengembangan masif saat Antonio Percassi kembali menjabat posisi presiden klub untuk kedua kalinya pada 2010, setelah sempat diselang oleh Ivan Ruggeri dan anaknya, Alessandro Ruggeri.

Fasilitas yang mereka miliki sangat lengkap. Dengan total area seluas 8,5 hektar, di sana terdapat gedung yang berisi 40 kamar asrama lengkap dengan fasilitas massage, tangki es untuk criotheraphy, kolam renang terapi, perlengkapan gym paling mutakhir, ruangan kantor serta ruang rapat bagi staf akademi. Semua fasilitas ini dibangun dengan dana sekitar 10 juta Euro dan hanya diperuntukkan khusus untuk pemain Atalanta U-17 kebawah.

Standar peralatan modern pun digunakan oleh Atalanta. Pemain muda dipantau menggunakan rompi khusus yang bisa memuat beberapa data penting yang digunakan untuk memonitor para pemain muda. Selanjutnya, para pemain muda di bawah usia 16 tahun di Atalanta akan diberi ‘rapor’ tiap 3 bulan sekali untuk dipantau perkembangannya.

Tak hanya itu, para pemain akademi Atalanta juga mendapatkan perlakuan ‘spesial’ dari para staf akademi selama latihan. Kurikulum yang disusun sedemikian rupa, hingga diet ketat dan asupan gizi yang tepat juga diberikan oleh dokter dan ahli nutrisi mereka.

Selain diperhatikan secara fisik, para pemain muda akan mendapat perhatian mental dari psikolog yang secara rutin memantau perkembangan mental bibit-bibit masa depan Italia ini. Bahkan secara khusus, terdapat games yang mereka rancang khusus agar pemain bisa tertawa dan rileks di tengah-tengah kerasnya porsi latihan. Tujuannya tidak lain ialah agar para pemain tetap merasa fun dan terhindar dari stres.

Keberhasilan Konkret dari Filosofi Klub

Berdasarkan pengamatan pusat studi FIGC (PSSI-nya Italia), akademi Atalanta menempati urutan ke-6 di  Eropa, di bawah Real Madrid dan Barcelona, serta 3 tim dari Prancis. Parameter yang digunakan adalah jumlah pemain liga teratas yang dihasilkan oleh klub.

Pada tahun 2014, sebuah studi global dari CIES Football Observatory, menempatkan sistem akademi sepakbola Atalanta berada di ranking kedelapan di dunia, dengan 25 mantan pemain muda yang bermain di 5 besar liga Eropa.

Selain nama yang disebutkan di awal, Atalanta memunculkan nama-nama yang masih memiliki peluang untuk berkembang dan kini memperkuat tim lain seperti: Danielle Baselli (Torino), Giacomo Bonaventura, Franck Kessie, dan Andrea Conti (Milan), Davide Zappacosta (Chelsea), Simone Zaza (Valencia), Mattia Caldara, Roberto Gagliardini (Inter), Alberto Grassi (Napoli/SPAL)

Di bawah asuhan Gian Piero Gasperini, rasa-rasanya Atalanta akan terus berkembang dalam beberapa musim kedepan, mengingat keberniannya untuk memainkan pemain dari akademi sendiri seperti yang dilakukannya saat berani memainkan Mattia Caldara dan Roberto Gagliardini pada musim lalu. Tren penampilan Atalanta di bawah asuhan Gasperini cenderung stabil di zona Europa League membuat positif bagi perkembangan mental pemain.

***

Adopsi dari filosofi mereka dalam menciptakan pemain yang berkelanjutan melalui investasi di pengembangan pemain muda adalah hal yang masuk akal, terutama di Serie A di mana kebanyakan klub tidak memperoleh pendapatan melalui penjualan tiket. Oleh karena itu pasokan pemain muda berkualitas merupakan cara yang masuk akal untuk menghasilkan uang. Terbukti, Atalanta kini mampu membeli stadion Atleti Azzuri D’Italia yang sebelumnya milik pemerintah kota Bergamo.

Dengan produksi Atalanta saat ini yang sedang besar-besarnya, klub kebanggaan Bergamo ini akan terus memasok pemain muda mereka ke tim yang lebih besar, sambil meraih keuntungan finansial bagi klub yang diperlukan agar bisa kompetitif baik di ajang domestik dan kontinental.

Tinggal kita tunggu, siapa lagi pemain masa depan yang akan muncul dalam beberapa tahun kedepan dari akademi paling menjanjikan di Italia saat ini.